Tentang 30 Hari Cerita Cinta

Showing posts with label Tak Selamanya Cinta itu Merah Jambu. Show all posts
Showing posts with label Tak Selamanya Cinta itu Merah Jambu. Show all posts

29 September 2011

Salah Paham

"Lil, ngapain sih ngajak aku ikut acara kayak ini, mending nonton AFI di rumah? Aduh, suara musiknya kenceng banget, bisa budeg aku," protes Rea sambil menutupi telinganya yang pekak dengan suara musik yang kelewat keras. Malam minggu itu, Lila mengajak Rea ke pesta ulang tahun salah satu temen cyber-nya di salah satu diskotik terkenal di Malang.
"Ih kayak ibu-ibu ama anak kecil aja nontonnya AFI, Mbok ya yang mboys dikit." Lila berteriak menyahut meningkahi suara musik yang keras. Lila terus maju sampai ke lantai dansa menyeret Rea di belakangnya. Lila mulai menggoyangkan badannya seirama musik yang betalu-talu.
"Ayo dong, Rea goyang, goyang.....!"
"Lil, aku duduk aja deh tar kamu kesana yah. Ku pesenin minum apa nih?" Rea yang jengah, mencari alasan untuk pergi dari lantai dansa yang penuh sesak itu.
"Apa aja deh boleh." Rea segera berlalu ke bar dan memesan minuman, tak lama kemudian nampak Rea duduk manis di meja paling atas yang menghadap lantai dansa.
Alunan musik yang tadi keras berubah menjadi lembut dan acara pun dimulai. Pada saat pembagian kue kepada orang terkasih, Rina yang malam itu berulang tahun memberikannya pada seorang cowok yang Rea kenal betul siapa dia, yaitu "Dino". Hampir lepas gelas di genggeman Rea, kini ia tau bahwa benar semua yang dikatakan Ferry. Ia berusaha menenangkan diri dan menahan airmata yang siap bergulir.
"Makasih ya cinta, selamat ulang tahun, semoga lo makin cinta gue." Suara cowok yang Rea sangka "Dino". Namun ada keganjilan pada cara "Dino" berbahasa, setahu Rea, Dino tak pernah memakai "lu-gue".
"Makasih yah, Don!" Rea menangkap keganjilan lain saat Rina memangil "Dino" dengan Don bukan Din, tapi ia tetap tak peduli.
"Sebenarnya apa yang gue dapat malam ini, baik kue dan si cantik yang ada disamping gue ini, semua berkat kembaran gue yang rela malam minggu kemarin gak ngapelin pacarnya karna mobilnya gue pake untuk ngerayu doi, so wajar kalo kue ini buat kembaran gue yaitu Dino." Sesosok yang bak pinang berbelah dua dengan "Dino" yang baru saja berbicara, naik keatas panggung dan kali ini gelas yang Rea pegang jatuh begitu saja setelah melihat kenyataan itu. Tiba-tiba Rea teringat kata-kata Dino sebulan yang lalu, "Re, kembaranku mau datang biasanya dia paling anti ke Malang tapi karna mama sakit so dia ngalah datang kesini."
"Emangnya tinggal dimana? Namanya sapa?" tanya Rea waktu itu.
"Doni. Ia di Jakarta, dari bayi udah ikut tanteku yang gak punya anak dan Doni gak pernah mau ke Malang katanya Malang sepi, bahkan Ferry gak tau kalo aku punya kembaran. Jangan sampe kamu salah ngenalin kami loh, abis kami berdua mirip banget kecuali cara ngomong Doni yang sok jakarta banget." Terlintas dibenak Rea, mungkin yang dilihat Ferry malam minggu kemarin adalah Doni.
Rea yang tidak memperhatikan panggung yang heboh, kaget mendengar namanya disebutkan. "Nah buat Rea yang malam ini, gue yakin ada disini tolong naik ke panggung sebelum Dino di mangsa cewek lain," teriak Doni yang disambut tawa histeris cewek-cewek.
Rea pun turun dari tempatnya duduk dan berjalan menuju panggung diiringi sorot lampu, ini bukti cinta yang terindah dalam hidupnya, disambutnya uluran tangan Dino yang menariknya keatas panggung. Ia meraih tubuh jangkung dan tegap itu dalam derai tangis, tak peduli mereka yang melihat. Di kejauhan Ferry dan Lila manatap haru.


~ (oleh @non_maya)

23 September 2011

Salah Paham

"Fer, kamu jangan ngehancurin hubungan Dino ama Rea gitu dong!" Tuduh Lila mendamprat Ferry di cafetaria kampus. Ferry yang sudah menyendok nasinya urung menyuapkan malah menatap Lila yang berdiri di depannya.
"Sapa juga yang mau ngehancurin hubungan sahabat sendiri gitu loh!!! Gue cuma bilang aja kalo gue lihat Dino malam minggu kemarin dugem ama cewek lain. What it's wrong?"
"Ya iya lah. Kamu kok jadi ember banget gini sih. Bisa aja khan tuh cewek sepupunya ato malah kamu yang salah liat orang?"
"Brak!!! Eh..., denger yah gue tuh udah berteman lama ama Dino, so gak bakalan salah ngenalin mobil sedan biru langit milik Dino, TAU!!! Gue juga kenal banget siapa aja sepupu Dino!!!!" sahut Ferry marah sambil menggebrak meja di depannya, otomatis para pengunjung cafetaria memperhatikan mereka berdua. Apalagi volume suara mereka dari tadi sudah tidak bisa dibilang pelan.
"Jadi kamu cuma liat mobil Dino doang, tanpa Dino gitu?" Lila kaget mendengar jawaban Ferry.
"Lil, gue juga lihat Dino turun dari mobil itu," nada suara Ferry tetap tinggi.
"Kamu lihat langsung dari dekat ato cuma dari belakang?" Lila menangkap keraguan Ferry, masalah ia melihat dari dekat atau dari belakang saja.
"Aku gak nyangka kamu sebego ini, menyampaikan berita yang belum tentu benar. Kamu, sahabat atau musuh dalam selimut sih?" Sinis nada suara Lila sebelum pergi meninggalkan Ferry yang terpekur diserang rasa salah. Seiring berlalunya Lila, para pengunjung cafetaria kampus pun tak lagi memperhatikan Ferry.




~  (oleh @non_maya)

20 September 2011

Salah Paham

"Rea, apa kamu gak terlalu cepat mengambil keputusan untuk bubaran dengan Dino? Kenapa kamu gak coba cek kebenarannya dulu?" tanya Lila, sahabat Rea, setelah ia mendengar semua curhat Rea tentang Dino yang selingkuh. Pagi itu, di kamar Lila, Rea menjemput Lila untuk bareng ke kampus sekalian curhat.
Rea menggelengkan kepalanya, "Mana ada sih maling mau ngaku? Sama aja, mana ada kekasih selingkuh mau ngaku."
"Kamu yakin, semua yang dikatakan Ferry tentang Dino yang jalan ama cewek lain itu bener? Bukan cuma karangan Ferry?"
"Ferry sahabat baikku, sama seperti kamu khan? Masa sih doi tega ngehancurin hubunganku dengan Dino?" Lila mengangkat bahunya, tak tahu. Rea mau gak mau jadi ikut memikirkan perkataan Lila, tentang semua yang diceritakan Fery.
Rea tetap yakin kalau Ferry tak pernah mengkhianati mereka, apalagi dirinya yang sudah menjadi sahabat Ferry sejak SMP sedangkan Dino adalah teman lama Ferry dari kecil, "Ferry jelas gak mungkin boong ama aku, Lil."
"I hope so."
"Kamu kok kayaknya gak percaya gitu ama omongan Ferry, kenapa sih?"
"Ya, kamu tau khan kalo Ferry tuh sejak SMP naksir kamu, ternyata sampai kita kuliah pun kamu gak menanggapi cinta Ferry. Kamu malah jadian ama cowok yang dikenalin Ferry ke kamu 3 tahun lalu." Rea mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti kecurigaan Lila.
"Lil, jangan negatif thinking gitu dong ama sohib sendiri. Aku yakin Ferry dari dulu tau kenapa aku gak mau pacaran ama dia. Udahlah jangan ngomongin itu terus, buruan yuk ke kampus ntar telat lagi." Lila hanya diam saja mendengar Rea yang kelewat percaya Ferry sambil mengambil tasnya dan menyusul Rea yang sudah lebih dulu keluar kamarnya.




~  (oleh @non_maya)

18 September 2011

Salah Paham

"Kamu tega khianati aku!! Kamu jahat, Dino!!"
"Rea, itu semua bohong, yang kamu denger itu semuanya gak bener." Dino mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.
"Aku gak percaya!" Rea menepis tangan Dino yang menggenggamnya. Dino terdiam melihat kekasaran Rea-nya. Dino kembali ke kursinya, menatap Rea yang marah di depannya. Rea memalingkan mukanya tak mau menatap Dino, yang tega mengkhianati cinta mereka setelah 2 tahun berlalu.
"Sayank, aku gak selingkuh dan malam minggu kemarin aku emang nginap di rumah Anton nge-edit artikel untuk koran kampus yang udah deadline. Kalo kamu gak percaya silahkan tanya Anton. Re, kamu dapat berita boong kayak gitu dari sapa sih?" Rea menatap manik mata Dino, berusaha percaya bahwa semua yang dikatakannya adalah bener.
"Kamu gak perlu tau aku denger ini dari siapa, tapi yang jelas ini menyakitkan buat aku, Din. Kamu....kamu...."
"Rea...., hah....aku bener-bener di rumah Anton." Sekali lagi Dino meyakinkan Rea, yang hanya menggelengkan kepalanya dalam kepedihan.
"Din, lebih baik kamu pulang deh dan biarkan aku sendiri, mungkin untuk selamanya."
"Baiklah. Sementara ini aku akan biarkan kamu sendiri, tapi kesalahpahaman antara kita bukanlah adalah akhir dari segalanya. Selama waktu ada, aku akan coba menjelaskannya. Aku pulang dulu." Dino beranjak meninggalkan rumah Rea yang lengang sore itu. Rea bangkit menutup pintu ruang tamunya dan melihat mobil Dino yang berlalu, kepedihan menyelimuti perjalanan cinta mereka.




- (oleh @non_maya)

17 September 2011

Tak Akan Memilih

"Sori, aku gak bisa nerima kamu."
"Ya, aku tau kok alasannya. Gila aja, aku mo saingan ama sang MVP, jauh banget lah!!. Selamat!! Semoga kamu bahagia." Iwan pasrah mendengar penolakan Re. Ia cukup tahu diri, siapa saingannya.
"Makasih Wan, tapi kita tetap bisa berteman kan?"
Iwan menganggukkan kepalanya, "Pasti itu."
Re akhirnya memberikan jawaban juga, setelah dua minggu membiarkan Iwan dan Farma resah dengan keputusannya.
Aku hampir saja tak sanggup mengatakan penolakkanku pada Farma. Tak sanggup menatap wajah imut itu sedih dan muram. Saat kukatakan bahwa ada seseorang yang lebih membutuhkanku lebih dari siapapun. Aku tak tega mendengar gosip yang membuatnya terpuruk karena penolakkanku. Apalah aku ini? Akan tetapi, aku harus mengatakannya, untuk apa berdusta bila menyakiti orang lain. Apalagi dia yang teramat kucintai, hidup-matiku, kata orang sono soulmate. Aku belum mampu melepaskannya, setelah 16 tahun terpisah tanpa tahu kehadirannya sedetikpun. Walau seribu rintangan menghalangi kami seperti tembok Cina sekalipun, akan kuhancurkan itu. Aku takkan lagi punya napas bila tanpa denyut nadinya mengiringi langkahku. Kami telah mengalami banyak rintangan untuk bersatu lagi, walau kami jauh setidaknya kini aku tahu ia menanti kedatanganku yang akan membawanya pergi dari tempat hina itu. Bukankah jarak bukan lagi halangan?
Ah iya, aku masih menyimpan dusta untuk temen-temen terbaikku disini, suatu saat aku akan mengatakan pada mereka, bila mereka telah siap. Saat ini cinta belum mampu membuka pintu hatiku, entah kapan. Jika bisa kuatur waktu bukan dikeadaan seperti ini cinta hadir. Aku masih ingin menikmati hidup yang selama ini tak pernah kami lewati bersama. Aku lebih sedih lagi melihat api cinta yang kini membakar Iswan terhadap aku. Andai bisa, pasti kupilih Iswan daripada yang lain.
Re menghentikan tulisannya di diary dan beralih mengambil foto di sebelahnya. Menatap penuh kangen pada sosok berkulit putih, bermata indah, berlesung pipit yang menambah manis senyum itu dan wajah cantik nan elok yang selalu dicintainya, saudara kembarnya yang terpisah jauh di Yogya, Rein.


- (oleh @non_maya)

16 September 2011

Tak Selamanya Cinta itu Merah Jambu: Tak akan Memilih

Seminggu sudah berlalu, gosip belum reda malah semakin memanas. Entah dari mana akhirnya seluruh sekolah jadi tahu kalo sehari sebelum Farma nembak Re, Iwan sudah lebih dulu nembak Re dan sampai saat ini ia juga belum menjawab keduanya.
"Udahlah Re, elu jadian aja ama Farma, doi orangnya baik. Gue setuju kok ama pendapat Iswan. Gak usah mikir terlalu rumitlah. Iwan juga pasti tau diri, kalo elu akhirnya milih Farma." Re hanya mengaduk-aduk es cendol di depannya mendengar Atin yang semangat comblangin dia sama Farma, di kantin sekolah mereka. Istirahat pertama baru berjalan lima menit.
"Taulah Tin, aku masih bingung banget. Gak segampang itu ternyata membuat keputusan." Re masih mengaduk-aduk es cendolnya.
"Eh, elu tuh sebetulnya suka sapa sih?" Re menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, sambil menatap Atin yang melotot melihatnya.
"Gile lu yah!!! Gue kira lu suka Farma, taunya mulai cinta juga ama si Iwan," desis Atin kaget.
"Sapa yang gile, Tin? Nona populer kita ini?" celetuk Iswan yang sudah ikut gabung dengan mereka. Atin menggeser duduknya memberi tempat pada Iswan.
"Sapa lagi!! Masa' sih dia mulai suka juga ama Iwan. Bagusan juga ama Farma," sewot Atin menuding Re. Re hanya diam menatap manik mata Iswan, mencari jawaban.
Iswan balas memandang Re. "Re, Farma kaget banget loh, waktu tau Iwan nembak kamu duluan. Dia juga sempet ngomong, kasian kamu pasti bingung, kalo tau Iwan udah nembak kamu dia gak akan nembak kamu. Tapi masa' sih kamu bakalan milih iwan?"
"Bener Farma ngomong gitu?" Tanya Re dan Iswan hanya mengangkat tangannya sebagai tanda sumpah, karena mulutnya yang penuh dengan kue.
"Duh, kiyut banget sih Farma itu. Kalo gue jadi elu, gak pake mikir dua kali gue pasti mau jadi pacarnya," komentar Atin dengan mata berbinar-binar membayangkan.
"Bukannya dia yang playboy kelas kakap?" Batin Re.
"Re, jangan bilang elu bakal milih Iwan deh. Jauh banget, Iwan yang berandalan, troublemaker, ah... elu tau sendiri deh reputasinya, and Farma punya segudang nilai plus. Eh, lu-lu udah tau khan kalo baru-baru ini selain sekolah kita juara basket se-Balikpapan, Farma juga jadi MVP-nya loh!!"
"Iya aku udah denger itu, tapi Iwan setia dan orang bisa berubah khan? Gimana, Swan?"
"Heh...aku sih terserah kamu aja. Boleh aja kamu berpikir Iwan setia, masa sih kamu hanya melihat dari satu sisi yang jelas gak imbang? Semua tau gimana minusnya kelakuan Iwan dan plusnya prestasi Farma. Aku rasa kamu gak akan asal milih doang, ya gak?"
"Iya, aku tau itu. Tapi, ah....jadi tambah ruwet," sahut Re sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kita sebagai temen sih mengharapkan cowok yang baik-baik aja buat elu, biar elu gak susah. Iwan pasti bisa nerima alasan elu suka Farma kok, asal elu ngomongnya bener aja."
Re menatap kedua sohibnya, bergantian. Kemudian ia ganti menatap es cendol yang sudah dari tadi di aduk-aduknya, sebagai pelampiasan kebingungannya.
"Kalian bener yakin aku akan baik-baik aja, kalo pacaran ama Farma? Trus gimana dengan kamu, Swan?" Tiba-tiba saja Re mengajukan pertanyaan yang tak sanggup Iswan jawab. Iswan sampai tersedak mendengarnya.
"Huk...huk...Apa? Yah aku gak pa-pa lah, kan masih ada Atin yang bisa kuajak gila. Aku yakin Farma baik buat kamu kok." Atin mengangguk setuju.
"Oooo gitu ya...." Re terus memperhatikan Iswan yang semakin salting.
"Kriiiiiiiing.... Kriiiinnng...." bel masuk berbunyi. Mereka pun beranjak ke kelas.



- (oleh @non_maya - http://tsukimangetsu.blogspot.com)

15 September 2011

Tak Selamanya Cinta Itu Merah Jambu: Tak Akan Memilih

"Tumben Re, gak ke kantin? Males yah jadi pusat perhatian seantero sekolah?"
"Hem....siapa juga yang mau diliatin terus kayak gitu. Emang aku sapi?"
"lha kamu sapi bukan? Hahaha...." Iswan tertawa mendengar sewotnya ucapan Re, sambil duduk di bangku sebelahnya, di kelas Re yang setengah kosong karena istirahat.
"ini lagi, temen lagi pusyiiiing tambah di ketawain. By the way, tadi pagi aku gak liat kamu ikut nyamperin aku ngasih selamat, kok baru sekarang nongolnya?" tanya Re menyadari ketidakhadiran sosok Iswan, yang termasuk salah satu temen ganknya.
"Sori non, aku baru datang, tadi izin jam pertama untuk nganter nyokap check up, so aku baru denger gosip heboh kamu." Re hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Iswan mengacak-acak rambut Re gemas melihat kepala itu hanya bergerak naik turun. Re balas mengacak-acak rambut Iswan yang tebal dan berombak itu, sambil tertawa. Iswan pun ikut tertawa.
"Kayaknya gosip kamu yang paling heboh, bisa-bisa ngalahin gosip Opie yang cuma bertahan semingu bulan kemarin, atau ini bukan gossip?" Re menggelengkan kepalanya dalam diam, semenit berikutnya mengalirlah cerita tentang penemuan surat cinta kemarin di laci mejanya sampai kehebohan yang terjadi pagi tadi. Tak ada satu kejadian pun yang luput diceritakannya, karena ia percaya Iswan.
"Apa jawabanmu, Re?"
Re menggelengkan kepalanya, "Aku ...gak tau, Swan – panggilan kesayangan Iswan," sambil mencoret-coret kertas di depannya.
"Sekarang mimpimu sudah jadi kenyataan non, so tunggu apalagi? Kalo kamu emang suka dan mau jadi pacarnya tinggal jawab "iya", cuma butuh waktu gak sampai lima menit."
"Gak segampang itu buatku. Lagian apa alasan Farma milih aku bukan Diana si bule yang cantik itu, Lita yang hitam manis atau Atin yang pinter?"
"Kamu mungkin punya kelebihan yang gak mereka punya terlepas dari kamu anak baru. Bisa saja kamu tipe Farma banget." Iswan mensupport Re.
"Dua sohibku ngomong yang sama tentang alasan Farma suka aku. Menurut kamu apa kelebihanku, sebagai cowok kamu bisa ngasih pendapat dong?"
"Emmm..., kapan-kapan aja deh jawabnya, kalo kamu udah jadian ama Farma," elak Iswan seperti ada yang disembunyikan. Re bengong mendengar jawaban Iswan yang cukup janggal, tapi tidak memperhatikannya.
"Swan, kalo aku jawab iya jadi pacar Farma, kamu gak pa-pa khan?"
'Hah...maksudmu? Yah gak pa-pa lah, aku malah seneng," spontan Iswan menjawab begitu saja pertanyaan Re.
"Oh..gitu ya." Re menganggukkan kepalanya.
Iswan hanya diam menatap gadis imut nan cantik yang diam-diam dicintainya juga. Iswan menghela napas pelan-pelan berusaha menenangkan detak jantungnya yang kaget setengah hidup mendengar pertanyaan Re tadi. "Re, apakah kamu tahu tentang perasaanku ini? Perasaan yang sudah ada sejak kamu masuk kelasku, 4 bulan yang lalu. Apalagi sekarang kamu adalah sahabat paling dekatku, aku belum berani melangkah terlalu jauh." Benak Iswan ikut ruwet karena pertanyaan Re yang mendadak tadi.
"Swan..., emm aku belum cerita tentang Iwan."
"Iwan? Kenapa lagi dengan Iwan? Jangan bilang kalo Iwan juga nembak kamu?" Iswan memberondong pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.
"Sayangnya semua yang kamu cemaskan itu benar," sahut Re lirih.
"Hah...Re...Re... Kapan itu terjadi? Kamu udah jawab belum?"
"Kemarin lusa, sori baru cerita dan aku belum jawab. Aku mo minta pertimbangan kamu ama Atin dulu. Atin udah tau tentang ini."
"Never mind, pikirkan bener-bener siapa yang kamu pilih. Kalo kubilang lebih baik kamu jadian ama Farma aja. Dia orangnya baik kok, aku tau itu. Kalo masalah cuek sih itu biasa, aselinya dia perhatian ama kamu, dijamin deh." Iswan meyakinkan Re tentang Farma, tepat sesaat sebelum bel masuk berdering.
"Trus Iwan gimana?" lirihnya pertanyaan Re tak terdengar Iswan yang telah beranjak kembali ke kelasnya.


- (oleh @non_maya - http://tsukimangetsu.blogspot.com)

14 September 2011

Tak Selamanya Cinta itu Merah Jambu: Tak Akan Memilih

Apa yang dibayangkan Re dan dikatakan Atin, jadi kenyataan. Keesokan paginya, baru saja Re turun dari mobil jemputannya, Lita, Diana, Opie, Resi dan Fedrik sudah berlari menghampirinya mempertanyakan kebenaran berita tentang Farma yang "menembak"-nya. Re hanya mampu menganggukkan kepala membenarkan, mereka berebut mengucapkan selamat padanya, padahal Re sendiri belum jadian dengan Farma. Itu sekilas kehebohan di halaman sekolah yang terjadi antara Re and her gank, belum lagi kehebohan yang terjadi di dalam sekolah. Ratusan pasang mata menatap kemana pun Re berjalan ditambah lagi bisik-bisik yang menyertainya. Apalagi suasana kelas yang tak kalah ramainya, semua temannya asyik menggosipkan dirinya. Saat Re datang, sekejap kelas menjadi sunyi dan seluruh pasang mata menatap sosok Re yang berdiri di muka kelas.
"Selamat pagi anak-anak." Ucapan selamat pagi pak Ridwan memecah kesunyian kelas yang tak wajar pagi itu, rupanya mereka terlalu asyik ngerumpi sampai tidak dengar kalau bel pelajaran pertama telah berbunyi lima menit yang lalu.
Untuk sementara waktu Re terbebas dari bisik-bisik ingin tahu mereka, Atin tersenyum melihat Re yang berjalan ke bangkunya dengan kegugupan luar biasa, belum lagi tatapan si pemilik mata elang yang digosipkan nembak Re, membuat ia menundukkan terus wajah imut yang cantik itu. Re rupanya tak siap jadi selebritis.


- (oleh @non_maya - tsukimangetsu.blogspot.com)

13 September 2011

Tak Selamanya Cinta Itu Merah Jambu: Tak Akan Memilih

"AKU SUKA KAMU, RE… MAUKAH KAMU JADI PACARKU? LOVE FARMA." Re membaca pelan tulisan yang tertera diatas kertas merah muda nan wangi itu. Ia menemukan surat itu di laci meja kelasnya, sekembalinya dari kantin.
"Surat dari siapa? Coba lihat!" Tanya Atin yang lansung merebut surat ditangan Re.
"Wah… selamat yah Re. Gak nyangka doi nembak elu, mimpi apaan semalam?" Atin mengucapkan selamat selintas terdengar iri.
"Kok bisa ya Farma nembak aku?!" Re malah bingung tak menentu
"Ya bisa lah doi khan cowok juga harusnya elu tuh bangga, elu yang dipilih si Farma bukannya si Lita, Diana atau gue. Elu kenapa sih jadi kayak cacing kepanasan gini? Elu suka Farma juga khan?"
"Iya sih, tapi….aku…" Tak selesai kata-kata Re, Atin menyambar lagi.
"Nah…apalagi yang ditunggu Re, cepetan elu bilang ke Farma, kalo elu terima dia."
"Segampang itu? Trus Iwan gimana?" tanya Re masih tak percaya keberuntungannya, jika bisa disebut beruntung.
"Iya...ya. kok gue jadi lupa cerita elu soal Iwan tadi, trus gimana nih? Elu pilih sapa?"
"Selama ini kayaknya Farma gak ada ngasih tanda kearah situ deh, lihat aja sikapnya selama kita sekelas, biasa aja tuh. Doi malah kelewat kalem banget. Aku jadi bingung. Kok jadi gini sih? Eh kamu, jangan sebarin hal ini ke siapa-siapa yah, janji loh!!
"Janji boss berita gak bakalan nyebar! Re, mungkin dibalik sikap cuek Farma, doi malah perhatian kali ma elu, cuma tenggelam aja dibalik pesona Iwan yang kelewat over perhatian ma elu. Iwan belum elu terima khan?!"
'Tapi Re, kalo berita tentang Farma yang nembak elu nyebar juga besok, gue jelas gak ikut campur, elu tau sendirikan kalo dinding sekolah kita bertelinga, apalagi ini gosip yang cukup hot tentang salah satu idola kita, yaitu FARMA," sambung Atin menyadarkan Re yang langsung ingat gosip Opie bulan lalu
"Oops…..sorry I'm forget it. Asal berita Iwan suka aku gak ikut nyebar juga gak pa-pa kali ye." Re menepuk jidatnya. Re terpekur menatap surat cinta di tangannya, dapat dibayangkan bagaimana hebohnya gosip yang akan beredar di sekolah, keesokannya. Re berharap tak ada yang tahu kalau kemarin Iwan sudah nembak ia duluan, kecuali Atin dan Iswan, sebagai teman-teman terdekat.



(oleh @non_maya - http://tsukimangetsu.blogspot.com)