Tentang 30 Hari Cerita Cinta

Showing posts with label Ksatria Patah Hati Dan Puteri Cantik. Show all posts
Showing posts with label Ksatria Patah Hati Dan Puteri Cantik. Show all posts

26 September 2011

#10 Bertemu Puteri Marry

Sebentar lagi aku akan tiba di tempat Puteri Marry. Entah mengapa ada perasaan ragu dan takut ketika aku semakin dekat dengan tujuanku. Apakah Puteri Marry sudi menemuiku? Aku hanyalah orang asing dari Negeri Selatan, pasti akan sangat aneh baginya jika tiba-tiba ada seorang laki-laki yang entah berasal dari mana datang untuk menyatakan cintanya. Sejujurnya, aku pun merasa aneh dengan ini semua, aku hanya melihat sosok Puteri Marry melalui bola kristal dan sekejap saja aku jatuh cinta padanya.
 
"Berapa lama lagi kita akan sampai, Fantasy?"
"Tidak lama lagi, Tuan"
 
Perjalanan kali ini adalah sebuah perjalanan besar dalam hidupku. Aku benar-benar melakukan sebuah petualangan hanya demi menemui seorang puteri yang bahkan aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya mengikuti kata hatiku seperti saran dari orang-orang yang kutemui selama perjalanan ini. Semoga ini bukanlah kegilaan belaka.
 
"Fantasy, sebelum kita tiba di tempat Puteri Marry.. aku ingin kita menemui seseorang terlebih dahulu"
"Siapa yang hendak kau temui, Tuan?"
"Evelyn.. aku ingin menyampaikan pesan dari prajurit yang kita temui di lembah naga itu"
"Ah, benar. Prajurit itu menitipkan pesan padamu"
"Ya, karena itu aku harus memenuhi permintaan terakhirnya.. menyampaikan perasaannya pada wanita itu"
 
Baiklah, kali ini aku harus menyampaikan perasaan cinta seorang prajurit kepada wanita yang dicintainya. Setelah itu, baru aku temui Puteri Marry dan menyatakan perasaanku.
 
Tak lama kemudian, aku sampai di desa tempat wanita bernama Evelyn itu tinggal. Aku baru ingat jika prajurit itu berkata bahwa Evelyn sudah menikah.. Hmm, sepertinya akan ada sedikit masalah saat aku menemui Evelyn nanti.
 
Aku pun bertanya-tanya ke penduduk desa mengenai keberadaan Evelyn. Seseorang berkata jika dia tinggal di ujung jalan desa ini, maka aku pun segera menuju tempat Evelyn. Sesampainya di ujung jalan, aku melihat sebuah gubuk kecil, di depannya ada dua orang anak kecil sedang bermain. Ternyata benar saja, ini adalah tempat tinggal Evelyn.
 
"Permisi, apakah di sini ada yang bernama Evelyn?"
"Tunggu sebentar," jawab seorang wanita dari dalam gubuk.
Lalu wanita itu keluar dari dalam gubuknya, dia memakai tongkat untuk berjalan, badannya sangat kurus dan rambutnya memutih.
 
"Apakah di sini ada yang bernama Evelyn, bu?" tanyaku.
"Ya, Tuan. Aku Evelyn"
 
Baiklah, ini tidak seperti yang aku perkirakan.. Yang aku bayangkan, Evelyn adalah seorang gadis cantik yang sangat anggun.
 
"Maksud kedatanganku ke sini adalah untuk menyampaikan pesan dari seorang prajurit"
"Prajurit? Siapa namanya?"
 
Astaga, aku baru ingat jika aku tidak sempat menanyakan nama prajurit itu.
 
"Maaf, aku tidak tahu siapa namanya.. Tapi aku ingat ciri-cirinya, dia berbadan tidak terlalu besar, berkulit coklat dan rambut yang keriting, dia juga memiliki tanda di pipinya"
"Itu, Mario," tiba-tiba wanita itu tampak terkejut.. "Apa yang terjadi padanya?"
"Dia sudah meninggal saat bertarung melawan naga di lembah naga.. Dia kesana untuk mengambil bunga Rose sebagai bukti cintanya padamu"
"Apa? Dia mencintaiku? Tidak mungkin, Tuan"
"Itu benar, dia mencintaimu.. dan aku datang kesini untuk menyampaikan pesan terakhirnya bahwa dia sangat mencintaimu"
 
Evelyn terdiam, dia seolah-olah tidak percaya jika Mario telah meninggal dan yang paling membuatnya terkejut adalah bahwa ternyata Mario mencintainya. Kemudian Evelyn mengajakku masuk ke rumahnya, ia menceritakan padaku tentang Mario. Dari cerita Evelyn aku jadi tahu bahwa sebenarnya Evelyn juga sangat mencintai Mario, hanya saja kondisi fisiknya yang cacat membuat Evelyn merasa malu untuk jatuh cinta pada Mario yang merupakan seorang prajurit gagah berani yang menjadi idaman setiap wanita di desa ini. Benar-benar sangat disayangkan, ternyata mereka berdua adalah orang yang jatuh cinta diam-diam, hingga akhirnya tak satupun dari mereka yang mengetahui jika sebenarnya mereka saling mencintai. Setelah mendengar cerita dari Evelyn, aku pun berpamitan.
 
"Kau hendak kemana, Tuan?" tanya Evelyn
"Aku mau menemui Puteri Marry, aku ingin menyatakan perasaanku"
"Apakah kamu tidak tahu, Tuan? Puteri Marry telah memiliki seorang kekasih dan mereka saling mencintai"
 
Aku benar-benar terkejut mendengar perkataan Evelyn, benarkah puteri yang kucintai itu telah memiliki kekasih? Lalu, apakah semua perjalananku ini sia-sia? Haruskah aku merebut puteri Marry dari kekasihnya?
 
"Benarkah seperti itu, Evelyn?"
"Itu benar, Tuan"
"Hmm.. Aku akan tetap menemui Puteri Marry, karena bagaimanapun juga aku harus menyampaikan perasaanku"
"Sepertinya tekadmu sudah kuat, Tuan. Semoga berhasil"
"Ya."
 
Aku pun melanjutkan perjalananku ke tempat puteri Marry.
 
*
 
Akhirnya setelah semua perjalanan panjang itu, aku sampai di tempat Puteri Marry. Ya, inilah taman bunga yang sering kulihat melalui bola kristalku. Di manakah puteri Marry berada? Mengapa taman bunga ini begitu sepi?
 
Aku pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman bunga ini, perjalanan panjang cukup membuat badanku begitu lelah. Udara angin yang sejuk semilir membuatku merasa nyaman, hingga tanpa sadar, aku tertidur di taman bunga. Hingga tiba-tiba ada suara seorang wanita membangunkanku..
 
"Tuan? Tuan Ksatria?" suara wanita membangunkanku.
 
Aku membuka mata dan sangat terkejut.. Puteri Marry berada tepat di hadapanku.
 
"Ah.. iya, maafkan aku" Jawabku dengan gugup
"Maaf untuk apa, Auan?"
"Eng.. Maaf karena aku tertidur di sini"
"Tidak apa-apa, Tuan.. Aku membangunkanmu karena aku takut kamu masuk angin.. Di sini anginnya cukup kencang"
"Ah, terima kasih, Tuan Puteri.... Ngg.. Mmm."
"Marry.. Namaku Marry"
"Ah, iya, Puteri Marry.. Namaku Aira"
"Apakah Tuan Aira sedang dalam perjalanan? Karena jika kuperhatikan, Tuan tidak berasal dari daerah sini"
"I..iya, aku dalam perjalanan"
 
Ingin sekali aku berkata jika aku sedang dalam perjalanan menemuimu, tapi pasti Puteri Marry akan menganggap aku laki-laki aneh jika menjawab seperti itu. Ah, puteri Marry benar-benar sangat memesona, aku curiga jangan-jangan dia juga salah satu buatan Dewa Flora, karena aku rasa Puteri Marry jauh lebih indah dari bunga Rose. Baiklah, mungkin aku berlebihan tapi seandainya Dewa yang menciptakan Puteri Marry, pastilah ia diberi banyak pesona dan kecantikan oleh Aphrodite sang Dewi Kecantikan dan Dyonisus pasti memberi banyak nektar untuk membuatnya menjadi sangat manis.
 
"Tuan? Tuan Ksatria? Mengapa kamu terdiam?"
"Ah, tidak apa-apa, Tuan Puteri.. Aku hanya.. hanya..."
"Hanya apa?"
"Hanya.. Hanya.. Kaget saja"
"Kaget kenapa?"
"Karena akhirnya aku bertemu denganmu"
"Maksudmu?"
"Eng.. Mmm.."
 
Ah sial, aku benar-benar menjadi orang bodoh di depan Puteri Marry. Jika terus begini, apakah aku akan sanggup menyatakan perasaanku? Aku benar-benar tidak yakin. Semoga Tuhan memberikan keberanian padaku kali ini saja.
 
 
"Smile at a stranger. See what happens." -Patti LuPone- 





~ (oleh @wira_panda)

21 September 2011

#9 Moonlight Sonata




Setelah berhasil mendapatkan petunjuk dari Dewa Ares mengenai keberadaan bunga Rose yang ternyata bukan di lembah naga, aku pun segera menuju ke bukit tempat Kakek Pemain Suling. Sepanjang perjalanan aku terus menatap Puteri Marry dari bola kristalku, kali ini wajahnya mulai tampak jelas. Puteri Marry sangat cantik, cara ia tersenyum dan sifatnya yang ceria membuatku semakin menggilainya. Semoga dia adalah akhir dari perjalananku nanti.

"Apakah perjalanan kita masih jauh, Fantasy?"
"Tidak lama lagi kita sampai, Tuan"
"Kira-kira siapa ya Kakek Pemain Suling itu? Semoga dia bukan jelmaan dewa"
"Ya, semoga saja dia benar-benar manusia biasa, Tuan"

Tak lama setelah melewati beberapa gunung, aku melihat ada sebuah bukit yang sangat indah dan penuh dengan pepohonan yang hijau. Hawa di bukit itu terasa sangat sejuk, anginnya yang berembus serta cahaya matahari yang menyinarinya membuat tempat ini memang layak menjadi tempat tumbuhnya bunga tercantik itu.

"Inikah tempat kakek pemain suling itu?"
"Ya, tuan.. Inilah tempatnya"

Perlahan-lahan Fantasy membawaku turun ke arah bukit hijau itu, aku benar-benar menikmati setiap embusan udara yang membelai wajahku. Aku sempat berpikir apakah surga itu seperti ini? Karena di sini benar-benar sangat indah dan nyaman. Akhirnya aku dan Fantasy mendarat di bukit itu.

"Tempat ini sangat indah, Fantasy"
"Ya, Tuan.. Mirip dengan taman Firdaus milik para dewa"

Aku menatap sekeliling bukit ini, pepohonan tumbuh subur, burung-burungpun bernyanyi dengan sangat riangnya. Tempat ini benar-benar sangat nyaman. Tapi di mana kakek tua itu, kenapa aku tidak melihatnya ada di sekitar bukit ini? Ada dimana dia?

"Apakah kamu melihat Kakek Pemain Suling itu, Fantasy?"
"Tidak, Tuan, tidak ada siapa-siapa di sini"
"Apakah kita berada di tempat yang benar?"
"Ya, Tuan, aku yakin sekali, bukit inilah yang dimaksud Dewa Ares"

Tak lama kemudian, aku melihat seorang laki-laki tua yang berjalan ke arahku dengan langkah yang tertatih dan peluh yang menetes dari wajahnya, sesekali ia menyeka peluh itu dengan tangannya. Apakah dia si Kakek Pemain Suling?

"Fantasy, apakah laki-laki tua itu adalah Kakek Pemain Suling yang dimaksud Dewa Ares?"
"Mungkin saja, Tuan.. kenapa tidak kau hampiri saja dia"
"Hmm.. baiklah."

Aku segera berlari menghampiri laki-laki tua itu.

"Selamat pagi, Tuan." Aku menyapa laki-laki tua itu
"Selamat pagi, Anak Muda.. Apakah ada yang bisa aku bantu?"
"Ya, Tuan.. Aku sedang mencari kakek pemain suling"
"Untuk apa?"
"Aku sedang mencari bunga tercantik di dunia ini, menurut Dewa Ares yang ku temui di lembah naga.. kakek tua pemain suling itu bisa memberiku petunjuk."

Laki-laki tua itu terdiam beberapa saat, dia memandangku dengan wajah yang sangat serius.

"Baiklah, ikuti aku Anak Muda." Ajak kakek itu
"Ke mana?"
"Sudah ikuti saja aku jika kau ingin mendapatkan bunga itu"
"Apakah kamu adalah Kakek Pemain Suling itu?"

Laki-laki tua itu tidak menjawab, dia terus berjalan ke suatu tempat yang ada di bukit ini. Ke manakah dia akan membawaku? Apakah ke tempat bunga Rose itu berada? Semoga saja.

*

"Kita sudah sampai, Anak Muda." Kata laki-laki tua itu
"Tempat apa ini?"
"Inilah tempat bunga Rose berada."

Tempat aku berada sekarang jauh lebih indah dari bukit hijau yang tadi, di tempat ini penuh dengan banyak bunga cantik yang berwarna-warni. Dan di salah satu sudutnya aku melihat ada sekuntum bunga yang berwana merah merekah dan terlihat sangat anggun bercahaya, bunga tercantik diantara seluruh bunga yang ada di dunia ini. itukah bunga Rose?

"Apakah itu bunga Rose, Tuan?" Tanyaku
"Ya, Anak Muda.. itulah Rose, bunga yang selama ini kau cari"
"Benar-benar bunga yang sangat indah."
"Rose adalah bunga tercantik yang ada di semesta ini anak muda, bunga ciptaan para dewa."

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, kecantikan bunga itu benar-benar membiusku.

"Anak muda, sebelum kamu mengambil bunga itu.. ijinkanlah aku memainkan sulingku untuk istriku"
"Memang dimana istrimu, Tuan?"
"Dia terkubur tepat di bawah bunga Rose itu.. dulu aku sama sepertimu, seorang ksatria yang berjuang demi cinta dan akhirnya aku berhasil mendapatkan bunga Rose itu untuk kupersembahkan kepada wanita yang paling aku cintai di jagat raya ini"
"Jadi, dulu kau pun melawan naga?"
"Ya, sama sepertimu.. Aku juga bertemu Dewi Flora dan Dewa Ares"

Ternyata laki-laki tua ini adalah si Kakek Pemain Suling yang dimaksud oleh Dewa Ares dan siapa yang sangka jika dulu dia juga adalah seorang ksatria, sama seperti aku.

"Boleh aku bertanya sesuatu, Tuan?" Tanyaku
"Ya, silahkan saja."
"Kenapa kamu memainkan suling untuk istrimu? Dan sudah berapa lama istrimu meninggal?"

Kakek itu terdiam sesaat, matanya memandang ke arah makam istrinya.

"Sudah 60 tahun yang lalu istriku meninggal."
"Dan selama itu kau terus memainkan suling untuknya?"
"Ya, aku berjanji padanya jika setiap pagi, saat dia terbangun.. aku akan memainkan lagu yang ia sukai dengan sulingku ini, selamanya."
"Jadi kau melakukan ini setiap hari?"
"Begitulah, aku tinggal di bawah bukit ini.. Setiap hari, pagi-pagi sekali, aku akan datang ke tempat ini dan memainkan suling untuk istriku"
"Sampai kapan kamu akan melakukannya?"
"Seperti janjiku, selamanya.. Sampai Tuhan mencabut nyawaku"
"Baiklah tuan, aku tidak akan bertanya lagi.. Silakan mainkan sulingmu"

Maka kakek itu segera duduk di depan makam istrinya dan memainkan sulingnya. nada-nada yang mengalun dari tiupan sulingnya benar-benar indah dan membuatku bisa merasakan betapa kakek itu sangat mencintai istrinya. Bahkan alunan nada-nada itu seolah membawaku ke masa lalu, semua kenangan yang ada di diri kakek tampak jelas di mataku, hingga tanpa sadar aku menitikkan air mata.

Aku bisa melihat perjuangan kakek itu ketika masih muda, ketika ia mati-matian melawan naga dan hingga akhirnya mendapatkan bunga Rose itu. Aku juga bisa melihat sosok istrinya, ternyata istri kakek itu meninggal tidak lama setelah mereka menikah. Sebelum menikah,  istrinya mengidap suatu penyakit berbahaya yang tidak mungkin bisa disembuhkan tapi kakek tetap menikahinya, karena ia yakin jika wanita itu adalah wanita yang paling dia cintai di dunia ini. Sepanjang sisa umurnya si kakek benar-benar merawat istrinya sepenuh hati.. Setiap pagi ia menyiapkan sup untuk sarapan istrinya dan ia memainkan suling untuk menghibur istrinya. Sampai pada suatu pagi, kakek menemukan istrinya sudah tidak membuka matanya lagi dan ia tetap memegang janjinya hingga saat ini.

*

"Anak Muda, silakan jika kamu ingin mengambil bunga itu.. itu adalah hadiah bagi seorang pejuang cinta" Tiba-tiba kakek itu menyadarkanku dari lamunan.

Dalam hati aku berpikir, pantaskah jika aku mengambil bunga itu? Aku rasa perjuanganku belum ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan kakek ini, semua perjuanganku adalah berkat bantuan dari banyak orang, aku rasa ini belum saatnya bagiku.

"Biarlah bunga Rose itu tetap di sini, Tuan"
"Kenapa anak muda? Kamu berhak memilikinya"
"Belum saatnya bagiku, aku belum bisa membuktikan diriku sebagai pejuang cinta sejati.. Biarlah bunga ini tetap tumbuh di tempat ini sebagai bukti cinta abadi dari seorang ksatria pemberani sepertimu, Tuan."

Kakek itu menatapku, kemudian dia menangis dan memelukku.

"Terima kasih, Anak Muda.. ketulusanmu membuktikan jika kamu adalah pejuang cinta sejati"

Aku terdiam. Entahlah, aku merasa aku belum pantas memiliki bunga itu. Maafkan aku puteri Marry, aku akan datang padamu dengan tangan hampa.. Semoga kamu mau menerimaku.

Tanpa terasa hari sudah malam, aku pun mengantarkan kakek itu kembali ke rumahnya di bawah bukit, agar ia bisa beristirahat dan kembali esok pagi untuk memenuhi janji pada istrinya.

"Baiklah, Tuan, aku permisi dulu.. Aku akan menemui Puteri Marry untuk menyatakan perasaanku."
"Tunggu dulu anak muda, aku punya sesuatu untuk membalas ketulusanmu"

Kakek itu mengeluarkan sebuah kotak musik kecil dari dalam tasnya.

"Apa ini, Tuan?"
"Itu adalah Moonlight Sonata sebuah kotak musik pengantar rindu, dia akan mengirimkan rindumu pada orang yang kamu cintai."
"Benarkah?"
"Ya, itu adalah hadiah para dewa atas kesetiaanku pada istriku.. Tapi aku rasa kamu lebih memerlukannya saat ini, Anak Muda."
"Terima kasih, Tuan."
"Semoga kamu bisa menemukan cinta sejatimu, percayalah pada hatimu."
"Baik, Tuan, akan aku ingat kata-katamu itu."

Aku pun kemudian pergi menuju ke tempat Puteri Marry, semoga dia benar-benar tujuan akhir hidupku dan semoga dia memiliki teropong ajaib yang selama ini kucari, sebuah teropong yang bernama CINTA.


By night, Love, tie your heart to mine, and the two 
together in their sleep will defeat the darkness 
- Pablo Neruda-



~ (oleh @wira_panda)

20 September 2011

8# Laki-laki yang Memiliki Kesungguhan Hati

Kini aku sudah berada di depan goa naga, udara di sini terasa sangat panas sampai-sampai aku ingin melepaskan baju perangku. Apakah benar bunga tercantik itu ada di sini, di tempat yang sepertinya tidak mungkin ada tumbuhan yang dapat hidup. Di sini sangat gersang dan penuh asap panas yang berasal dari kawah-kawah yang berada di dasar goa ini.

RAAAAAWWRR!!.. Suara naga itu kembali terdengar, membuatku sedikit merasa takut.. Mungkin jika aku masih berpikiran waras aku akan pulang dan tidak memasuki goa naga. Ini bagaikan menghampiri kematian dengan sukarela. Tapi tekadku sudah bulat, apapun yang terjadi padaku nanti itu semua adalah takdir yang harus kujalani.

"Bagaimana Fantasy? Apakah kamu sudah siap?"
"Sangat siap, Tuan"
"Baiklah, ayo kita masuki goa naga ini"

Suasana di dalam goa naga benar-benar menyeramkan, kepulan asap dari kawah pun cukup mengganggu pandanganku. Sudut pandangku benar-benar terbatas, dan di manakah naga itu? Kenapa mendadak suaranya menghilang? Apakah dia sedang bersembunyi dan akan menyerangku tiba-tiba? Aku harus bersiap-siap dan tidak boleh lengah sedikitpun.

GROAAAAAAARR!!.. Mendadak suara naga itu terasa begitu dekat denganku, dan benar saja sesosok mahluk besar langsung menyerangku tiba-tiba.. Untung saja Fantasy cukup sigap untuk menghindari serangan dadakan itu.

"Apa itu Fantasy? Apakah itu naga?"
"Benar, Tuan. Itulah naga"

Naga itu benar-benar sangat gesit dan cepat, aku bahkan tidak tahu ia muncul dari arah mana.. Apakah aku sanggup mengalahkan mahluk ini dan mendapatkan bunga tercantik itu?

"Tuan, cepat cabut pedangmu dan hadapi naga itu" ujar Fantasy
"Baiklah"

Aku mencabut pedangku dan mengayunkannya ke sembarang arah, berharap salah satu tebasanku ada yang mampu melukai naga itu. Namun baru sebentar saja naga itu sudah menyerangku lagi, kali ini dengan kecepatan yang lebih tinggi dan benar-benar tidak bisa terlihat oleh mataku.

"Fantasy, aku tidak bisa melihat apa-apa? Bagaimana ini?"
"Gunakan hatimu untuk melihatnya, Tuan. Matamu tidak akan berguna di tempat ini"
"Bagaimana caranya?"

RAAAAAAAWWWR!!.. Belum sempat Fantasy menjawab pertanyaanku, naga itu sudah menyerang lagi dan kali ini cakarnya yang tajam berhasil merobek baju perangku serta menghancurkan tamengku. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?

"Fantasy? Kau masih sanggup bertahan?"
"Ya, Tuan.. Ayolah, aku yakin kamu pasti bisa mengalahkan naga itu"
"Bagaimana mungkin?"
"Karena kamu adalah seorang laki-laki yang memiliki kesungguhan hati"

Aku benar-benar bingung saat ini, mendengar kata-kata Fantasy membuatku teringat akan pertemuanku dengan beberapa orang hebat yang memperjuangkan cintanya, mereka semua berkata jika aku adalah laki-laki yang memiliki kesungguhan dan tekad kuat. Seolah-olah mereka menaruh harapan besar padaku, aku tidak boleh mati di sini.. Aku harus mengalahkan naga ini!!

"Fantasy, bawa aku ke arah kawah itu"
"Apa yang akan kau lakukan tuan?"
"Kita akan melakukan serangan balik, Fantasy"
"Baiklah tuan"

Maka dengan cepat Fantasy membawaku ke salah satu kawah yang ada di dasar goa. Aku akan memanfaatkan semburan panas kawah ini untuk menyerang naga itu atau paling tidak aku bisa sedikit memperlambat gerakannya. Aku tidak tahu apakah taktik ini akan berhasil atau tidak, aku harus mencobanya.

Aku pun menunggu naga itu datang menyerangku, begitu dia tiba aku akan hentakkan kakiku ke pinggir kawah agar airnya menyembur ke atas. Dan benar saja, naga itu datang dengan cepatnya.. Akupun langsung menghentakkan kakiku ke pinggir kawah, namun ternyata naga itu kebal dengan panasnya air kawah dan dia berhasil melukai sayap kiri Fantasy.

"Fantasy!!!"
"Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bisa membawamu terbang.. Sayapku terluka"

Sial, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin mati di sini, semua akan sia-sia saja jika aku berakhir di tempat ini.. Aku pun mengayunkan pedangku untuk menyerang naga itu.. Naga pun menuju ke arahku.. Dan dia menyemburkan api dari mulutnya ke arahku, habislah sudah.

*

Tiba-tiba saja Fantasy melompat ke arahku, dia melindungiku dan menjadi tamengku.. Api naga itu membakar sayapnya, Fantasy terjatuh dan terluka parah, sedangkan aku terpental cukup jauh ke arah kawah.

"Tidaaaaaaakkk!!! Fantasyyyyy!!"

Aku berlari ke arah Fantasy, tapi tiba-tiba naga itu menghadangku.. Ia berdiri tepat di hadapanku, mahluk legenda ini benar-benar sangat besar dan persis seperti apa yang diceritakan oleh para leluhur, matanya merah, sisiknya tebal, memiliki sayap yang besar serta memiliki cakar yang kuat dan tajam.

"Siapa kamu? Apa tujuanmu ke sini? Naga itu tiba-tiba berbicara kepadaku
"Aku Aira, seorang ksatria dari negara selatan... aku datang kesini untuk mendapatkan bunga Rose"
"Mengapa kau menginginkan bunga itu?"
"Sebagai bukti ketulusan dan perjuanganku untuk mendapatkan cinta puteri Marry"
"Bukti cinta? Hahahahaha.. Apa kamu tahu jika aku bisa saja membunuhmu anak muda, apa kau mau mati hanya karena cinta?"
"Tekadku sudah bulat, Tuan Naga.. Aku sudah siap menanggung semua resiko ketika aku memutuskan untuk datang ke tempat ini"
"Baiklah anak muda, berarti kamu harus menghadapiku"
"Aku siap, Tuan Naga"

Maka naga itu pun langsung menyerangku dengan cakarnya yang tajam, beberapa kali aku sempat menghindar namun rasa lelah tak dapat ku hindari.. Sebuah cakaran dari naga itu berhasil melukai tanganku hingga kau tak sanggup lagi memegang pedang.. Pandanganku mulai buram, pedangku pun terjatuh, apakah ini akhir hidupku? Haruskah aku mati di sini?

Dalam keadaan setengah sadar itu, semua kenangan masa lalu kembali berputar di kepalaku. Pertemuanku dengan orang-orang hebat yang memperjuangkan cintanya, peperanganku dengan pasukan kerajaan dan kenangan burukku saat tunanganku mencampakkanku demi laki-laki lain. Kenangan yang terakhir adalah kenangan yang tidak pernah mau aku ingat-ingat lagi tapi kini semuanya benar-benar teringat jelas sampai aku melihat ada sinar terang yang menghampiriku. Cahayanya begitu menenangkan, apakah ini surga? Apakah aku sudah mati?

"Aira, belum saatnya kamu berakhir.. Sadarlah Aira.." Tiba-tiba ada suara seorang wanita yang menyadarkanku
"Siapa itu?"
"Sadarlah Aira, jangan biarkan dirimu berakhir di sini"
"Siapa itu?"
"Bangun Aira.. Kalahkan naga itu.. Bangunlah.."

Entah suara siapa yang kudengar itu, apakah itu suara puteri Marry? Entahlah, paling tidak suara itu berhasil mengembalikan kesadaranku.. Aku melihat naga itu sedang bergerak menuju arahku.. Dia mengayunkan cakarnya untuk menghabisiku...

"Tuhan.. Aku tahu kamu mendengarku, dan aku percaya jika kamu memang ada.. Maka dengarkanlah permintaan terakhirku ini.. Jika Engkau memberiku kesempatan untuk bertemu puteri Marry, maka aku berjanji aku tidak akan meminta apapun lagi dari-Mu.."

Akupun mengambil kembali pedangku yang jatuh, dan entah kekuatan dari mana yang aku dapatkan. Tiba-tiba saja pedangku berhasil menusuk jantung naga itu, semua terjadi sangat cepat.. Naga itu tersungkur. Aku masih tidak percaya jika aku berhasil mengalahkan naga itu. Sementara Fantasy masih terkapar tak berdaya. Aku segera berlari menghampiri Fantasy. Semoga saja ia masih bisa diselamatkan.

"Fantasy, sadarlah.. Kita telah berhasil mengalahkan naga itu"
"Ka..mu memang hebat, Tuan.. Kamu memang laki-laki yang memiliki kesungguhan hati"
"Terima kasih Fantasy, semua itu berkat bantuanmu.. Ayo, aku akan membawamu keluar dari sini"
"Pergilah Tuan, aku sudah terluka cukup parah.. Tinggalkan saja aku di sini"
"Tidak Fantasy, aku akan membawamu.."

Aku pun memapah Fantasy untuk keluar dari goa naga, walaupun aku tau harapan hidupnya sudah sangat kecil sekali tapi aku tidak mungkin membiarkannya mati di sini.. Namun belum jauh aku berjalan, naga itu bangkit kembali.. Dia belum mati dan luka bekas tusukan pedangku di dadanya sudah sembuh. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?

"Jangan takut anak muda" Kata naga itu
"Bagaimana mungkin kamu masih hidup? Bukankah aku sudah menusuk jantungmu?"
"Ya, kamu memang telah menusuk jantungku.. Namun aku bukanlah naga sesungguhnya"
"Apa maksudmu?"

Tiba-tiba dari tubuh naga itu memancar sinar yang sangat terang, naga itu menjelma menjadi seorang Ksatria perang yang gagah berani..

"Perkenalkan, namaku Ares.. Aku adalah dewa perang yang diperintahkan untuk menguji ketulusanmu, Tuan Aira"
"Jadi kamu bukan naga?"
"Seperti yang kamu lihat sekarang, aku adalah Ares sang dewa perang"
"Lalu, apa yang kamu mau dariku sekarang?"
"Tidak ada, aku sudah menguji ketulusan dan keberanianmu dan kamu memang pantas untuk mendapatkan bunga Rose itu"
"Di manakah bunga itu berada?"
"Yang pasti tidak di sini, karena tidak mungkin bunga itu dapat tumbuh di tempat seperti ini.. Aku menyimpan bunga itu di suatu bukit yang tidak jauh dari tempat puteri Marry berada, bukit itu dijaga oleh seorang kakek tua yang senang bermain suling.. Temuilah dia, dan katakan jika kamu adalah utusan dewi Flora yang telah mengalahkan naga"
"Apakah bunga itu punya kemampuan untuk menyembuhkan?"
"Tentu saja tidak, Rose berbeda dengan bunga kehidupan yang dulu dicari oleh Captain Ussop.. Memang apa yang ingin kau sembuhkan?"
"Sahabatku.. Fantasy, aku ingin menyelamatkan nyawanya"
"Tenang saja, itu masalah mudah.. Aku akan menyembuhkan Fantasy"

Maka dengan sebuah jentikan jari dari dewa Ares, Fantasy pun kembali sembuh, sayapnya sudah berfungsi seperti sedia kala. Tidak hanya itu saja, luka-luka di tubuhku pun juga disembuhkan olehnya.

"Nah, sekarang pergilah ke bukit tempat kakek tua itu berada" kata Dewa Ares
"Baiklah Dewa Ares, aku akan menuju ke sana"
"Tunggu dulu Tuan Aira, apa yang kau pikirkan saat akan menusukkan pedang ke jantungku?"
"Entahlah.. Aku membuat perjanjian dengan Tuhan sambil memikirkan puteri Marry"
"Hmm.. begitu ya, semoga berhasil Ksatria.."
"Terima kasih Dewa Ares.."

Pertarungan melawan naga kali ini, membuatku menyadari jika kita bisa melakukan apa saja bahkan sesuatu yang tidak mungkin sekalipun jika kita bersungguh-sungguh ingin memperjuangkan apa yang ingin kita gapai, dan perasaan cintaku yang cukup besar pada puteri Marry menjadi salah satu alasanku untuk tetap hidup sampai saat ini.

"Fantasy, ayo kita lanjutkan perjalanan ini!!"
"Baik, Tuan!!"


".. And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it." -Paulo Coelho- 


~ (oleh @wira_panda)