Tentang 30 Hari Cerita Cinta

29 September 2011

Salah Paham

"Lil, ngapain sih ngajak aku ikut acara kayak ini, mending nonton AFI di rumah? Aduh, suara musiknya kenceng banget, bisa budeg aku," protes Rea sambil menutupi telinganya yang pekak dengan suara musik yang kelewat keras. Malam minggu itu, Lila mengajak Rea ke pesta ulang tahun salah satu temen cyber-nya di salah satu diskotik terkenal di Malang.
"Ih kayak ibu-ibu ama anak kecil aja nontonnya AFI, Mbok ya yang mboys dikit." Lila berteriak menyahut meningkahi suara musik yang keras. Lila terus maju sampai ke lantai dansa menyeret Rea di belakangnya. Lila mulai menggoyangkan badannya seirama musik yang betalu-talu.
"Ayo dong, Rea goyang, goyang.....!"
"Lil, aku duduk aja deh tar kamu kesana yah. Ku pesenin minum apa nih?" Rea yang jengah, mencari alasan untuk pergi dari lantai dansa yang penuh sesak itu.
"Apa aja deh boleh." Rea segera berlalu ke bar dan memesan minuman, tak lama kemudian nampak Rea duduk manis di meja paling atas yang menghadap lantai dansa.
Alunan musik yang tadi keras berubah menjadi lembut dan acara pun dimulai. Pada saat pembagian kue kepada orang terkasih, Rina yang malam itu berulang tahun memberikannya pada seorang cowok yang Rea kenal betul siapa dia, yaitu "Dino". Hampir lepas gelas di genggeman Rea, kini ia tau bahwa benar semua yang dikatakan Ferry. Ia berusaha menenangkan diri dan menahan airmata yang siap bergulir.
"Makasih ya cinta, selamat ulang tahun, semoga lo makin cinta gue." Suara cowok yang Rea sangka "Dino". Namun ada keganjilan pada cara "Dino" berbahasa, setahu Rea, Dino tak pernah memakai "lu-gue".
"Makasih yah, Don!" Rea menangkap keganjilan lain saat Rina memangil "Dino" dengan Don bukan Din, tapi ia tetap tak peduli.
"Sebenarnya apa yang gue dapat malam ini, baik kue dan si cantik yang ada disamping gue ini, semua berkat kembaran gue yang rela malam minggu kemarin gak ngapelin pacarnya karna mobilnya gue pake untuk ngerayu doi, so wajar kalo kue ini buat kembaran gue yaitu Dino." Sesosok yang bak pinang berbelah dua dengan "Dino" yang baru saja berbicara, naik keatas panggung dan kali ini gelas yang Rea pegang jatuh begitu saja setelah melihat kenyataan itu. Tiba-tiba Rea teringat kata-kata Dino sebulan yang lalu, "Re, kembaranku mau datang biasanya dia paling anti ke Malang tapi karna mama sakit so dia ngalah datang kesini."
"Emangnya tinggal dimana? Namanya sapa?" tanya Rea waktu itu.
"Doni. Ia di Jakarta, dari bayi udah ikut tanteku yang gak punya anak dan Doni gak pernah mau ke Malang katanya Malang sepi, bahkan Ferry gak tau kalo aku punya kembaran. Jangan sampe kamu salah ngenalin kami loh, abis kami berdua mirip banget kecuali cara ngomong Doni yang sok jakarta banget." Terlintas dibenak Rea, mungkin yang dilihat Ferry malam minggu kemarin adalah Doni.
Rea yang tidak memperhatikan panggung yang heboh, kaget mendengar namanya disebutkan. "Nah buat Rea yang malam ini, gue yakin ada disini tolong naik ke panggung sebelum Dino di mangsa cewek lain," teriak Doni yang disambut tawa histeris cewek-cewek.
Rea pun turun dari tempatnya duduk dan berjalan menuju panggung diiringi sorot lampu, ini bukti cinta yang terindah dalam hidupnya, disambutnya uluran tangan Dino yang menariknya keatas panggung. Ia meraih tubuh jangkung dan tegap itu dalam derai tangis, tak peduli mereka yang melihat. Di kejauhan Ferry dan Lila manatap haru.


~ (oleh @non_maya)

No comments:

Post a Comment