Tentang 30 Hari Cerita Cinta

29 September 2011

Payung


                Sedikit demi sedikit jalan menuju rumah dilalui Fany, tampaknya beberapa hari ini sering sekali hujan. Walaupun tak deras tetap saja menyusahkan. 3 hari berturut-turut hujan turun, Fany kira cerah tadi pagi akan awet sepanjang hari. Perkiraannya meleset, beberapa menit sebelum bel pulang rintik hujan mulai membahasahi. Siapa sangka cuacanya akan seperti ini?
                Daripada terlambat pulang lebih baik Fany basah kuyup, "hanya gerimis" pikir Fany daritadi. Tak mungkin dirinya sakit, hanya gara-gara udara dingin dan tetesan air yang secara langsung mendarat di rambutnya tanpa penutup apapun. Fany memutuskan untuk tak pulang dengan Moan, ia tak mau mengganggu Moan yang masih ada latihan pulang sekolah. Fany tertunduk, entah beban pikiran atau apa yang membuatnya lebih sering murung akhir-akhir ini. Sepertinya sudah tak bersemangat untuk hidup. Wajanya hanya melihat ujung sepatu yang sedari tadi beradu dengan tanah dan batu sepanjang jalan. Tak lupa dibumbui dengan basahnya air hujan yang membuat kakinya lembab. Dan tentunya kaus kaki ini akan jadi terakhir untuk minggu ini.
                Langit semakin tak menunjukkan keramahannya. Tetesan air semakin ramai mengucur . Jalan pun menyepi, hanya beberapa orang yang tak peduli dengan guyuran hujan yang semakin deras. Sedangkan Fany? Kesialan menimpanya hariini. Jaketnya serta payung yang biasa menemaninya kala hujan tak bersamanya kali ini. Tak ada yang menutupi tubuhnya selain seragam SMA.
                Sempat terbesit di benak Fany seorang pangeran yang menolongnya membawakan payung dikala wajah manis Fany basah karena hujan, kemudian melepas jas nya untuk tubuh kecil Fany yang kedinginan. Berkata manis sambil memeluk tubuh Fany untuk menghangatkannya. Namun apadaya, hayalan tersebut terlalu tinggi, "sudah terlanjur basah seperti ini boro-boro ada yang mau bawain payung"
                Siapa sangka? Sebuah payung akhirnya menutupi tubuhnya yang basah, kala itu. Siapa ini? Apakah hal ini seperti cinderella atau snow white ? atau bahkan seperti di sinetron ? atauu..
                Fany dengan ragu menoleh kebelakang, siapa yang menopang payung tsb. Tak disangka orang itu Sam. Fany kaget bukan kepalang. Dan terjadilah beberapa konflik dibawah payung tsb
"Komeng?"
"gak tega gue liat lo kehujanan"
"sejak kapan…"
"gue kan kalo pulang nungguin lo terus"
"tapi bilang kek kalo ngikutin"
"terserah  lahh, nih payungnya, kayak biasa gue ngikutin lo dari belakang aja"
"jangan, lo bawain payung gue aja, gue juga kasian liat lo menderita terus"
"makasih cantik, tumben"
"gausah gombal daripada gue suruh lo basah kuyup dibelakang"
"peace cantiiiik hehe…"
                Dua sejoli tsb akhirnya menyusuri jalan berdua. Biarpun ada sedikit rasa canggung di keduanya, tapi tetap saja beberapa konjadi konflik kecil terjadi beberapa kali. So sweet, kah ini ? tak ada yang bisa menilai.
                Percakapan itu semakin lama semakin hangat, Fany baru kali ini merasa nyaman berada di dekat sam. Ada sedikit keraguan, namun untuk kali ini saja Fany mencoba untuk mendekat sedikit pada Sam. Dibawah payung, dibawah hujan yang menyatukan mereka. Sepertinya tuhan punya maksud lain di balik kesialan Fany.
                Tinggal beberapa langkah keduanya sampai di rumah Fany. Udara dingin semakin menusuk tulang di siang itu. Sinar matahari tampak terkorupsi oleh tebalnya awan. Tak ada pertanda cuaca akan membaik, beberapa kilat bahkan sesaat muncul.
"Fan, ntar malem ya"
"apa?"
"jangan pura-pura lupa deh"
"iya gue inget"
"janji dateng ya"
"gue gak janji"
                Jawaban jutek Fany tak melunturkan semangat Sam. Malah Sam berbisik kecil pada Fany, sedikit senyum simpul tersamar dibalik wajah Fany. Akhirnya mereka berpisah. Senyum Sam tampak terpancar cerah melepas kepergian Fany.
To Be Continued…


(oleh @iimamf)

No comments:

Post a Comment