Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Cerita Cinta Tujuh Kahyangan: Joanna #1

Joanna memutar-mutar pena di tangannya dengan gelisah. Keningnya mengernyit memandang ke langit-langit.  Dia menghela nafasnya berat. Seakan tak cukup terlihat depresi, Joanna mulai menggerakkan badannya. Badan yang tadinya sedikit membungkuk ke arah meja mulai diregangkannya lalu dijatuhkan ke sandaran kursi. Sekali lagi, Ia menghela nafasnya berat. Ia bukannya sedang menangisi hutang, atau cinta.

"Joannaaa ! ! !" tiba-tiba terdengar teriakan merdu. "Sayaaang, kamu di manaa? Mama pulang naak~! Yuuhuuu~! "

Itu mamanya. Itu! Itulah yang membuatnya terlihat begitu depresi. Mamanya baru pulang dari tur pameran kesenian. Mama Joanna adalah seorang artis, seniman. Mamanya jugalah yang memberikannya nama yang terdengar sangat amat nyentrik.  Joanna Carmel Iphal.  Sebenarnya, nama itu mengandung arti yang sangat indah. Hanya baginya, nama itu terlalu berat untuk disandang.

Tapi bukan itu hal yang paling bikin dia frustasi. Sifat mamanya itulah yang membuatnya gelisah malam ini. Ya, sifat nyentrik mamanya tak hanya membuatnya merasa keberatan nama, tapi juga membuatnya kehilangan masa mudanya. 'Menikah? Hari gini? Ohh please!' batinnya. Tapi mau tak mau diangkatnya jugalah badannya menuju ke sumber suara merdu tadi.

"Apa ma? Joanna masih ada tugas nih. Mama gak tau yah? Joanna besok masih ada kuliah. "

"Ohh, kamu masih ada kuliah darl ? Bukannya seharusnya sudah libur natal? Demi Tuhan, kampus itu harus belajar apa yang namanya toleransi."

"Ma, mama tau, kampus yang mama bilang harus belajar toleransi itu merayakan natal. Hanya saja mereka lebih dulu belajar integritas ketimbang mama. Mama yang masih harus banyak belajar." Jawab Joanna ketus.

Mamanya yang sedari tadi mendengar ucapan Joanna sambil menari-nari kecil langsung menghentikan gerakan riangnya.
"Joanna, kalau mama harus belajar integritas, kamu harus belajar sopan santun !"

Joanna melengos.

Melihat anak semata wayangnya itu tampaknya sudah tak bisa dinasehati lagi, mamanyapun menggelengkan kepala.

"Ini oleh-oleh dari Om Sony." Katanya pada Joanna. Joanna memutar bola matanya. Om Sony adalah teman dekat papa dan mama. Sebenarnya Om Sony ini orangnya baik. Om inilah yang selalu membantu tur kesenian mama dan marketing bisnis papa. Yang membuat Joanna sensitif setiap nama Om Sony disebut adalah anaknya. Anaknya lah yang akan jadi neraka berjalan bagi Joanna. Joanna mengambil hadiahnya lalu berlalu dari hadapan mamanya.

"Ehh, tunggu Jo sayaang, ini ada buku dari Erick. Mama bilang kamu suka buku, jadi dia belikan itu buat kamu." Ujar mamanya tersenyum bahagia. Erick adalah anaknya Om Sony dan ya, dialah yang akan jadi neraka berjalannya Joanna. Rasanya Joanna ingin bilang, 'Mah senyuman mama mengerikan. Seperti tokoh jahat di film yang rencananya berjalan mulus.' Tapi tidak. Joanna tidak bilang. Ia hanya menatap mamanya hopeless lalu masuk ke kamarnya. 

-Sementara itu, jauh di atas awan. Benar-benar jauuh di atas awan.-

"Ahahahaha, jadi kita harus mengawasi anak yang lucu ini, Eliud?" Terdengar gelak tawa seseorang dari dalam kabin putih kecil bertirai satin yang indah.
"Ya Ahava.  . .Kayaknya anak ini asyik juga. . ." satu suara lagi –yang dipanggil Eliud- menyahut dari ruangan yang sama.


- (oleh @kasihelia - http://kasihelia.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment