|
Showing posts with label Annica. Show all posts
Showing posts with label Annica. Show all posts
27 September 2011
Annica #12
23 September 2011
Annica #11
#11 They say that loving someone makes you blind, really? - Annica - Hari-hari yang aku lewati bersama Edrick selalu penuh dengan kenyamanan dan kesantaian. Dia selalu berhasil membuat aku tertawa. Dia selalu memeluk aku ketika aku mulai stress dengan pekerjaan. Dan dia juga selalu memberi aku banyak perhatian. Everything seems right dan berjalan dengan sangat baik. "Hon, kalau kamu ajak aku makan malam terus lama-lama aku gendut beneran deh" kataku didalam mobil Edrick dan Edrick hanya menatapku dan kemudian tertawa "Edrickkk…" "Iya sayang, maaf. Ngga kok, ngga akan jadi gemuk, yang ada kamu tambah seksi" "Yaa…kalo jadi gendut ya kamu yang disalahin, kamu ngajakin aku makan terus sih" Edrick hanya tertawa dan mengecup bibirku pelan. Dan aku hanya tersenyum. "I love you" bisiknya pelan. Edrick kembali menatap ke depan sambil menyetir. Sekarang aku ada di jalan bersamanya, mau ke salah satu tempat makan seafood di pinggiran pantai. Tempat makannya enak dan suasananya juga sangat romantis dan private. Setiap ruangan bentuknya hampir mirip dengan bilik-bilik bambu yang membelakangi pantai. Ruangan-ruangan itu sekelilingnya tertutup dengan kayu yang kemudian dilapisi bahan anyaman bambu, hanya bagian atasnya yang terbuka. Pintunya berupa pintu dorong seperti rumah-rumah Jepang dan di belakangnya ada jendela besar yang bisa ditarik keatas jika ingin menikmati pemandangan laut di belakangnya. Dan tempat makannya berupa lesehan. "Kamu suka makanan apa hon?" tanya Edrick sambil melihat daftar menu di genggamannya, aku hanya melihatnya dari balik bahu Edrick. Kami sudah sampai di tempat makan. "Aku suka cumi gorengnya hon, enak" "Iya aku juga" "Kamu sih memang suka sama cumi goreng hon" celetukku sambil memainkan blakcberryku "Lho kok tau?" tanya Edrick kaget "Ya kalo kemana-mana kan kamu pesennya itu melulu" jawabku "Kamu perhatian ya sayang padahal aku ngga pernah bilang lho" Edrick mengusap kepalaku. Dia duduk menyender di dinding belakangnya dengan tangan yang tetap di punggungku. Kami sedang menunggu seorang waitress yang berjalan ke arah kami untuk mengambil pesanan kami setelah tadi dipanggil melalui bel yang ada didekat meja. Setelah waitress itu pergi, Edrick memelukku dari belakang dan menaruh kepalanya di bahu kananku. Tanganku masih memegang telponku sambil membalas bbm dari Randy. "Siapa sih hon, sibuk banget bbm daritadi?" protes Edrick "Dari Randy sayang, dia nanyain kabar mama. Daritadi siang dia bbm aku lupa bales. Sibuk banget di kantor" jawabku sambil mengetik "Udahan dong, nanti lagi balesnya, kan sekarang kamu lagi sibuk sama aku" aku tertawa kecil mendengar ucapan Edrick, suaranya yang setengah manja dan sikapnya yang memelukku hampir mirip seperti anak kecil yang sedang memelas meminta permen dari ibunya. Aku menaruh blackberryku dan memutar kepalaku menghadap wajah Edrick. Kami hanya saling menatap sesaat tanpa ada satu suarapun yang keluar sebelum bibir kami saling bertemu. Ciuman itu terasa dalam dan semakin lama semakin dalam. Kini posisi kami sudah berubah, Edrick sudah memutar badannya dan sekarang ada didepanku, sedangkan aku kini sudah duduk menyender di dinding bambu. Edrick memeluk aku erat. Dan aku semakin terbuai. "Sayang, udah" kataku sambil susah payah melepaskan ciuman Edrick "Hmm.." Edrick masih berusaha menciumku dan aku berusaha sekuat tenaga tidak menyambutnya. Napasku terengah. "Hon, nanti ada yang liat" kataku setelah benar-benar sadar dari moment sebelumnya. Edrick menatapku dan mengecup bibirku sekali, setelah itu dia menarikku ke dalam pelukannya, menempatkan kepalaku di dadanya. Kami sama-sama duduk menyender di dinding kayu itu. Edrick berusaha mengatur napasnya kembali normal dan aku mendengar degup jantungnya yang berdetak keras tapi semakin lama semakin menurun dan kembali normal. Edrick menarik jendela yang letaknya ada di sampingku keatas dan angin malam pun masuk menerpa wajahku. Kami menghabiskan makan malam kami dengan lebih banyak diam, sesekali Edrick bercerita tentang pekerjaannya tadi siang dan aku menimpalinya. Edrick juga bercerita tentang hubungannya dengan Papanya yang tidak berjalan baik sejak dia masuk remaja dan baru kembali baik dua tahun belakangan ini. Papa Edrick ada sakit ginjal sehingga tidak bisa terlalu lelah dan makan sembarangan. Edrick dan Papanya kembali berhubungan baik sejak terakhir kali Papanya masuk rumah sakit sekitar hampir tiga tahun yang lalu. Dan sejak itu Edrick memutuskan untuk berhenti bekerja dari tempat sebelumnya dan membantu Papanya secara total. "Wahhh…kenyang hon" kata Edrick sambil mengelus perutnya sepanjang jalan kami ke arah parkiran. "Jangan jadi buncit ya sayang" kataku sambil ikutan mengusap perutnya. Edrick melirikku dan menarikku semakin dekat ke pelukannya "Aku kan belum jadi Om-Om sayang, tapi kalo buncit juga kamu masih tetep sayang sama aku" "Ihh..kamu ge-er dehh" "Biarin" Aku dan Edrick berjalan ke arah mobil yang diparkir agak jauh dari tempat kami makan. Dan saat masuk ke dalam mobil, kami disuguhkan dengan pemandangan lautan dengan lampu-lampu diseberang yang berkelip-kelip membuatnya terlihat sangat bagus didepan kami. "Bagus ya hon?" kataku sambil memandang ke depan. Edrick menatap ke depan dan tidak jadi menyalakan mobil. Kami sama-sama terdiam dan menikmati pemandangan yang ada didepan kami sekarang. Edrick menarik pinggangku dan membuat aku benar-benar menempel badannya. Tangan kirinya terus ada di pinggangku dan tangan kanannya kini memelukku dan mengusap lenganku perlahan. Aku menaruh kepalaku di bahunya, Edrick mengecup pelan keningku. Edrick sedikit beringsut dan mengangkat daguku, bibir kamipun kembali bersatu. Dimulai dari kecupan pelan dan lembut dari Edrick tapi semakin lama kami semakin hanyut dalam suasana ini, ciuman itu semakin dalam dan tangan Edrick terus mengusap punggungku. Salah satu tangannya kini mulai membuka sedikit kaosku dan membelai kulit punggungku, tangannya terasa dingin. Hari ini aku memakai celana pendek dan atasan polo shirt biasa karena aku melihat Edrick juga berpakaian santai dengan hanya mengenakan polo shirt dan celana pendek selututnya. Tangan Edrick terus semakin naik dan berhenti di kaitan braku, dia masih terus mengusap kulit punggungku dengan perlahan. Ciuman kami pun semakin panas. Dan kami terhanyut dalam suasana. ~ (oleh @luilliciousmey) |
22 September 2011
Annica #10
#10 Even If I have to choose it once again, I will still choose you. I love you, too… - Annica - "Kamu ada keperluan apa sih Ed?" tanya Nadira kesal "Apa ada yang salah dengan aku nelpon kamu?" "Ngga, ngga ada yang salah kok. Cuma aku bingung aja, ada apa lagi sih?" suara Nadira mulai emosi "Aku cuma mau denger suara kamu kok" jawab Edrick pelan "Ed, kita udah putus. Untuk apa lagi semua ini?" Nadira mulai menurunkan nada bicaranya, terdengar hampir putus asa. "Nad, I can't stop thinking of you" "Kita tahu alasan kita putus kemarin kenapa, aku ngga bisa…" "Nad, yang mengambil keputusan itu kamu. Kamu yang nantang kita buat putus" Edrick mulai terdengar emosional ketika Nadira mengungkit kejadian putus mereka hampir 2 bulan yang lalu itu "Kamu berteriak putus di telpon dengan aku Nad" sambung Edrick "Tapi kamu juga setuju dengan hal itu" "It's not our first time" "Iya, dan bukan yang pertama kalinya juga kamu bohong sama aku. Apa sih susahnya bilang sama aku kalau kamu mau pergi ke Bali sama anak-anak? Seandainya Revan ngga bilang ke aku saat itu kalau dia mau ke Bali dan ada kamu, mungkin aku ngga akan pernah tahu." "Nad, aku cuma ke Bali dan bareng sama temen-temen kita. That's not a big deal" "See? Kamu bilang itu bukan masalah besar, persepsi kita beda Edrick. Buat aku itu sebuah kebohongan dan kita sama-sama tahu, aku ngga suka dibohongin Edrick" "Nadira, aku ngga ada maksud buat bohong, waktu itu…" "You promise me to come here at that time Edrick. Tapi bukannya kamu datang dan nengok aku disini, kamu malah pergi ke Bali sama anak-anak tanpa bilang sama aku" "Kita kan udah bahas soal itu Nadira. Kamu tahu posisinya kenapa aku ngga bisa pindah ke China saat itu. Dan aku bukan ngga bilang ya, I told you that I want to go to Bali with Revan" "Kamu bilang mau ke Bali pas udah di airport Edrick. Dan ya memang kita udah bahas, kamu udah jelasin ke aku alasannya apa sampai akhirnya kamu ngga bisa pindah kesini, tapi itu bukan jadi alasan kamu bisa pergi seenaknya ngga ijin sama aku Ed" Edrick menarik napasnya pelan, sekali lagi mendengarkan semburan emosional Nadira, with the same reasons, seperti yang selalu terjadi dalam percakapan mereka dua bulan terakhir ini. "Kenapa ngga kamu aja sih yang pulang ke Indonesia?" tanya Edrick putus asa "Aku ngga mau, aku masih mau disini, aku baru kerja disini. Aku masih mau cari pengalaman disini, aku masih…" "Iya iya Nad, kamu udah sering bilang alasan kamu ke aku soal itu. Dan kita juga udah tahu kan alasan aku ngga bisa pindah ke China kenapa, aku saat itu butuh refreshing Nad dan kebetulan anak-anak ngajakin ke Bali makanya aku ikut. Aku ngga bisa ke tempat kamu saat itu, karena kalau aku pergi maka keinginan aku buat stay disana dan deket sama kamu akan semakin kuat. Padahal aku ngga bisa ninggalin kerjaan disini Nad, Papa sakit dan hubungan aku sama Papa juga baru mulai membaik akhir-akhir ini. Please understand me Nadira…" "Aku bisa mengerti kamu asal kamu jujur sama aku Edrick" "Aku udah jujur sama kamu Nadira, aku uda jelasin ke kamu alasannya apa tapi kamu…" "Stop it Edrick, we are going nowhere. Aku capek, aku ngantuk. It's late night here. Bye" Nadira menutup telpon itu tanpa mendengarkan lagi jika masih ada argument atau alasan apapun dari Edrick. Edrick melempar telpon genggamnya ke atas meja. Kesal. Edrick menghela napasnya dan merasa mendadak lelah dengan pertengkarannya barusan dengan Nadira. Always end up like this. Aku membuka-buka album photo milik Edrick di facebook. Aku meminjam ID Sherry untuk melihatnya karena sejak awal kenal Edrick tidak pernah meminta aku menjadi temannya di facebook padahal dia sudah menanyakannya ketika awal-awal kenal. Masih ada banyak foto-foto Edrick bersama Nadira yang tersimpan di facebooknya dan status Edrick pun masih 'in a relationship' meskipun tidak tertulis dengan siapa. Tapi satu hal, Edrick dan Nadira tidak berteman lagi di Facebook meskipun masih ada beberapa foto di album milik Nadira. Kemungkinan besar Nadira yang men-delete Edrick. Aku keluar dari account Sherry dan menutup window itu. Dan aku semakin gelisah. Aku tahu aku mulai nyaman dengan semua perhatian Edrick. Dan aku senang menerima itu semua. Apalagi keluargaku juga tidak keberatan dengan kedekatan kami berdua, itu sudah seperti lampu hijau untuk aku. Pengalaman pertamaku tidak berjalan baik karena memang keluargaku pun tidak setuju dan sejak saat itu aku memutuskan untuk hanya akan menjalani hubungan dengan seseorang yang disetujui oleh keluargaku. Aku memang egois tapi aku tidak ingin ada di posisi yang berjuang membela hubunganku dan pacarku didepan keluargaku lagi, karena aku lelah. Hanya mengingat semua kejadian itu saja rasanya aku kembali merasakan beban berat itu lagi. Setiap orang pasti akan merasakan kelelahan ketika kamu berjuang untuk seseorang, mempertahankan sebuah hubungan tapi ternyata yang kamu dapatkan hanya pengkhianatan di akhir ceritanya. "Aku udah ngga mungkin main-main. Umur aku udah ngga muda lagi dan apalagi aku satu-satunya yang belum menikah di keluarga aku, jelas semua orang udah menanyakan kapan aku menyusul adikku, iya kan?" ucap Edrick dengan tegas "Aku salut sama adik kamu, buat aku itu hebat lho. Mengambil keputusan buat married di usia yang masih muda, di usia yang justru sebenernya lagi memikirkan kesenangan diri sendiri." Aku dan Edrick saat ini sedang makan malam, menghabiskan malam bersama lagi untuk kesekian kalinya. Obrolan diantara kami selalu mengalir dengan sendirinya. Edrick yang memang supel dan mampu membuat aku benar-benar nyaman membuat kami tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Dan entah siapa yang memulai, kami ada di pembicaraan seperti ini… "Kamu siap kalo diajak married sekarang?" "Hmm…it's difficult to answer it" jawabku setelah berpikir sejenak "Kenapa?" "Aku mau menikah tapi aku ngga pernah membayangkan kalau aku mau menikah sekarang ini." "Mungkin karena kamu sendiri ngga ada bayangan kamu mau menikah dengan siapa iya kan?" "Iya mungkin juga" "Kapan target kamu mau menikah?" "Mungkin sekitar 2 atau 3 tahun lagi ya" "Dua tahun lagi aja ya…" Aku menatap Edrick kaget dan lelaki yang sedang aku pandangi itu justru hanya tersenyum-senyum. "Aku ngga akan disini dan melakukan semua hal itu kalau aku ngga ada rasa apapun sama kamu. Aku sayang sama kamu" Aku mendengarkan kata-kata yang terucap dari mulut Edrick dengan setengah takjub. Iya, aku tahu kalau dia sangat perhatian. Saat aku sakit, dia yang tiba-tiba datang ke depan rumahku dan mengantarkan sarapan, selama tiga hari berturut-turut tanpa diminta dan meski aku larang, dia tetap melakukannya. Dia juga yang tiba-tiba muncul didepan pintu rumahku dan mau mengantarku ke dokter kemarin, dan dia juga yang dengan senang hati mengantarkan aku ke kantor dan menjemputku sepulang kantor. Aku tahu seorang lelaki ngga akan dengan sukarela melakukan semua itu jika dia ngga ada maksud apapun. Tapi aku sendiri tetap masih merasa ngga percaya ketika mendengarnya berbicara seperti itu. "Aku ngga tahu dari kapan tapi mungkin dari sejak kamu sakit, aku cuma merasa aku takut kehilangan kamu. Aku selalu merasa khawatir dengan keadaan kamu. Dan tambah hari semua perasaan itu semakin kuat. So, here I am telling you that I love you" Aku speechless. Aku benar-benar kehilangan kata-kata. Aku ngga mau bohong dengan perasaan aku sendiri. Aku pun merasa nyaman dengan semua waktu yang aku lewati bersama Edrick. Dia perhatian, dia baik, dia sopan. Dan aku menikmati semua perasaan yang muncul ketika aku bersama dia. "Apa yang kamu rasain Ann?" tanya Edrick ketika melihat aku terdiam dan hanya melamun sambil memainkan kentang goreng yang ada diatas piring didepanku. Aku menatap wajahnya lama, memperhatikan wajahnya seusai dia mengucapkan semua kata-kata itu. He looks blushing in this time. "Aku ngga akan menemani kamu mengobrol sampai tengah malam ataupun berulang kali menerima ajakan kamu pergi, kalau seandainya aku pun ngga ada rasa apapun sama kamu" Edrick tersenyum mendengar jawaban aku dan hanya menganggukkan kepalanya. Hari ini, 16 April 2011, aku dan dia sama-sama mengakui perasaan yang kami simpan selama ini didalam hati kami. Bukan lega yang kami rasakan tapi lebih kepada suatu kebahagiaan karena apa yang kami rasakan tidak salah. "Aku bisa bilang kalau aku uda menyatakan perasaan aku sama kamu Ann" "Well, kita bukan lagi abg yang harus pakai ritual pertanyaan mau ngga jadi pacar saya, iya kan?" @annicasudj 11:11 thank you for loving me :) ~ (oleh @luillciousmey) |
21 September 2011
Annica #9
#9 I never thought that we're gonna be like this, even today, I still can't believe it. Thank you for coming to my life, thank you for not giving up with my acts to you, and of course thank you for giving me a chance to feel it again. Aku dan kamu, kita berjalan bersama, iya kan - Annica - Nadira: aku lg pergi mkn sm Anya. What's wrong? Edrick: cm mau nanya kbr km aja Nadira: well I'm fine, thanks Edrick: cm sm Anya? Nadira: Edrick, please… Edrick: what? Nadira: please stop asking aku pergi sm siapa dan kmna Edrick: just can't stop thinking of you…. Aku menatap layar blackberryku dan membaca bbm yang aku kirim ke Nadira sejak sepuluh menit yang lalu. Tandanya sudah berubah menjadi "Read" tapi Nadira sama sekali tidak membalasnya hingga detik ini. Iya, aku masih memikirkan Nadira. Aku masih terlalu sering membiarkan dia masuk ke dalam otakku dan aku pun masih merindukannya setiap waktu. Aku tahu, aku dan Nadira belum ada dua bulan berpisah. Dan ini bukan perpisahan pertama kami, sudah untuk kesekian kalinya kami bertengkar dan berakhir dengan kata-kata putus dari Nadira, tapi kami selalu kembali lagi bersama entah dengan permintaanku ataupun permintaan Nadira. Tapi aku sekarang ada Annica. Annica itu baik dan ramah. Dia cantik dan pintar. Dan yang jelas Annica ada bersamaku dalam satu kota, betapa mudahnya jika aku ingin bertemu dan melihatnya. Sedangkan Nadira ribuan kilometer jauhnya dariku. Aku masih menyayangi Nadira tapi di satu sisi aku pun mulai merasa takut kehilangan Annica. Apa aku terlalu serakah? "Edrick?" Sherry setengah menjerit ketika mengucapkan nama itu, aku sampai harus menepuk tangannya keras untuk menyadarkan dia kalau sekarang kami sedang diperhatikan oleh beberapa orang yang duduk tidak jauh dari meja kami. "Sher, suara lu Sher…." Kataku mengingatkan "Sorry sorry, tapi gue shock beneran, kok bisa sih? Kenal darimana?" tanya Sherry antusias "Dikenalin sama temen gue, kebetulan kantor dia deketan sama restoran tunangannya temen gue" "Terus gimana sekarang, masih contact?" "Iya masih, masih bbm dan telponan gitu. Lu kenal dia deket?" "Ngga sih, ngga deket banget. Ya dulu satu SMU dan memang sih lingkaran temen – temen gue sama dia ngga beda. Tapi ngga deket banget cuma begitu-begitu aja" "Dia anaknya gimana?" tanyaku ingin tahu yang kemudian membuat Sherry tampak mengingat-ingat tentang sesuatu "Anaknya baik sih tapi tengil, nakal lagi" jawab Sherry kemudian "Nakal gimana?" "Ya bukan nakal-nakal yang gimana sih, nakalnya cowok. Tapi suka berantem juga setau gue sih. Eh, bukannya dia itu punya pacar ya, temen SMU gue juga, namanya Nadira" "Dia sama Nadira lama ya pacarannya?" "Hmm…kalo sama Nadira gue ngga terlalu tau. Gue taunya dia pacaran sama Nadira itu selepas SMU ya, itu juga gara-gara facebook gue taunya, kan Nadira kuliah di China abis lulus. Mereka uda putus ya?" "Iya, kata temen gue yang ngenalin dan berdasarkan pengakuan Edrick sih udah putus ya" "Ohh…so, do you like him?" tanya Sherry dengan tatapan mau taunya itu "Gue ngga tahu Sher, masih bingung" "Bingung kenapa?" "Dia baik, dia sopan, dia perhatian banget. Dan gue juga ngerasa nyaman sama dia. Tapi gue juga masih ragu soal dia sama mantannya itu" "Setau gue dulu pas jaman SMU dia memang nakal dan ngga tau ya kalo soal playboy atau ngga, tapi lu tau sendiri kan sama Revan and the gank? Ya itulah temen-temennya dia." "So, what do you think?" "Kalau memang ada yang lebih baik mending ngga usah sih Ann tapi kalau memang lu mau nyoba sama dia ya jalanin aja. Mungkin bener dia uda berubah, gimana pun juga kan gue udah lama banget ngga pernah ketemu dia. Ya siapa yang tahu kalau dia memang udah beneran tobat" ~ (oleh @luilliciousmey) |
20 September 2011
Annica #8
#8 Please don't be too nice to me. I can fall in love with you… - Annica - "Kamu ngga kerja?" tanya Edrick di telpon "Ngga, kepala aku berat banget" "Kamu uda sarapan?" "Belum, nanti deh. Masih pengen tidur" "Itu artinya kamu belum minum obat juga kan?" "Iya" "Ya udah kamu istirahat aja" "Iya. Kamu udah mau jalan ke kantor ya?" "Iya ini mau ke kantor" "Ya udah hati-hati ya" "Iya, nanti aku telpon kamu lagi ya, bye…" "Bye…" Aku mematikan hubungan telpon itu dan kembali menutup mataku. Rasanya kepalaku ini ada yang memukul dengan palu besar dan berat. "Ann, kamu udah minum obat?" Mama membuka pintu kamarku dan masuk ke dalam, aku hanya mendengar langkahnya yang semakin dekat. Rasanya ngga kuat untuk membuka mata lagi. "Kamu kecapean sayang, setiap hari lembur sampai malam sih. Kamu mau makan apa?" tanya mama lagi, sekarang beliau sudah duduk diatas tempat tidurku. Memegang keningku dan menarik selimutku lebih tinggi lagi menutupi tubuhku. "Aku pengen tidur aja Ma. Aku ngerasa badan aku remuk" "Makan dulu lha sayang abis itu kamu minum obat, mama bawain ya?" "Just an hour Ma, please…" "Ya udah istirahatlah dulu nanti mama bangunkan kamu sejam lagi ya" Mama keluar dari kamarku dan menutup pintu. Dan aku langsung terlelap. Edrick menatap handphonenya dan mendesah pelan. Sudah sejak dua jam yang lalu dia mengirim pesan ini ke nomor Nadira, tapi sampai sekarang belum juga ada balasan. Nadira pasti lagi sibuk di kantornya. Edrick membuka pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu gerbang rumah didepannya. Dia ada didepan rumah Annica sekarang ini, mengantarkan sarapan. Pasti Annica belum makan dan masih tidur, pikir Edrick. Edrick memencet bel dan tidak lama kemudian Mbok datang membukakan pintu. "Mbak Annica ada didalam, mari saya antar masuk Mas" kata Mbok dengan logat Jawa yang medok. "Iya, terima kasih ya Mbok" Mbok hanya tersenyum dan setelah menutup kembali pintu gerbang Mbok mengantar Edrick masuk ke dalam rumah. "Lho Edrick? Ayo masuk Edrick, Annica ada diatas sebentar Tante panggilkan ya?" sapa Tante Imel, mama Annica, ketika melihatnya masuk sambil diantar Mbok "Kalau memang Annica masih tidur ngga usah Tante, biar Ann istirahat aja" "Ngga kok, Annica sudah bangun dari sejam lalu. Kamu duduk dulu ya biar Tante panggilkan" "Baik Tan, terima kasih" Tante Imel naik ke lantai atas dan memanggil Annica, sedangkan Edrick duduk di ruang tamu sambil melihat ke sekeliling. Edrick menaruh kotak makan yang tadi dia bawa. Edrick sengaja membelikan nasi tim untuk Annica ketika dalam perjalanan ke rumahnya. Sejak kemarin malam Edrick pergi dengannya, Annica sudah terlihat tidak napsu makan dan selalu menjawab 'tidak apa-apa' setiap kali Edrick melihat Ann terdiam dengan wajah yang menahan sakit. "Edrick?" sapa Annica, dia berjalan menuruni tangga dan duduk di sampingnya. "Kamu darimana?" tanya Annica "Tadi abis dari rumah aku cari sarapan dulu terus aku kesini. Oya, ini buat kamu" Edrick menyerahkan kotak makanan itu ke pangkuan Annica "Kamu ngapain repot-repot sih Ed" jawab Annica ngga enak hati "Apanya yang repot sih, uda kamu makan aja abis itu minum obat ya. Kamu banyak istirahat" "Iya, thanks ya" "Iya, ya udah aku langsung balik ke kantor ya. Kasian Papa sendirian" "Iya, kamu hati-hati ya" "Dimakan ya, obatnya juga diminum jangan lupa. Kamu mau ke dokter ngga yuk?" "Ngga usah deh nanti aku pergi sendiri aja" "Memangnya kamu kuat pergi sendiri?" tanya Edrick ngga yakin "Ya gampang deh, nanti aku bisa minta anter sama siapa gitu" "Ngga usah, kamu pergi sama aku aja. Nanti sore jam 4 aku kesini lagi ya, aku anterin kamu ke dokter" "Kamu ngga sibuk memangnya?" "Ngga, aku ngga sibuk kok. Nanti aku yang anterin kamu ke dokter ya" "Ya, oke. Nanti aku ke dokter sama kamu" "Ya uda aku jalan dulu ya. Mama kamu dimana?" "Hmm..kayaknya lagi diatas. Udah ngga apa-apa, nanti aku yang bilang" "Oke, istirahat sana. Salam buat mama ya" "Iya, hati-hati ya" "Iya, udah kamu ngga usah anter aku. Makan dulu ya" "Iyaaa.." "Bye…" "Bye…" Edrick mengendarai mobilnya keluar dari rumah Annica. Dan sepanjang perjalanan dengan gelisah sesekali dia kembali menatap handphonenya, tetap tidak ada balasan sama sekali, bahkan sampai malam. From: Edrick (+62811720220) How's today Nadira? Missing you here… ~ (oleh @luilliciousmey) |
19 September 2011
Annica #7
#7 Love is when 12 people are calling your name, and the only one you hear is his voice - Annica - "So, who is this guy?" "Maksudnya?" aku menatap Abe dengan bingung sedangkan dia hanya melihatku dengan senyuman yang amat-sangat penuh arti dan kepo "Come on, you can't hide it from me. Ketemu dimana?" "Sok tau deh…" "Ya memang harus tahu dong, harus jelas siapa yang berani-beraninya ngedeketin my only one sister ini" Aku tertawa mendengar perkataan Abe, mereka semua memang terkadang bisa mendadak jadi detektif dan overprotect kalo udah masalah cowok yang mendekatiku. And the only one guy yang ngga akan pernah ditanya-tanya dan ngga akan pernah dilarang-larang untuk pergi denganku kecuali mereka bertiga adalah Kevin. Ya terang aja ngga akan diprotes dan dilarang, mereka semua kenal Kevin dari masih kecil. "Namanya Edrick, dikenalin sama Shereen. Belum pernah ketemu bener-bener sih, cuma waktu itu gue ketemu Shereen di PIM pas mereka lagi makan bareng. Cuma baru ngobrol lewat bbm aja kok" "Shereen itu yang mana ya, yang dulu bareng lu di Finance itu ya?" "Iya, yang terus dipindahin ke divisi distribusi sebelum resign" "Oiyaaa gue inget….so, anaknya gimana sejauh ini? Siapa namanya?" "Hmm…baik, orangnya juga supel. Namanya Edrick." "Kerja dimana?" "Bantuin bokapnya, kontraktor gitu" "Ohh…kontraktor juga, apa nama kantornya?" "Di daerah grogol, namanya Maheswara" "Maheswara?" "Iya, Maheswara, dan gue tahu kalo Papa kenal sama yang punya, dulu awalnya Papa buka kantor deket sana ya kan?" "Sounds perfect right?" "Maksudnya?" "Ya, lelakinya so far baik, keluarganya jelas Papa dan Mama juga kenal. I hope the best for you" "Ngga terlalu cepat menyimpulkannya begitu?" "Memangnya mau main-main, uda ngga kan?" "Ya, ngga sih memang, tapi kan….don't think too much lha, jalanin aja dulu" "Iya, jalanin aja dulu. Ngga usah terlalu buru-buru juga lha, iya kan?" Abe hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan mendengar perkataanku. Apa aku terdengar tidak yakin? Entahlah, di telingaku sepertinya nadanya tidak yakin… "Jadi mau makan dimana?" tanya Edrick sambil menyetir mobilnya Aku saat ini ada didalam mobil Edrick, kami sedang di jalan mau makan malam. Tadi Edrick menjemputku tepat jam 7 malam di rumah, dia masih turun untuk pamit dengan mama. Untuk first impression and first meeting, boleh lha kesannya. sopan juga ternyata dia ya… "Lho kamu belum ketemu mau makan dimana?" "Belum" Edrick menggelengkan kepalanya sambil menyengir lebar "Daritadi sore aku ngajak itu memang uda mikir tapi ngga ketemu mau makan dimana, bingung. Kamu biasa makan dimana?" "Aku jarang keluar makan." "Masak sih?" "Iya, seriusan deh" "Hmmm…bingung yaa…makan disini aja gimana?" tanya Edrick sambil melihat salah satu tempat makan yang ada di sebelah kiri jalan, namanya Keraton. "Ya udah yuk" "Kamu beneran udah laper ya?" Edrick melirikku masih tetap dengan senyum jahilnya. "Kan aku uda bilang daritadi sore kalo aku laper" "Iya sihh…aku pikir ngga beneran, tau gitu tadi aku jemput kamu ngga semalem ini" Akhirnya kami makan di Keraton. Sepertinya tempat ini baru buka jadi tidak terlalu ramai. Edrick sengaja memilihkan menu untuk aku dengan alasan 'kamu lagi flu, ngga boleh makan macem-macem,nanti malah jadi tambah parah'. Jadi akhirnya aku terima nasib ketika dia memilihkan sop iga untukku, padahal aku pengen banget makan steaknya, kelihatan enak. Sepanjang acara makan, kami banyak mengobrol. Edrick memang supel, mengobrol dengannya sudah seperti bicara dengan teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Aku merasa nyaman dan merasa ngga harus menjaga image sama sekali didepannya. "Kamu yakin ngga mau minum obat yang aku bilang itu?" "Ngga usah, ngga apa. Aku ada obat kok di rumah" "Ada juga percuma kalo kamu ngga mau minum. Jangan tidur aja, obatnya juga diminum" "Iya Pak Dokter" "Waduhhh…jangan pak dokter, kalo dokternya kayak aku sih gawat" "Kenapa gawat?" "Bisa-bisa aku salah kasih obat terus nanti" Dan Edrick orangnya sangat humoris. Mungkin itu salah satu alasan kenapa bisa terasa nyaman didekat dia. "Ann…" "Ya?" "Kamu berapa kali pacaran?" tanya Edrick, mendadak serius. "Satu kali" Edrick memutar wajahnya dan menatapku dengan kaget. "Ahhh…yakin kamu?" "Maksudnya? Memangnya tampang aku player gitu?" "Ya ngga, bukan begitu. Cuma masak sih cuma sekali?" "Iya, cuma sekali. Memangnya kamu berapa kali, banyak ya?" "Ngga, cuma tiga kali kok" "Memangnya mau berapa banyak?" "Ya...ngga mau banyak-banyak juga. Kamu seriusan cuma sekali pacaran?" "Kok ngga percaya gitu sih?" "Ya ngga, bukan begitu. Yaa..oke,aku percaya. Aku percaya" "Nada kamu kayak memaksa diri buat percaya deh" "Ngga ngga…iya, aku percaya kok" And I'm totally happy this night. Shereen: Ann… Annica: Ya Reen? Shereen: gmn2? Annica: Apanya? Shereen: Edrick, ahhh lu ini sok ngga tau deh gue nanya apaan Annica: hahahaha…seriusan gue ga tau, sensi aja deh :p Shereen: jadi gmn dgn Edrick? Uda jadian? Annica: busettt dahhh…blm kali, cepet aja. Msh contact kok :D Shereen: ahhh…maen rahasia2an nihh..crta2 ya sm gue Annica: dia itu baru putus sm ceweknya ya? Shereen: iya, 2 bulanan yang lalu katanya sih. Dia sering ke toko trus mnta kenalin cewe katanya. Pas juga wktu itu ktmu lu kan,ya udah gue kenalin aja. Knp memangnya? Annica: nanya doang :p Shereen: ahhh…ngga seru nihhh, rahasianya banyakkkk L Annica: huehehehe…rahasia apaan sihhh, ngga kok. Tenang2 pasti gue crtain smuanya deh ;) Shereen: gue tungguuuuuu Annica: sip dah :D ~ (@luilliciousmey) |
18 September 2011
Annica #6
#6 Hi. It's a short simple word but it's how love starts. - Annica - Edrick: hai...pagi. uda di kntor? Annica: haii…ngga nih, lg di jln. Mau ke cabang Edrick: ohh…ngga nyetir kan? Annica: ngga, sm supir kntor Edrick: sangkainnn… :p Annica: ngga ahh, malesss mau nyetir, capeeee..macet pula x_x di kntor? Edrick: iya nih di kntor..hmm..bole tau no.telp km ga? Annica: kntornya dmn emang? Edrick: di daerah grogol sana Annica: ohh..kntor apaan emangnya? Edrick: ahh..bkn kntor lha,cm bantu bokap aja,usaha kcl2an. Dkt sama toko David Annica: ohh..dkt toh? David buka tmpt makan kan ya? Edrick: iya,pnh mkn sana? Annica: blm prnh nih,pgn sih,tp blm smpet mau main2 ksna :D Edrick: nti mlm mau? Aku jmput Annica: hmm…liat nti dehh,abisnya ga tau mau balik jam brp nih,ada meeting jg x_x Edrick: sbk bngt,bagian apa emangnya? Annica: ahh..sok sibuk doang kali :D bagian finance Edrick: wuihh..pinter nih klo bagian finance sih, bnyk duitnya Annica: iya duit org Edrick: yg penting duit :p Annica: hahahhaaa… *rofl* Edrick: km lahir taon brp sih? Annica: taon ini umur 26. km? Edrick: hohhh…sama dong Annica: lhooo..sama? sangkain seumur david Edrick: ngga,david lbh tua :D Annica: I see… Edrick: jd no telpnya brp nih? Annica: nomor telp gue? Edrick: bkn tetangga Annica *rofl* Edrick itu anaknya santai, rame, dan bawel. Seenggaknya itu yang bisa aku simpulkan dari beberapa hari ini mengobrol lewat bbm dengannya. Dan dia amat sangat semangat dan niat bbm setiap hari. Edrick: km lg flu? Annica: iya nih.. Edrick: uda mnm obat? Annica: blm,smlem minumnya soalnya klo mnm skrg jd ngantuk ga bs krja. Edrick: gmn mau smbuh klo ga mnm obt. Aku anterin obt ya? Annica: obat apaan? Ga usah deh, nti pulang tdr jg bsk uda smbuh.plng krg tdr doang kok Edrick: ya tetep msti mnm obt lha. Aku beliin ya,aku anterin,ok? Annica: ga usah, beneran, makasihhh…di rmh ada obt kok Edrick: yakin? Annica: iya yakin kok Edrick: ya udah,klo ngga sembuh jg nti mnm obt dari aku ya Annica: iyaaa… "Lho lu kerja Ann?" Aku menatap Ricky yang berdiri di pintu ruanganku sambil membawa secangkir kopi panas di tangannya. Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan tissue di tangan yang menutupi setengah mukaku. "Gue pikir lu istirahat di rumah. Kenapa ngga tidur aja di rumah?" "Still have so much works here, lagian gue masih sanggup berdiri. Kalo di rumah aja malah pening ngga ada kerjaan" "But you need to take a rest" "Iya, nanti deh, sebentar lagi gue balik" "Ya udah, kalo mau balik jangan nyetir ya, telpon gue aja" "Iya" Ricky keluar dari ruanganku, berjalan menuju ruangannya. Dan aku masih dengan tissue menutupi hidung dan setumpuk kertas untuk diperiksa. Edrick: gimana pileknya? Aku menatap blackberryku, ada bbm masuk lagi, dari Edrick tentunya. Ternyata dia bener-bener niat ya, padahal aku sering lama membalasnya. Annica: masih pilek Edrick: di kntor? Annica: iya, di kntor nih *sigh* Edrick: knp ga pulang aja, emang konsen? Annica: yaaa…dikonsen2in dehh…gmn dong, kerjaan bnyk Edrick: ckckckck…bnr2 kryawan teladan. Bagusss… :p Annica: *not interested* Edrick: hahahahhaa…wanna have a dinner with me tonight? Annica: ngga bisa kyknya, pening banget kepala. Next time ya? Edrick: yauda, km istirahat aja deh. Laen kali baru aku tagih, hehehe Annica: okehhhh…siaaappp! *grin* ~ (@luilliciousmey) |
17 September 2011
Annica #5
#5 God puts people in your life for a reason, and removes them from your life for a better reason - Annica - Hari-hari penuh kesibukan. Hari-hari penuh laporan bulanan. Hari-hari menuju presentasi trisemester didepan direksi. Ini bukan pertama kalinya aku presentasi laporan didepan seluruh direksi, entah sudah berapa kali. Tapi rasa nervousnya tetap tidak bisa hilang, sejak dari aku berjalan keluar lift dan menyusuri lorong ini sampai aku keluar kembali dari ruang meeting, rasa gugup dan keringat dingin itu ngga akan hilang. Hari penuh dengan deadline ini juga membuat waktuku sedikit berkurang untuk memikirkan Kevin. Since that noon when I confess my feeling to him, aku ngga pernah berhubungan lagi dengannya, terakhir aku dengar dia ada di Surabaya untuk meeting disana. No phone or bbm anymore from him too. Apa aku merasa kecewa dan kehilangan? Entahlah. Mungkin tanpa sadar aku pun sudah tahu keadaannya seperti ini jadi tanpa aku sadari aku sudah membuat hati aku siap menerimanya. "Do you need another chocolate or ice cream this night?" tanya Ricky dengan senyuman jahilnya itu. "Ngga niat becanda Rick" jawabku ketus "It's not your first time Annica, tapi tampang pucat lu kayak anak SD yang disuruh pidato didepan seisi sekolah" "Yang gue pikirkan adalah apa gue masih bisa keluar hidup-hidup dari ruangan itu Rick atau skenarionya adalah gue keluar hidup-hidup dari ruangan meeting but then I hear my name is called by Dad dan nyawa gue jadi tarohannya di ruangan komisaris. Skenario mana yang menurut lu lebih bagus?" "Sindrom aneh lu semakin parah kayaknya, besok ambil cuti buat periksa ke tempat Dokter Budi ya" Ricky berjalan mendahuluiku masuk ke ruangan meeting sebelum aku berhasil menjitak kepalanya karena ucapannya barusan, dan ketika aku masih lima langkah dari pintu ruangan meeting, aku sudah melihat didalam ruangan sudah berkumpul dengan lengkap seluruh jajaran direksi dan komisaris Bentley. Well, now it's my time to deal my life dengan setumpuk laporan keuangan ini. Shereen: Ann, remember the guy yg kmren mkn bareng gue sm David di PIM? Annica: yg mana ya Reen? Shereen: yg pake kacamata? Annica: ohh yaaa, inget. Knp? Shereen: he asks your pin, bole ksh? Actually uda lama dia minta cariin cewe, trus kmren ktmu lu, pas bngt ya. Blm pnya pcr kan? Annica: not yet Shereen: Namanya Edrick. Dia tmnnya David, suka maen futsal bareng. Gue ksh pin lu gpp? Annica: oke, masak iya kenalan doang gue kaga mau, sombong bngt :p Shereen: hahahahaa…ya ngga lha, ya uda nti klo gue ktmu dia lg, gue ksh pin lu ke dia ya Annica: oke ;) It's a perfect day. Rapat direksi yang berjalan lancar. Target perusahaan yang lebih dari 135%. Bonus dengan angka nol panjang dibelakangnya yang akan segera masuk ke rekening. Dan gelato didepan mata. So perfect right? Request contact. Edrick Accept. Decline. Ignore. Close. Accept. Shereen: Ann, gue uda kasih pin lu ke Edrick, ntar lg dia add lu, slmt knlan ya. Sapa tau berlanjut, kan gue tngl mnta makan2nya *dancing* Annica: huahahaha…dasarrr…cepet bangettt…iya nih, barusan gue approve Shereen: oke dehhh…baik2 yaaa :p Annica: sippppppppp lha :D Edrick: Hai Aku menatap layar blackberryku, aku melihat Edrick sudah mengirim bbm. Aku tidak langsung membukanya, aku masih asyik dengan gelato didepanku dan menikmati suasana sepi café rooftop ini. Annica: hai Edrick: gue Edrick, tmnnya Shereen. Lg sbk ya? Annica: iya, td Shereen uda blg kok. Ngga sbk kerjaan sih, lg sbk sm gelato :D Edrick: gelato? Annica: iya, gelato, Italian ice cream Edrick: ohhh…bole tuh dibagi2 Annica: hhahaaa…bole2 tp beli sendiri ya :p Edrick: wahhhh…padahal kan niatnya mau mnta dr awal, sapa tahu dpt traktiran gratis Annica: hmmm…gimana yaaa…hmm… :p hehehehe… - (oleh @luilliciousmey) |
Subscribe to:
Posts (Atom)