Tentang 30 Hari Cerita Cinta

Showing posts with label Langit Bumi - Nara Lendra. Show all posts
Showing posts with label Langit Bumi - Nara Lendra. Show all posts

03 October 2011

#18 Kembali ke Siti Nurbaya

Hallo Sayang, Apa Kabar? Maaf sinyal susah banget disini.
Maklum aku gak sering di Daruba (Ibukota Kabupaten Morotai), tapi menjelajah ke seluruh Kebupaten Morotai, pergi ke Pulau Zum-Zum, Dodola Besar, Dodola Kecil dan Ngele-Ngele dan kamu tau Nay pantai-pantai disitu semua adalah pantai terindah yang pernah aku lihat. Hahahaha, kamu pasti iri deh, iri. Oh iya Nay, kamu juga harus tahu asal usul Pulau ini. Dari yang aku temukan sama Leo disini, Morotai itu erat kaitannya sama Suku Moro, suku asli Pulau ini yang sekarang sudah seperti orang bunian. Orang bunian memang diyakini sudah seperti makhluk yang beda dimensi dengan kita alias gaib. Cerita Suku Moro ini tidak jauh berbeda dengan kisah Suku Badui di Banten, kedua suku ini memang "melarikan" diri ke dalam hutan untuk lepas dari cengkraman kekuasaan superior yang dapat menggangu keberlangsungan adat istiadat mereka. Inilah persamaan yang aku tangkap dari kedua suku ini, mereka sama-sama mengasingkan diri demi menjaga keberlangsungan keyakinan dan tradisi mereka, perbedaannya hanya dari siapa mereka "melarikan" diri. Badui dari kekuasaan Islam sedangkan Moro dari Portugis, walaupun menurutku keduanya sama saja.
Semua berawal dari abad ke-15 Masehi, ketika datang Portugis ke tanah Halmahera untuk menguasai regulasi atas rempah rempah dengan melakukan banyak cara diantaranya, mengambil paksa rempah-rempah, menarik pajak yang sangat tinggi dari warga, mengadu domba yang pada ujungnya memicu pergolakan diantara Orang Halmahera. Sebelum semua ini terjadi Suku Moro merupakan suku utama yang sejak dulu berdiam di Jailolo (Halmahera) dibawah kepemimpinan seorang raja yang adil dan bijaksana. (Jika dilihat dari tahun berlangsungnya peristiwa tersebut, dapat dikatakan Raja yang memerintah ini kemungkinan besar menghadapi konflik perang saudara dengan kerajaan Ternate, Bacan atau Tidore yang pada masa itu memang sangat kuat bersaing menancapkan hegemoninya di seluruhMaluku walaupun keempat kerajaan ini dikenal dengan Moloku Kie Raha, akan tetapi bila melihat Portugis yang ada dibelakangnya dapat dipastikan ia berperang melawan Ternate yang memamng memiliki latar belakang historis yang cukup erat dengan Portugis).
Disinilah awal mula stereotype yang menyebutkan Suku Moro menjadi sedikit gaib, perang saudara yang terjadi akibat campur tangan Portugis membuat Raja Jailolo tersebut memutuskan untuk melarikan diri bersama seluruh pengikutnya (Suku Moro) kedalam hutan, setelah berabad-abad menghilang ke dalam hutan suku ini diyakini masyarakat Halmahera telah menyatu dengan hal-hal yang diluar akal sehat manusia, walaupun interaksi masyarakat setempat dengan suku moro ini masih terdengar hingga saat ini.
Tapi kamu harus tahu Nay, apa yang mereka perjuangkan dengan cara itu (mengasingkan diri) ternyata cukup berhasil. Kepercayaan merka tentang kesinergian kehidupan antara seluruh makhluk hidup dapat tercipta dengan baik, contoh mudahnya disini seseorang tidak dapat dengan entengnya menebang atau membunuh makhluk hidup yang ada. Mereka takut dan pantang sekali melakukan itu, mereka khawatir apabila pohon yang mereka menebang atau binatang yang mereka sembarangan membunuh adalah jelmaan dari suku Moro dan itu dapat menimbulkan sesuatu yang tidak baik. Aku rasa kamu mengerti kan Nay arahku kemana? Jangan tertawakan keyakinan mereka itu dengan hal-hal yang dikatakan takhyul, sirik, musyrik atau apalah bahasa lain yang memandang mereka salah bahkan rendah, tapi coba kita rasakan efeknya dari "kepolosan" mereka berpikir itu. Berarti banyak pohon yang masih menjulang tinggi hidup menghasilkan oksigen yang bersih dan segar, masih banyak binatang-binatang yang hidup sehingga rantai makanan tidak terganggu dan apa dampaknya?? Keberlangsungan hidup Manusia, mereka tidak perlu gelar tinggi untuk melakukan itu, meraka tidak perlu embel-embel peningkat derajat "tai kucing" yang diperlukan oleh orang-orang pragmatis, dan yang jelas apa yang mereka yakini dan jalankan tersebut adalah sesuatu yang sangat tidak dijalankan oleh manusia-manusia di kota-kota besar. Yah tapi itulah resiko peradaban, semakin modern semakin menuntut untuk tidak selaras dengan hal-hal tradisional yang mereka anggap kuno dan mistis.
Oiya Nay, disini keseniannya juga keren-keren loh, hehehe. Kamu pasti iri lagi. Selain alamnya yang layaknya surga, budaya dan adat istiadatnya yang berkarakter ternyata Morotai juga memiliki kesenian yang unik. Pertama kali aku sama Leo datang ke Kantor Bupati Daruba, kita disambut dengan Tarian Cakalele, ini tarian sih emang terkenal banget disekitaran Maluku. Tarian Cakalele kalau menurut John (Guide kami selama disini) itu merupakan Tarian khas seluruh Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30an orang laki-laki dan perempuan. Penari laki-laki biasanya membawa klewang (Senjata khas Maluku atau biasa juga disebut Parang) dan Salawaku sejenis Tameng, sedangkan penari wanita menggunakan Lenso sejenis sapu tangan. Pakaian penari laki-laki bernuansa warna merah dan kuning tua, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Berbeda dengan pakaian penari lelaki yang didominasi oleh warna merah dan kuning, penari perempuan menggunakan warna putih untuk warna pakaiannya. Tarian ini dibawakan berpasangan dan mereka menari diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.
JIka dilihat dari sudut pandang antropologi, menurutku tarian ini sarat sekali dengan bahasa-bahasa simbol yang digunakan oleh orang Maluku untuk menggambarkan harga diri dan nilai-nilai sebagai orang Maluku. Ternyata Leo pun juga memiliki pandangan yang sama, terlebih didaerahnya sana juga ditemukan tarian sejenis yang juga memiliki maksud yang sama. Setelah aku dan Leo bertanya pada John, barulah kami tahu arti pasti dari simbol-simbol yang tadi kami kira-kira tersebut.
Kalau kata John nih Nay, tarian ini sangat istimewa bagi mereka, tiga simbol utamanya terletak pada, satu: Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. Dua: Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Dan terakhir, Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat. Ternyata dibalik itu semua tariaan ini juga dipakai sebagai tarian perlawanan atau protes sosial untuk pemerintahan yang tidak berjalan dengan semestinya. Benar-benar syarat dengan makna Caklele ini, kebudayaan kita memang termasuk kebudayaan awal di muka bumi ini jadi tidak mengherankan jika kebudayaan-kebudayaan di Indonesia memiliki nilai tinggi jauh sebelum semua hegemoni asing hadir di Nusantara, jauh sebelum bangsa Arab, Eropa dan Cina membawa ideologi-ideologi mereka kesini bangsa kita sudah memiliki peradaban yang tinggi. Tapi apa sekarang yang terjadi? Toleransi masyarakat yang ada di Indonesia jauh dari yang diharapkan, kemana tadi nilai-nilai luhur yang menjadi ujung tombak melestarikan tatanan alam? Terganti oleh ideologi-ideologi asing yang terbawa masuk kesini dalam apapun bentuknya, baik agama, ekonomi dan politik yang sebenarnya tidak cocok berada disini. Agama yang tidak diterapkan dengan benar membawa fanatisme berlebihan yang diujungnya sudah pasti bertolak belakang dengan kebudayaan, terlebih akan budaya yang katanya tidak selaras dengan kaidah-kaidah agama. Contoh pengkeramatan akan pohon, ritual terima kasih pada Dewi Padi itu yang dianggap haram? Coba kita lihat esensinya, diposisikannya sebuah pohon sebagai sesuatu yang keramat dengan tujuan agar manusia dengan tidak mudah menebangnya karena takut akan kutukan-kutukan yang menimpanya, dengan begitu keberlangsungan pohon yang merupakan sumber kehidupan tetap berlangsung (jelas dong ia menghasilkan oksigen yang semua orang harus hirup jika masih ingin hidup). Kita lihat bahasa dari kenyataan itu, apa yang sebenarnya coba disampaikan dari "pengkeramatan" tersebut, jangan langsung dibilang sirik. Lagipula tradisi itu sudah ada jauh lebih lama dari lahirnya agama-agama yang melarangnya, itu hanya bentuk manusia kuno menerjemahkan alam tanpa ada bimbingan dari siapa pun.
Pun juga dengan ekonomi, ekonomi saat ini tidak berpihak pada ekonomi mikro yang pada kenyataanya justru sektor terbesar yang dijalankan oleh masyarakat di Indonesia. Padahal jauh sebelumnya Jayabaya sudah memperingatkan pada kita melalui jangkanya. Ketika pasar kehilangan gaungnya itulah tanda akhir zaman (akhir zaman disini menurutku adalah tidak meratanya kesejahteraan yang diperoleh oleh seluruh umat manusia), kalau aku lebih mengartikan kata-kata ini dengan banyaknya mall yang didirikan mengalahkan pasar-pasar tradisional, dimana gaung yang dimaksud adalah proses tawar menawar yang tidak kita temukan di swalayan dan semacamnya. Jika sudah begitu apa yang terjadi? Ketidakberpihakan kepada masyarakat kecil dan keuntungan yang hanya akan didapat oleh sebagian orang, terutama yang memiliki modal besar. Ini yang diharapkan dari bangsa yang tumbuh tanpa melihat jauh nilai-nilai luhurnya yang terkandung dalam tiap nafas kebudayaan dasar yang membentuknya, sebuah penghianatan kepada cita-cita luhur. Untuk itulah aku disini Nay, aku akan mencoba mengubah sedikit pandangan pemerintah melalui kerjaan ini. Sudah saatnya pemerintah menggunakan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya terutama tempat-tempat berpotensi yang jumlahnya ada ribuan di Indonesia seperti Morotai ini. Coba jika seluruh tempat disana dikelola dan diakomodasir seluruh potensi wisata dan budayanya, hal itu akan menghidupkan geliat ekonomi daerah tersebut dan ujungnya pendapatan akan merata keseluruh wilayah di Indonesia. Masih tidak yakin dengan kata-kataku? Sudah ada kok contohnya, Bali. Keberhasilan Bali mempromosikan, mempersiapkan dan mengelola sektor pariwisata dan budayannya sudah menjadi ujung tombak pendapatan perekonomian masyarakatnya. Dan Sail Morotai 2012 mengarah kesana, itulah yang menyebabkanku benar-benar "khusuk" pada pekerjaanku kali ini.
Aku tahu kamu pasti akan menertawakan uraianku diatas yang panjang lebar, tetapi ya memang itu yang terjadi dan aku rasa kamu juga paham. Hehehe.
Oiya selain Cakalele, ada kesenian yang lebih khas dalam menggambarkan Maluku Utara, namanya Musik Bambu Hitadi. Sesuai dengan namanya Nay, alat music ini berasal dari bamboo dengan pengaturan nada music berdasarkan nada-nada yang dibutuhkan pada lagu yang diiringi, unik kan? Jadi setiap lagu akan selalu berbeda. Hitadi ini bener-bener musik tradisional dan biasanya yang mainin dengan penyanyinya berjumlah 15 orang, kapan-kapan kamu harus lihat Nay dan tenang aja aku udah bawa rekamannya. Hehehe.
Di Morotai ini juga banyak menyimpan peninggalan Perang Dunia Nay, disini dahulunya merupakan strategis yang diperebutkan oleh sekutu dan jepang. Morotai dua kali mengalami pendudukan tentara asing. Pertama, oleh tentara Jepang di bawah pimpinan Jenderal Kawashima pada 1942 dan tentara Sekutu pada 1944 di bawah komando Jenderal Douglas McArthur. Jadi di Morotai ini benar-benar banyak ditemukan benda-benda sisa perang kayak, panser, tank, pesawat tempur, bom, senapan. Belum lagi sisa landasan yang masih menyisakan kehebatan masa lalunya ada tujuh jalur landasan pacu yang masing-masing memiliki panjang sekitar tiga kilometer yang saat ini terbengkalai, sayang banget padahal jika pemerintah bisa mengoptimalkannya bandara ini bisa digunakan untuk pintu masuk datangnya wisatawan ke Morotai.
Oh iya Nay, gimana kabar Jerami? Terus udah jadi direalisasiin tuh idenya si Ahmad? Maaf ya gak bisa bantuin kamu ngurus Jerami. Hehehe. Tapi tenang seminggu lagi aku pulang kok dan kita akan mengawal Jerami bersama-sama. Hehehe. Hoaammmm. Udah jam 01.00 WIT disini Nay, sudah dulu ya suratku. Nanti aku cerita banyak kalo dapet sinyal, untuk kali ini kita kembali ke masa Siti Nurbaya, yaitu pakai surat. Aku yakin kamu pasti ketawa pas nerima ini, tapi tenang aku kirim pakai titipan yang kilat jadi 3 hari pasti sampai. Hehehe.
Seseorang yang kangen banget sama kamu.
Nalendra Jaleswara
Morotai menjelang pagi.

Kulipat sepucuk surat untuk istriku. Surat pertama yang akan singgah di dalam kotak pos kayu buatanku sambil membayangkan ekspresi Naya yang kegirangan. Dia pasti menggerutu dengan suratku, 'Len kamu bikin surat atau buku sejarah?' hahaha dia seringkali meledekku. Tak apa aku suka melakukannya toh dia senang membaca dan menyimpannya hehe..




~ (oleh @sthirapradipta)

01 October 2011

#17 Gadis Jerami


Gadis Jerami #17

You'll always be a part of me
I'm a part of you indefinitelyGirl don't you know you can't escape meOoh darling cause you'll always be my babyAnd we'll linger onTime can't erase a feeling this strongNo way you're never gonna shake meOoh darling cause you'll always be my baby
Always be my baby
"Wah wah terimakasih lho tepukan tangannya, pada suka sama lagunya ya atau cuma suka sama David Cook nya aja? Hahahaha... yaa terserah lah ya, mau sukanya sama saya juga saya ngga nolak ko.. hahah.."
"lagu selanjutnya ada yang mau request ngga nih?" belum sempat ada yang jawab saya sudah memotong, maklum memang kebiasaan saya suka iseng, hehe..
"oke ngga ada ya, kalian nikmatin aja ya yang satu ini, lagu terakhir ini dari saya... enjoy"                     
I'll drown my beliefs to have you be in peace
I'll dress like you wish and wash your swollen feet
Just don't leave
And true love waits in haunted attics
And true love lives on lollipops and crisps
Just don't leave
Don't leave
.......................
"Terimakasih semuanya, mudah-mudahan kawan-kawan semua bisa menikmati apa yang saya suguhkan barusan atau mungkin yang punya Jerami mau ngontrak saya secara profesional? Hahah.. nama saya Arya dan itu barusan True Love Waits – nya Radiohead.... selamat malam semuanya"
Begitulah kira-kira pengalaman saya menyanyi di kota Bogor, sungguh menyenangkan, menemukan sebuah tempat kongkow sederhana ditengah perjalanan saya dan teman-teman mengisi air ke dalam gelas diri masing-masing yang entah kenapa tempat ini menaikkan semangat saya... aaaaaah.. Bogor... Di tempat ini, udara, suasana, orang-orangnya....

Saya menyapu seluruh ruangan di tempat ini, dari plang nama diluar tempat ini tertulis bernama "Jerami". Unik dan hidup sekali jiwa tempat ini, benar-benar sangat kuat menarikku untuk ingin berlama-lama disini. Nah, akhirnya kutemukan juga toilet tempat ini, ternyata dipojok ruangan dan aku segera bergegas masuk kedalamnya.

"Terima Kasih ya buat performnya, Saya Naya, saya yang punya tempat ini", tiba-tiba suara bernada lembut itu menghentikan sejenak langkahku yang ingin kembali ke meja teman-temanku. Seketika itu juga aku menyalurkan tangan untuk berkenalan.

"Oh iya mbak sama-sama.. Mbak pemilik Jerami?? Ahh Gadis Jeramii..", jawabku langsung menggoda.

Sejenak saya perhatikan wanita ini, sungguh magis, setiap pembawaannya benar-benar menarik perhatianku.
"Saya Arya mba, cukup Arya...", Aku pun memperkenalkan namaku.
Saya selalu merasa kurang nyaman ketika harus berkenalan dengan meyebutkan nama panjang saya, selalu 'Arya' saja dan cukup 'Arya' disertai dengan jabatan tangan yang mantap... hmmm sebenarnya nama saya terdiri dari 4 suku kata, diawali dengan sebuah gelar... ya kira-kira begitulah, jadi pasti mengerti kenapa saya lebih memilih 'Arya' sebagai sebuah nama sederhana.

"hmm Naya tempat ini bagus lho, saya sangat suka, sepanjang perjalanan saya, saya rasa tempat ini yang pada akhirnya akan menghentikan perjalanan saya"
"perjalanan?"

"hmm iya mbak, perjalanan.."

"Kayaknya panggil Naya cukup deh gak usah pake mba.. Dan saya jangan panggil saya Gadis Jerami.", Potongnya sambil terkekeh. Okelah jika itu maunya, Naya.

Saya percaya, tiap manusia diciptakan atau kalaupun ada yang meyakini bahwa manusia tidak ada yang menciptakan, setidaknya dia hadir di dunia adalah memiliki maksud atau tugas tertentu untuk diselesaikan dan untuk mengetahui apa tugasnya itu butuh proses... atau paling sederhana adalah yaaa dijalankan... nah, saya sebut itu perjalanan. Eh tapi berhubung saya baru kenal sama ini wanita, ngga mungkin saya kasih penjelasan itu kan.. heheh.. lagian sepertinya saya masih akan kesini lagi..
"kamu pasti mau nawarin saya main disini ya Nay?"

"hahahah.. kepedean kamu....."

Sejenak saya ikut tertawa, kemudian saya pandangi Naya dengan tatapan tajam ala detektif-detektif terkenal yang sedang menginterogasi penjahat
"saya ko suka ya denger suara kamu dan kebetulan orang-orang disini keliatannya suka juga, jadi..."

"iya Nay, saya mau.."
Hahaha ini lucu, karena Naya bengong, raut wajahnya nampak heran.
"hmm lagian saya juga suka ko Nay sama tempat ini, siapa tau saya jadi punya fans-fans baru.. hahah..."
Saya melihat Naya tertawa, dan sepertinya masa depan saya di Bogor mulai terlihat cerah
"kebetulan saya bisa jadi ada alesan buat lebih lama di Bogor sembari nyari tempat tinggal sementara untuk saya dan anak-anak.."

"tempat tinggal? Maksudnya?"

"hmmmm dalam rangka menimbulkan inspirasi buat bikin album berikutnya Nay"

"hahahaha album?" nada Naya meremehkan

"iya Nay, album..."
Sejenak Naya terdiam, entah mungkin masih ngga percaya dengan alasan saya atau merasa bersalah atas ketidakpercayaannya...

"eh tadi kamu bilang tempat tinggal ya?"
Saya mengerti dia bermaksud mengalihkan, yasudahlah, entah apapun alasan yang membuat dia terdiam tadi, yang penting saya dapet tempat tinggal..

"iya, tenang, damai, sejuk, kebun" saya langsung memberikan syarat-syarat tempat tinggal yang saya inginkan.. haha terdengar gila sih, gimana caranya coba belum apa-apa syaratnya aja banyak dan ribet..

"hahahahahaha.."
Naya tertawa, dan sepertinya senang sekali..

"ko malah ketawa Nay? Saya pikir kamu malah mau marahin saya karena ngasih syarat-syarat yang susah"

"siapa bilang susah...."

"Jadi kamu mau nemenin saya cari tempat kayak gtu?", Pancingku.

"Nemenin?? Duh.." gadis di hadapanku ini melirik notebooknya.

"Kenapa sibuk ya? kan ga harus sekarang besok atau lusa mungkin?" berawal dari iseng minta tolong sekarang saya malah pengen banget minta ditemenin. Lagipula bukannya akan lebih mudah kalau saya cari tempat sama orang yang lebih mengerti daerah di sekitar sini.

"Hmmm.." pikir Naya.

"Ayolah.. Besok lagi saya nyanyi di sini deh biar Jerami-mu rame hehe.. Ya?" pintaku sedikit memaksa.

"Lusa?"

"Siip! Ga masalah.. Kita ketemu di Jerami ya?" kataku menyembunnyikan kegirangan.

"Okay.. Jam 11.00-an"

"Siap! Saya balik ke temen-temen dulu ya?!" pamitku sambil menunjuk ke bangku kawananku yang sedari tadi berisik sendiri.

"Eh tunggu.." panggil Naya ragu.

"Ya??" Arya membalikkan badan memandang Naya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Hmm.. Maaf bukannya apa-apa tapi kalau saya bersedia nemenin kamu besok, anggap saja itu ucapan terimakasih saya untuk kamu yang sudah menghidupkan Jerami malam ini.", Naya menjelaskan sedikit takut menyinggung perasaanku. Ku rasa begitu, dari raut wajahnya dia tidak ingin aku ke-geer-an dengan kebaikannya.

"Never mind.. Kalau begitu saya yang kembali kasih sebelumnya." kataku menghadirkan senyum kelegaan di wajah Naya.
Eureka!! Obrolan saya dengan Naya seperti akan berujung pada titik terang...........
Aaaah!!! Saya lupa, seharusnya saya bikin lirik nih! Kasihan kopi ini kehilangan panasnya dengan cara yang kurang tepat... maklum, susah kalau jadi seorang yang multi-tasking.. Dasar Jerami.. hahaha...
#nowlistening Bogor Biru – Sore
Bogor, September 2011
01:20 am

~ (oleh @omradit (Raditya Rachman)

30 September 2011

#16 Tanah Surga di Utara Indonesia




 Tanah Surga di Ujung Utara Indonesia
Pertama kali aku menginjakan kaki di Pelabuhan MS Lastori, Daruba Morotai sinyal-lah yang aku cek terlebih dahulu, kepergianku kali ini benar-benar berbeda dari biasanya. Rasanya aku ingin selalu mendapat kabar dari si centil (Naya) dan memberikan kabar tentang diriku padanya, sesuatu yang jarang sekali terpikirkan olehku sebelumnya. Aku benar-benar heran sama diriku sekarang ini, seolah-olah aku seperti anak muda yang pertama kali harus berpisah dengan kekasihnya. Mungkin semua karena biasanya Naya sering ikut setiap aku bepergian yang cukup lama, tapi sudahlah aku harus professional dalam bekerja dan aku harus menerima resiko itu. Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, sudah keinginanku sedari dulu mengerjakan sesuatu untuk bangsa dan tanah airku dan sekaranglah kesempatanku untuk mewujudkan itu. Berawal dari Tony teman kerjaku yang sekarang juga berangkat bersamaku mengabarkan pekerjaan ini kepadaku minggu lalu, sebuah pekerjaan dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata yang menugaskan kami mengorek sebanyak-banyaknya seluruh aspek budaya, sejarah, kesenian masyarakat Kepulauan Morotai. Semua terkait rencana pemerintah mempersiapkan promosi Sail Morotai 2011dan aku sangat antusias untuk itu, mengapa? Karena berarti pekerjaanku disini jalan jalan dan menjelajah. hehehe.(Padahal emang itu kerjaanku selama ini).
"Hallo Sayang, aku udah di Morotai nih. Sumpah di tempat bagus banget Nay", Kataku kepada Naya melalui telepon.
"Wah Sayanggggg. Iya hadeuhh iriii. Hihihihi. Tapi gak deh aku lebih seneng ngurus rumah sama Jerami, ih kok aku juga jadi seneng ya lama-lama di Jerami. Tapi kita sewaktu-waktu harus ke Morotai lagi ya len.", Cerocos Naya seperti biasanya.
"Iya siap komandan. Hehehe. Eh kamu jadi ikutan seneng ke Jerami? Baguslah, jadi Jerami ada yang ngontrol selain Ahmad. Nay maaf ya aku harus pergi ditengah-tengah kebahagaiaan kita ngurus rumah. Hehehe."
"Gak apa-apa sayang, kalo kamu gak pergi nanti kita makan apa. Hihihihi", Sahut Naya ringan.
"Ih dia malah bercanda, huhh",
"Iya sayang kan emang kerjaan kamu, aku akan selalu mendukung dan tidak akan pernah keberatan. Lagian Cuma dua minggu ini, iya kan?", Tanya Naya.
"Hmm.. mudah-mudahan, hehehe. Yaudah nanti aku kabarin lagi ya, gak enak telepon ditengah-tengah orang banyak gini. Mungkin besok-besok bakalan susah sinyal nih soalnya aku bakalan masuk-masuk ke pedalaman. Hehehe.", Ucapku kembali.
"Oke sayang, semangat ya, ati-ati! Jangan lupa sering-sering minum vitamin dan kalo bisa minta suntik malaria di Rumah Sakit disana ya Len. Muuuahhhh", Sahut Naya.
"Oke sayang terima kasih buat support dan kebawelannya. Hihihihi.. Muuuaaaahhh.", Jawabku.
"Daghhhh.. Oiya salam buat Leo ya Len, tanyai rambutnya udah lurus belum?hehehe"
"Oke nanti aku sampein ke Leo. Daghhh"
Tetapi aku berpesan bagi semuanya yang punya uang sedikit lebih cobalah berwisata ketempat ini (Morotai), aku jamin kalian akan melihat surga yang nyata. Morotai benar-benar sebuah untaian mutiara di wilayah paling Utara Nusantara ini. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah Utara, Laut Halmahera di sebelah Timur, Selat Morotai di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Barat Morotai membentang dengan  luas 474,94 kilometer persegi atau secara prosentase hanya 10% luas tetangga terdekatnya, Kabupaten Maluku Utara. Morotai memiliki segalanya untuk menjadi surge dunia pariwisata alamnya yang eksotis, laut dan wisata baharinya yang luar biasa, kebudayaan lokalnya yang luhur serta masa lalunya yang banyak menceritakan kepingan-kepingan Perang Dunia II. Decak kagumku tak henti-hentinya melihat lautnya yang bening dan langitnya yang memancarkan warna warni memesona.

"MOROTAIIIIII", Seketika aku berteriak lepas yang pastinya membuat bukan hanya kawanku tetapi orang lain disekitarku melonjak kaget. Hahahaha.

"Astaga.. kenapa kau Len??", Tanya Leo dengan muka yang heran.
Leo adalah temanku yang aku kenal dari 2 tahun lalu ketika kita sama-sama melakukan riset sejarah mengenai petani tembakau di Temanggung. Alexio Junior Baobalabuana nama aslinya, ia berasal dari Maumere Nusa Tenggara Timur namun sekarang ini ia tinggal bersama anak dan istrinya di Bandung. Leo tinggal di Bandung karena dahulu ia kuliah di jurusan sejarah Universitas Padjajaran dan kebetulan mendapatkan jodoh mojang Bandung.

"Hahahaha.Gak apa-apa Le, aku Cuma heran aja apa yang lagi dirasain Tuhan ya waktu buat nih tempat, benar-benar bikin mangap", Ujarku.

"Ah kau ini benar-benar gokil Len, masa kau teriak ditengah-tengah orang banyak gini.. hahaha", Sahut Leo sembari terkekeh.

"Kita kemana nih Le, dijemput kan ya sama orang sini?", Tanyaku.

"Ia katanya ada orang dari Pemda sini yang bakalan nemenin kita muter-muter untuk dua minggu kedepannya, tapi aku juga gak tau orangnya yang mana. Aku cuma dikasih nomor teleponnya doang, namanya tau siapa. hahaha", Sahut Leo.

"Yaudah Telepon deh Le, biar kita bisa istirahat. Eh ini kita jadwal ke Hotel dulu kan?", Tanyaku.

"Iya aku mintanya gitu len ke meraka, trus kita ketemu merekanya besok aja pagi-pagi", Jawab Leo.

"Okelah", Kataku singkat.

"Oiya tadi dapet salam dari Naya le, kata dia rambutmu udah lurus belum? Hahaha"

"Ah sial Naya, suruh dia rebondingin rambutku baru bisa lurus. Hahaha", Candanya.

Perjalanan ke Morotai yang melelahkan langsung tergantikan dengan pemandangan yang tervisualkan oleh mata disini. Ada beberapa alternative untuk mencapai "surga" ini, tetapi perjalanan yang kami tempuh merupakan jalur yang tercepat dan termudah yang bisa dicapai dari Jakarta. Kemarin lusa aku dan Leo flight dari Jakarta menuju Manado, mengapa Manado? Karena hanya dari Ternate dan Manadolah yang memiliki trayek penerbangan menuju Bandar Gamar Malamo di Galela, dari Galela kita harus menempuh perjalanan darat ke Tobelo, Halmahera Utara, dan mengapa ke Tobelo? Karena dari Tobelolah kita bisa menuju Morotai lewat laut. Sebenarnya dari Ternate menuju Tobelo bisa ditempuh melalui jalan darat saja, akan tetapi waktu yang diperlukan sekitar 5 jam, dan kami tidak memiliki cukup waktu untuk itu walaupun sebenarnya aku dan Leo lebih menyukai jika jalur itu yang bisa kami pilih. Hehehe. Penerbangan peswat dari Manado ke Galela hanya ada pada hari selasa, kamis dan sabtu, dengan begini jadilah kemarin kami singgah di Manado satu malam menunggu penerbangan esok hari. Pesawat yang digunakan adalah pesawat kecil jenis Dornier 328 berkapasitas 30an orang, setelah tiba di Galela kami menempuh perjalanan darat ke Tobelo untuk kemudian menaiki speed ojek yang berkapasitas 10 orang. Sebenarnya tersedia juga kapal ferry untuk menyebrang ke Morotai namun jadwalnya hanya seminggu sekali dan pasti memakan waktu yang cukup lama, sedangkan menggunakan Speed ojek kita tidak akan terbentur oleh jadwal karena pemberangkatan tersedia setiap waktu hanya saja memang jauh lebih mahal jika kita menggunakan ferry. Bisa dibayangkan bukan betapa jauh dan melelahkannya perjalanan kami, tapi seperti yang sudah aku katakana sebelumnya bahwa semuanya sirna dengan apa yang kita lihat disini.

"Len, itu tuh orangnya, Namanya John. Ayok kita samperin", Kata Leo membuyarkan lamunanku.

"Oh itu, kok mirip ma kamu Le, hahaha", Sahutku sambil bercanda.

"Hahahaha. Sial kau Len, tapi iya juga sih ya", Jawab Leo sembari bercanda juga.
Tetapi benar-benar mirip wajah antara temanku Leo dan John ini. Hahaha.
Oke mungkin sampai sini dulu deh ya cerita singkatku tentang Morotai, besok-besok aku akan ceritakan kembali sedikit tentang apa yang akan aku jumpai disini. =)
Tanah Surga di Utara Indonesia
Nalendra Jaleswara




~ (oleh @sthirapradipta)