Tentang 30 Hari Cerita Cinta

27 September 2011

#5: I Love You Both


Temanku yang hobinya membuat kalimat-kalimat bijak pernah mengatakan, jangan jatuh cinta dalam keadaan hati yang masih terluka. Jauh lebih baik jika kau memberi waktu dan kesempatan pada hati untuk benar-benar pulih, kemudian kembali bersih seperti sediakala tanpa dibayang-bayangi masa lalu yang menyakitkan itu. Setelah hatimu dirasa siap, yakinlah bahwa kamu akan menemukan penghuni hati yang baru, pemilik masa depan yang lebih baik lagi. Kalimat penting itu harusnya bisa kurenungi dan kumengerti lebih dahulu. Sayang saat itu aku belum bisa.

Aku pernah mengalami ini, hanya selang sebulan setelah putus aku langsung jatuh cinta pada dua perempuan dalam waktu yang bersamaan. Tak perlu kuceritakan siapa namanya karena itu tidak penting. Yang perlu kalian tahu adalah keduanya cantik, baik, seksi, pintar, istimewa, pokoknya memenuhi standar ideal orang-orang kebanyakan untuk dijadikan sosok seorang pacar.

Aku pernah mengatakan ini. Jatuh cinta yang tiba di waktu yang tepat akan membuatmu didatangi inspirasi yang bertubi-tubi. Kalau kamu anak band, jatuh cinta akan membuatmu menghasilkan lagu-lagu yang manis dan indah. Kalau kamu penulis, jatuh cinta akan memberimu kekuatan lebih untuk menuliskan kisah-kisah romantis yang seakan tanpa cela. Aku sendiri memang suka menulis, tapi tak pernah menyebut diriku penulis. Yang kulakukan hanya menulis cerita-cerita pendek di blog. Target pembacaku? Entah. Rasanya tak terlalu banyak orang menyukai tulisanku yang apa adanya dan jarang sekali mengikuti kaidah penulisan yang benar itu. Cerita-cerita yang kutulis bukan yang bergenre sastra romantis dan bisa membuat perempuan meleleh. Rangkaian kata yang meluncur dari otakku kemudian menggerakkan jari-jari di atas keyboard itu seringkali mengalir cepat, berjejal, minim basa-basi, nyaris tanpa filter, bahkan kadang terkesan terburu-terburu untuk cepat mencapai tujuannya. Beberapa orang mengatakan gaya menulisku sederhana, nyaman diikuti dan tidak membuat kening berkerut. Namun beberapa orang yang lain dengan kejamnya mengatakan tulisanku seperti sampah, tak jelas apa maunya, tak jelas apa yang disampaikan, dan lebih cocok untuk dibaca orang-orang yang tak mau susah payah menggunakan otaknya untuk berpikir. Mendengar dua masukan sangat berlawanan itu aku hanya mengangguk dan berterimakasih. Juga terus belajar akan tulisanku ke depannya makin bagus dan enak dibaca.

Sekarang kita kembali ke dua perempuan tadi.
Mereka berdua adalah pembaca setia tulisan-tulisanku. Mereka bilang aku keren dan gaya bertutur tulisanku telah membuat mereka jatuh cinta. Mereka bilang kalimat-kalimat sederhanaku adalah ungkapan hati yang jujur dan jarang bisa dilakukan penulis-penulis kebanyakan. Singkat cerita dan seiring berjalannya waktu, aku makin dekat dengan mereka berdua. Keakraban yang tadinya hanya di comment box kini berlanjut ke Yahoo Messenger, Google Talk, SMS, bahkan telepon. Isinya? Hanya obrolan-obrolan tak tentu arah, curhat colongan, flirting-flirting, sesekali bahkan dirty jokes. Aku lantas berpikir begini, jika aku seorang personil band bisa jadi mereka adalah dua groupies paling militan yang bisa dimanfaatkan. Tak perlu kujelaskan lagi kan apa yang kumaksud dengan 'dimanfaatkan'?  Pikiranku yang lebih gila lagi lalu berkata seperti ini. Bagaimana kalau aku menjadikan salah satu dari mereka sebagai pacar? Mumpung aku baru putus, masih jomblo dan hatiku sedang butuh penghuni baru. Tapi yang mana? Siapa? Dua-duanya? Kita tak akan tahu kalau hanya berpikir dan tidak mencobanya. Jadi, mari kita coba!

Bermodal pemikiran itu akhirnya kuputuskan untuk mendekati mereka dengan lebih intensif. Mengajak salah satunya makan malam, kemudian mengajak yang lainnya nonton di esok malamnya. Tentu saja jadwalnya bergantian. Tidak mungkin aku mengajak mereka berdua sekaligus dalam semalam. Selain karena faktor isi dompet yang terbatas, menurutku hanya orang kurang waras tapi kepedean yang mengajak dua targetnya sekaligus dalam semalam.

Sampai akhirnya malam itu, usai makan malam sendirian di sebuah rumah makan padang, aku melakukan hal gila yang sangat tidak pantas untuk dicontoh. Penembakan massal via SMS. Nah! Terdengar seperti apa aku sekarang? Kepedean tapi pengecut, atau pengecut yang kepedean? Silakan kalian simpulkan sendiri. Dengan sedikit berpikir, aku menuliskan sebaris kalimat di handphone, membacanya sekali lagi, kemudian tanpa ragu mengirimnya ke nomor mereka. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Hampir setengah jam, pesan balasan yang kutunggu-tunggu itu tak juga masuk. Dua-duanya tak memberikan balasan. Perasaanku mulai tidak enak. Hatiku mulai tidak tenang. Kalau saja aku tahu, tak jauh dari sini, ada dua perempuan cantik sedang duduk semeja di sebuah kedai kopi. Perempuan pertama memesan hot chocolate, dan perempuan satunya memilih ice lemon tea. Keduanya tampak stress dan serius menatap layar laptop masing-masing dengan beberapa lembar kertas yang berserakan di atas meja mereka. Tak lama kemudian handphone mereka bergetar. Ada pesan masuk dalam waktu hampir bersamaan. Mereka membaca pesan itu sekilas, saling tatap sebentar, kemudian mendekatkan handphone mereka, lantas bersama-sama membaca ulang kalimat yang mungkin merupakan sajak cinta paling ngawur yang pernah ditulis sejak awal bumi diciptakan.

Biru
Cinta datang membunuhku
Aku jatuh cinta dan sudi bangkit lagi
Ijinkan aku menjadi penghuni hatimu

"Orang nggak waras," kata perempuan pertama.
"Lagi mabuk kayaknya," sahut perempuan kedua.

Benar, dua perempuan cantik itu adalah mereka. Sebuah kenyataan yang baru kuketahui bahwa mereka ternyata teman satu kantor. Pesan yang kukirim malam itu tak pernah mereka balas. Sejak itu pula mereka menjauh dariku. Mereka tak lagi muncul di comment box cerpen-cerpen yang kutulis. Teleponku pun tak pernah lagi mereka angkat. Tapi setidaknya aku masih bersyukur, bahwa malam itu aku berada di rumah makan padang, bukan di kedai kopi itu bersama mereka. Coba pikirkan ini, jika lelaki-patah hati-yang-jatuh cinta- membabi buta itu menyedihkan, kalian juga harus membayangkan, apa jadinya kalau lelaki-patah hati-yang-jatuh cinta- membabi buta itu masih harus disiram hot chocolate dan ice lemon tea oleh dua perempuan cantik yang sama-sama menolak cintanya?

*

"What the hell!" Ujar Indi sambil menahan tawa. "Itu beneran terjadi?
"Nggak." Aku menggeleng. "Mana bisa aku membagi hati untuk dua orang sekaligus. Aku menulis cerita itu kira-kira tiga bulan yang lalu. Awalnya malah ada tiga perempuan, judul cerpennya Tiga Cinta. Tapi terus kuubah lagi agar masih cukup masuk akal."
"Oke. Aku sudah menulis ini tadi." Indi kembali menyodorkan secarik kertas penuh tulisan kepadaku. Aku membacanya baik-baik. Kali ini resep es krim. Yang pertama kali setelah tiga menu cupcake.

I Love You Both

Ingredients
2 cups 2% milk
2 cups heavy cream
1 cup sugar
1/2 teaspoon salt
1 teaspoon vanilla extract
1 teaspoon peppermint extract
3 drops green food coloring (optional)
1 cup miniature semisweet chocolate chips

Directions
In a large bowl, stir together the milk, cream, sugar, salt, vanilla extract and peppermint extract until the sugar has dissolved. Color to your liking with the green food coloring.  Pour  the mixture into an ice cream maker, and freeze according to the manufacturer's instructions. After about 10 minutes into the freezing, add the chocolate chips. After the ice cream has thickened, about 30 minutes later, spoon into a container, and freeze for 2 hours.

***



~ (oleh @monstreza)

1 comment:

  1. ha3...., gw minta ijin cocmot kata2 "jangan jatuh cinta dalam keadaan hati yang masih terluka" ya....

    ReplyDelete