Tentang 30 Hari Cerita Cinta

18 September 2011

Kebo dan Anak Presiden #6

Sudah bisa ditebak, rencana Roby tak berhasil. Hampir saja dia babak belur dipukuli oleh Mas Bob kalau saja Keisya tak cepat datang. Jantungku sendiri sudah hampir copot melihat tubuh Roby diangkat begitu mudahnya. Padahal secara fisik, tinggi Roby berada diatas rata-rata cowok.
"Mas Bob, udah jangan berantem," Keisya mencoba melerai. Herannya, raut wajah yang tadi mengeras langsung melunak saat Keisya datang. Seperti dihipnotis, gorilla itu melepas cengkramannya. Roby terbatuk-batuk, memgangi lehernya yang sakit.
"Saya tunggu di mobil, Non." Mas Bob berbalik menuju mobil Keisya yang tidak jauh dari tempat kami sekarang. Keisya menatapku tajam. Aku menghela napas, bersiap mendapatkan amarah dari Keisya.
"Kamu gila apa ya?!" teriak Keisya padaku. Aku hanya bisa meringis. Di sebelahku Roby tampak kepayahan mengatur napasnya. Dimas dan Niko memeganginya agar dia tak jatuh. Ku beri kunci mobilku kepada Niko agar dia bisa membawa Roby kesana. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Keisya.
"Aku nggak gila. Ini semua idenya Dimas. Tapi malah Roby yang hampir jadi korban," aku berusaha membela diri. Bibir Keisya mengerucut, wajahnya sama sekali tak senang.
"Nggak lucu Keenan. Tadi Mas Bob bisa saja memukul temanmu sampai babak belur. Aku nggak yakin bisa bikin Mas Bob berhenti kalau dia sudah marah." Keisya benar-benar tampak gusar. Ada ekspresi ketakutan tergambar di wajahnya.
Ku pandangi lekat wajah itu. Baru kusadari ternyata wajahnya 10 kali lebih imut-imut saat sedang marah seperti ini. Bibirnya yang mengerut, pipinya yang menggembung dan alisnya yang bertaut dengan matanya yang menyipit. Ingin rasanya ku cubit pipinya. Tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat.
"Promise me this is not going to happen anymore," ujarnya seraya berlalu dari hadapanku. Aku cuma bisa menatap dirinya. Tanpa sadar aku mengikuti langkah kaki dan ayunan tubuhnya. Dear God. I think I really am in love.




~ (oleh @farahpai)

No comments:

Post a Comment