Tentang 30 Hari Cerita Cinta

Showing posts with label Cerita Cinta Tujuh Kahyangan. Show all posts
Showing posts with label Cerita Cinta Tujuh Kahyangan. Show all posts

14 September 2011

Cerita Cinta Tujuh Kahyangan : Now You Can Believe on an Angel (Ahava’s Circumstances)


Di suatu pagi hari yang cerah, di atas awan, lapis ke tujuh,

"Pagi Ahava, Tuhan beserta kita!"
"Pagi kak Ava! Tuhan beserta kita!"
"Hey Ava, selamat pagi, Tuhan beserta kita!"
*********************************************************
"Halo Shaloom,  halo Abana, pagi Abel, Tuhan beserta kita semua!" aku berjalan penuh senyum melewati tetangga-tetanggaku yang ramah.
           
             Pagi yang cerah adalah ketika kita beranjak keluar rumah dan menerima sapaan penuh senyuman pagi dari tetangga di kanan dan kiri. Halo semua, Aku Ahava. Pekerjaanku mengawasi manusia dan menjaga mereka dari segala hal yang buruk, agar mereka tahu bahwa Tuhan itu baik.

Aneh? Ya, aku memang bukan manusia. Aku malaikat.

Hey, jangan kaget seperti itu. Tidak pernah dengar? Malaikat? Peri kahyangan? Atau bagaimanapun kau menyebutku. Makhluk suci, messenger, apapun itu. Sosok yang terlihat seperti manusia dengan jubah putih dan punya sayap dari bulu-bulu yang harus. Entah harus berapa kali aku dan teman-temanku tertawa ketika kami menjaga seorang anak yang menggambar malaikat dengan sayap rajawali atau elang. Kadang kami terpingkal karena ada yang menggambar setan berwarna merah berbuntut panahan dan gigi taring yang tajam. Bumi benar-benar sudah kehilangan informasi mengenai kami. Mengenai Tuhan, malaikat, dan setan.

Gambaran sayap kami memang tak sepenuhnya salah, hanya saja ada yang berbeda. Yah, ini hanya komentar dari malaikat yang benar-benar 'memiliki sayap' bukan manusia yang berpikir 'semua sayap itu sayap burung'.

Tolong jangan bertanya mengenai jenis kelamin. Sesungguhnya ini adalah pertanyaan paling sulit yang harus kami jawab. Kami, malaikat, tidak benar-benar memiliki sayap. Kami hanya tampil dengan rambut dan muka. Interpretasi orang bisa berbeda. Kau bisa anggap aku wanita karena wajahku tapi entahlah, aku merasa seperti manusia laki-laki.

Tolong juga, jangan kalian tanyakan umurku. Aku sudah berhenti menghitungnya sejak 3 tugas pertamaku di bumi. Aku sekarang sedang dalam perjalanan menemui partnerku untuk tugas ke ...err. Aku lupa.
Sepertinya ribuan. Entahlah.
Ahh itu dia!
"Eliuuudd ! !" teriakku sambil melambaikan tangan.
"Pagi Ahava, Tuhan memberkati," ujarnya sambil bangkit dari duduknya. "Siap dengan tugas baru kita? Gadis yang menarik kemarin itu?"
"Ahahaha, aku siap sekali!" seruku sambil tertawa-tawa riang.
Aku dan Eliud kemarin memang pergi ke Beth-Carthe atau dalam bahasa yang populer di bumi itu disebut House of the Lamb. Itu adalah  tempat kami melihat siapa yang akan kami awasi selanjutnya.
Anak yang kami bilang menarik itu bernama, Joanna Carmel Iphal. Menarik, kan? Joanna itu artinya grace atau kemurahan Tuhan. Carmel Iphal itu dari berasal dari dua kata. Carmel dan Eliphal. Carmel artinya domba yg dicobai dan Eliphal yang artinya miracle of God. Well, bagi kami itu menarik. Jarang sekali ada manusia yang memberi anaknya nama yang begitu unik dan penuh arti.
Aku dan Eliud sudah setengah perjalanan menuju ke rumah Joanna. Aku masih harus memberi tahu kalian banyak hal mengenai kami. Kami, para malaikat, mempunyai beragam tempat asal. Memangnya hanya manusia yang punya kampung halaman. Kami punya tempat yang disebut kampung halaman yaitu tempat kami muncul dan diciptakan Tuhan. Biasanya kami mengambil tugas di tempat yang dekat dengan kampung halaman kami, tapi tidak memungkinkan seorang malaikat dari lapis ke tujuh bisa naik ke lapis ke enam, atau lima. Atau mungkin lapis ke satu, tempat Allah berada.
Ahh, kami sudah sampai. Itu dia gadis yang akan kami awasi, sedang berbaring santai di atas tempat tidurnya sambil membaca novel.  Lalu tak lama, ia beranjak keluar kamar, dan kembali dengan membawa air putih. Meminum seteguk dan melanjutkan kegiatannya tadi, baca.
1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, jam demi jam terus berlalu.
Tugas kami? Hanya mengawasi.  Itulah tugas kami, malaikat.
Nah, sekarang kau tahu kan kalau malaikat itu ada? Dan mungkin kau mau coba melihat sekelilingmu, di mana malaikat penjagamu berdiri?

-To Be Continue-


- (oleh @kasihelia - http://kasihelia.tumblr.com)

13 September 2011

Cerita Cinta Tujuh Kahyangan: Joanna #1

Joanna memutar-mutar pena di tangannya dengan gelisah. Keningnya mengernyit memandang ke langit-langit.  Dia menghela nafasnya berat. Seakan tak cukup terlihat depresi, Joanna mulai menggerakkan badannya. Badan yang tadinya sedikit membungkuk ke arah meja mulai diregangkannya lalu dijatuhkan ke sandaran kursi. Sekali lagi, Ia menghela nafasnya berat. Ia bukannya sedang menangisi hutang, atau cinta.

"Joannaaa ! ! !" tiba-tiba terdengar teriakan merdu. "Sayaaang, kamu di manaa? Mama pulang naak~! Yuuhuuu~! "

Itu mamanya. Itu! Itulah yang membuatnya terlihat begitu depresi. Mamanya baru pulang dari tur pameran kesenian. Mama Joanna adalah seorang artis, seniman. Mamanya jugalah yang memberikannya nama yang terdengar sangat amat nyentrik.  Joanna Carmel Iphal.  Sebenarnya, nama itu mengandung arti yang sangat indah. Hanya baginya, nama itu terlalu berat untuk disandang.

Tapi bukan itu hal yang paling bikin dia frustasi. Sifat mamanya itulah yang membuatnya gelisah malam ini. Ya, sifat nyentrik mamanya tak hanya membuatnya merasa keberatan nama, tapi juga membuatnya kehilangan masa mudanya. 'Menikah? Hari gini? Ohh please!' batinnya. Tapi mau tak mau diangkatnya jugalah badannya menuju ke sumber suara merdu tadi.

"Apa ma? Joanna masih ada tugas nih. Mama gak tau yah? Joanna besok masih ada kuliah. "

"Ohh, kamu masih ada kuliah darl ? Bukannya seharusnya sudah libur natal? Demi Tuhan, kampus itu harus belajar apa yang namanya toleransi."

"Ma, mama tau, kampus yang mama bilang harus belajar toleransi itu merayakan natal. Hanya saja mereka lebih dulu belajar integritas ketimbang mama. Mama yang masih harus banyak belajar." Jawab Joanna ketus.

Mamanya yang sedari tadi mendengar ucapan Joanna sambil menari-nari kecil langsung menghentikan gerakan riangnya.
"Joanna, kalau mama harus belajar integritas, kamu harus belajar sopan santun !"

Joanna melengos.

Melihat anak semata wayangnya itu tampaknya sudah tak bisa dinasehati lagi, mamanyapun menggelengkan kepala.

"Ini oleh-oleh dari Om Sony." Katanya pada Joanna. Joanna memutar bola matanya. Om Sony adalah teman dekat papa dan mama. Sebenarnya Om Sony ini orangnya baik. Om inilah yang selalu membantu tur kesenian mama dan marketing bisnis papa. Yang membuat Joanna sensitif setiap nama Om Sony disebut adalah anaknya. Anaknya lah yang akan jadi neraka berjalan bagi Joanna. Joanna mengambil hadiahnya lalu berlalu dari hadapan mamanya.

"Ehh, tunggu Jo sayaang, ini ada buku dari Erick. Mama bilang kamu suka buku, jadi dia belikan itu buat kamu." Ujar mamanya tersenyum bahagia. Erick adalah anaknya Om Sony dan ya, dialah yang akan jadi neraka berjalannya Joanna. Rasanya Joanna ingin bilang, 'Mah senyuman mama mengerikan. Seperti tokoh jahat di film yang rencananya berjalan mulus.' Tapi tidak. Joanna tidak bilang. Ia hanya menatap mamanya hopeless lalu masuk ke kamarnya. 

-Sementara itu, jauh di atas awan. Benar-benar jauuh di atas awan.-

"Ahahahaha, jadi kita harus mengawasi anak yang lucu ini, Eliud?" Terdengar gelak tawa seseorang dari dalam kabin putih kecil bertirai satin yang indah.
"Ya Ahava.  . .Kayaknya anak ini asyik juga. . ." satu suara lagi –yang dipanggil Eliud- menyahut dari ruangan yang sama.


- (oleh @kasihelia - http://kasihelia.tumblr.com)