Tentang 30 Hari Cerita Cinta

18 September 2011

I Think I'm in Love #6

Sekedar memandanginya dari  jauh saja, sudah membuat hatiku bahagia. Bisa tahu namanya dan dekat dengannya sudah membuat pipiku merah. Mengobrol dengannya, buat aku sesak saking bahagia. Tahu dia punya rasa yang sama, ohh Tuhan, aku tak bisa berkata-kata lagi.

Dia benar-benar sudah single, dia menyukaiku, akupun demikian. Namun terkadang, orang-orang disekitarmu tak perduli dengan apa yang kau rasakan, mereka hanya percaya pada apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Padahal, belum tentu yang kita dengar itu selalu benar, dan apa yang kita lihat begitu adanya, ada kalanya yang terselubung itulah yang benar. Hehehe. Aku hanya meyakinkan diriku sendiri, tak ada yang bisa meyakinkanku saat ini, benar-benar kacau.

Berasa jadi selebriti ditengah-tengah orang ini. Lihat saja, mereka melihatku sedemikian rupa, seolah-olah aku tengah melakukan tindakan kriminal yang begitu kejam. Sebegitu populernyakah sang senior ini ? sampai berita sekecil upil tentangnya langsung tersebar, dan ini bukan berita baik untuk kepopuleran.

Tiba-tiba semua orang membenciku, bahkan orang terdekatku sekalipun, heran. Mereka semua telah memvonis aku telah merebut si senior itu dari kekasihnya. Sungguh diatas kesungguhan, aku tak bermodalkan apa-apa tuk menarik perhatiannya. Mereka benar-benar tak peka, merasakan apa yang tengah kurasakan, aku hanya membela hatiku, hati tak pernah bohong.

Hal ini benar-benar membuatku terpukul. Tak tahu ingin menyalahkan siapa. Akupun tak tahu aku benar-benar bersalah atau tidak.  Dikucilkan, sangat tidak berharap seperti ini, untuk sesuatu kesalahan yang tak kulakukan.
Sesampai di rumah. Aku membuka pintu kamarku, membuang tubuhku ke kasur gabusku, kasur empukku, dengan gaya tengkurap aku menutup kepalaku dengan bantal. Hiks..hiks..hiks, tak lama suara tangisanku pun keluar-walau samar terdengar karena tertutupi bantal- bersamaan dengan keluarnya air mataku. Gaya ini benar-benar mirip di sinetron. Tapi sumpah, gaya menangis seperti ini membawa rasa tersendiri.

Yaa, aku tengah bersedih, aku tengah menangis. Baru saja aku mengalami patah hati, aku benar-benar luka disini (hati.red). Hampir 60 menit aku membiarkan air mataku berjatuhan, memaki-maki sendiri, bicara sendiri, dan hal konyol lainnya.

Tissue.. tissue, tissue.

Kubiarkan saja tissue yang berisi 500 sheet yang baru saja ku beli itu habis. Kasur gabusku jadi bersepreykan tissue.

Aku pernah bertanya pada seseorang, "apakah air mata itu isinya hanya kesedihan ?" dia tidak menjawab iya atau tidak, tapi dia menjawab  "air mata itu keluar bersama dengan kesedihan sehingga yang tertinggal nantinya adalah rasa bahagia.

Jadi, jangan malu untuk menangis. Aku menangis bukan karena aku cengeng.  Menangis itu sangat diperlukan, jika kau ingin bahagia, buanglah sedihmu, keluarkan air matamu. Menangislah, karena itu memang perlu.

60 menit berlalu, aku menuju ke sudut kamarku. Mataku terasa perih, hidungku mampet, pipiku terasa panas. Sepertinya ini tanda-tanda perginya kesedihan itu. Semacam efek samping. Aku berhenti terpaku didepan sebuah lukisan. Sebuah lukisan gadis jelek, matanya sipit, hidungnya mekar, bibirnya manyun. Tak sedap dipandang !.

Aku mendekatkan wajahku kearah lukisan itu, hendak memperhatikannya dengan seksama. Tiba-tiba aku terlonjak kaget, gadis yang ada dilukisan itu ikut bergerak mendekat kepadaku. Sepertinya dia juga penasaran ingin melihatku. Ya ampun .. !!!!. itu cerminku !.

Ya, lukisan yang kumaksud adalah diriku, aku bahkan lupa kalau aku menaruh cermin dibagian sudut kamarku. Hahahah, aku pun mulai tertawa terbahak-bahak.
Ternyata terlalu lama, terlalu banyak membuang kesedihan itu juga tak baik yah ?. biarkanlah kesedihan sedikit bersemayam di hatimu, agar nantinya dengan adanya kesedihan kau akan lebih mengenal dan merasakan apa itu kebahagiaan.

Sambil melototi wajahku dicermin aku berkata pada diriku yang lain, yang berada dicermin itu.

"Hei gadis manis, berhentilah menangis, itu hanya akan membuat matamu menjadi semakin sipit, hidungmu semakin mekar, dan bibirmu bertambah manyun. Tersenyumlah, karena kesedihan itu juga adalah bahagia yang tertunda"


~ (Oleh: @dhaniramadhan)

No comments:

Post a Comment