Suatu ketika di suatu hari, ada tanganku di dalam genggamanmu di suatu café di suatu jalan daerah Bandung. Dinginnya udara Bandung malam itu, membuat tanganku merasa lebih nyaman di dalam genggamanmu. Seolah tanganku sudah menemukan rumah yang selama ini tidak ditemukannya di genggaman pria lain. Membuatku merasa waktu adalah seekor kura-kura. Lambat tanpa khawatir terlambat. Berbeda dengan debar jantungku. Debar jantungku persis seperti kancil yang selalu tergesa-gesa. Cepat dan tak beraturan.
Dan disanalah, di suatu café di suatu jalan daerah Bandung. Seekor kura-kura berlomba dengan seekor kancil didalam kepalaku. Perlombaan yang cukup seru sampai akhirnya berhenti di tengah jalan karena kamu berdeham. Membuatku ingin menatap wajahmu tapi tidak cukup berani untuk melakukannya. Genggamanmu bertambah erat. Membuatku mau tidak mau menatap wajahmu. Menatap matamu yang menatap lurus kepadaku.
"Hari ini senang sekali…" katamu sambil tersenyum. "Seharian bersamamu, Sari…"
"Aku juga senang kok, Wil…"
Lalu kamu mendekatkan wajahmu kepada wajahku. Membuat kura-kura dan kancil didalam kepalaku mulai berlomba lagi. Tanganku masih berada dalam genggamanmu, untungnya. Lalu kamu berkata dengan suara sedikit berbisik, "Rasanya sudah waktunya, Sari…"
"Untuk pulang?" sahutku sembarangan walau dengan muka serius.
Kamu terkekeh. Wajahmu sedikit menjauh dari wajahku dan genggamanmu sedikit melonggar. Diam-diam aku memarahi diri sendiri karena telah merusak suasana manis menjadi segar. Seperti rujak. Selain segar juga kecut. Duh.
"Hapsari Suhendra…" katanya menyebut nama lengkapku.
"Iya Wildan Satria Putra?" aku tak mau kalah.
"Kita sudah saling mengenal diri masing-masing cukup lama dan…"
"6 bulan…" kataku memotong. "Sudah 6 bulan kita kenal…"
Kamu menatapku dengan alis berkerut. Tidak suka kupotong kalimatmu. Membuatku membuat gerakan menutup resleting di mulutku. Kamu menatapku cukup lama sampai akhirnya kerutan di tengah alis-alismu hilang dan kembali melanjutkan kata-katamu, "Kita sudah saling mengenal diri masing-masing cukup lama dan…"
Lalu kamu menghentikan kalimatmu tanpa harus aku potong. Mendekatkan wajahmu kembali ke wajahku dan genggamanmu bertambah erat membuat kura-kura dan kancil semakin kencang berlomba di kepalaku, "Dan, Sari, aku rasa sudah waktunya…"
"Untuk pulang?" - (oleh @melillynda - http://anakdewasa.tumblr.com)
No comments:
Post a Comment