Tentang 30 Hari Cerita Cinta

23 September 2011

#5 Mendung

             "Tak selamanya mendung itu kelabu, nyatanya hari ini kulihat begitu ceria.." - Kidung

31 Agustus 2011
Raining Man (01:48)
Not a little sis, I guess. But that's why I hope you always being my only one sun. because you're the girl who gave me sweet and lovely memories, you always have a place in my heart..

Tiara Mentari (01:48)
You gave me memories too.. For all the things that we ever had together, i thank to you, Rain..
SEND.

Entahlah, di luar ini benar ataupun salah. Aku hanya membiarkan apa yang ada dihatiku ini mengalir seadanya. Aku tidak ingin lagi menyimpan semuanya sendirian, dia berhak tahu, oh tidak, dia wajib tahu tentang apa yang selama ini kurasakan semenjak keputusannya untuk melepaskan aku.

BIPP! BIPP!

Raining Man (01:49)  
Nope. I'm the one who should thank to you, Sun. You always gave me that huge smile and laugh.
Just like your display picture on bbm right now.. :)

Tiara Mentari (01:50)  
Well, no need to say thanks, Rain. It is such a pleasure to see the person i (was) love feel happy.
It makes me feel happy too.
SEND.

10 Februari 2009
Sore itu suasana kampus begitu lengang. Kampusku yang terletak di wilayah pusat kota ini biasanya ramai, dipadati mahasiswa dan mahasiswi dengan sejumlah kegiatan mereka. Hanya ada beberapa orang lalu lalang, dan teman-teman satu unitku. Hari Selasa adalah hari wajib latihan basket. Bisa dibilang unit kegiatan basket rutin latihan seminggu 2 kali, apalagi jika menjelang pertandingan seperti LIBAMA.
Lapangan basket yang letaknya tak jauh dari kampusku ini ramai seperti biasanya. Selain dipakai oleh mahasiswa yang terdaftar di kampusku, sarana olahraga kami memang disewakan untuk publik/umum. Seringkali jika kami latihan, usainya akan ada pertandingan dadakan dengan tim lain yang kebetulan sedang main basket juga pada hari itu
Ternyata yang sudah banyak datang adalah tim putra. Entah kemana rekan-rekan satu timku, begini nih kalau sudah kebiasaan ngaret. Ya, tim putri memang terkenal ngaret, kecuali aku loh ya! Di pinggir lapangan duduk sosok seseorang yang aku kenal, kuhampiri sosok itu..
"SAM!! Ngapain kamu disini?" ujarku.
Yang disapa menoleh kaget. "Wih, aku kira siapa! Cempreng amat suaranya!Hahaha" ledeknya.
 Ya begitulah, Sam. Sepertinya kalau belum meledekku sehari saja bisa sakit dia.
Semenjak nonton bareng basket dan pertemuan dengan Ojan itu, kami memang tidak pernah lagi berkomunikasi secara intens dan belum pernah bertemu lagi. Ya, sesekali SMSan itu pun frekuensinya jarang. Malah, semenjak hari itu, aku lebih intens dan sering bertemu dengan Ojan. Hampir seminggu sekali aku dan Ojan bertemu. Ojan kerja di Jakarta dan seminggu sekali pasti pulang ke Bandung dan sekalian menemui aku. Sam malah hilang kabarnya, entah kemana. Untung saja, aku tidak berharap banyak dari kali terakhir pertemuanku dengan Sam. Sudah kuduga begini jadinya.
"Sial, mulai deh ngajakkin perang! Aku tuh datang dengan damai, eh kamu malah gak santai" ujarku nyolot. Sam kemudian menggigit lenganku, gerakannya begitu cepat sehingga aku tidak sempat menghindar. Gigitannya cukup keras.
"Aaaaaaawww!!" teriakku. Gigitan Sam membuatku kesakitan dan agak limbung. Melihat posisi tubuhku yang mulai tidak seimbang, Sam menopang dan mendekap badanku.
"Ka.. kamu gapapa?" tanya Sam. Sepertinya ia panik melihatku mendadak 'lemas' seperti ini.
"Apanya yang nggak apa-apa? Digigit macan yah mana bisa nggak apa-apa!" jawabku dengan suara lirih. Tangan kananku sibuk memijat lengan kiri yang digigit Sam.
"Kampret! Masih aja ledekkin lagi kayak gini juga!"
"Yee, lagian kamu maen gigit aja! Saraf motorikku nggak siap tahu! Lemes deh nih jadinya" rengekku.
"Iya sorry, Non! Abis kamu nyolot sih, kan udah aku bilang kalau kamu nyolot tuh gemesin banget mukanya, jadi aja tadi reflek gigit!" Sam menjelaskan sambil menatapku dengan wajahnya yang innocent. Tuhan, gimana aku bisa marah kalau yang gigit aku tampannya nggak santai kayak begini, makhluk dihadapanku ini. Linu yang kurasa perlahan memudar.
"Geblek! Refleknya gigit! Ogah aku deket-deket kamu lagi, bisa-bisa nanti aku habis dimangsa.. Aku kan gemesin orangnya! Hahaha" 
Sam mendekap erat tubuhku hingga sesak. Baru ketika ku memohon ampun, ia melepaskan dekapan tangannya dariku.
"Udah lama nggak ada kabar berita, sekalinya ketemu aku malah disiksa!" rutukku.
Sam tertawa. "Haha, kamu sih, datang-datang nyolot! Kamu tuh yang nggak ada kabar beritanya!"
"Apaan sih, aku nggak ada kabar berita apa-apa kok, masih di Bandung aja, nggak kemana-mana. Belum ada kegiatan baru pula, rutinitas yang sama, apa yang harus diceritakan?" jawabku.
"Jiee, jadi ceritanya, sering jalan sama sobatku udah jadi rutinitas yang sama nih ya sekarang.."
DEG! Aku pikir, Sam tidak tahu apa-apa mengenai kedekatanku dengan Ojan. Lagipula aku menganggap kedekatan kami adalah hal biasa, jadi tidak perlu diceritakan ke siapa-siapa. Apa jangan-jangan ada yang tidak beres? Atau ada hal buruk yang tidak aku ketahui? Duh, aku nih ya, jadi orang suudzonan aja.. Aku sibuk merutuki diriku sendiri.
"Ojan cerita apa aja?" tanyaku.
"Oo jadi bener nih jalan sama Ojan? Jiee.. Padahal aku cuma ngomong asal doang loh! Hahhaha" Sam tertawa puas sekali. Sementara, tampangku udah kayak udang rebus, merah karena malu. Ini orang lama-lama minta disambit pake botol bir kayaknya, begitu yang terlintas di otakku.
"Ck, udah ah, ga temen lagi deh kita.." rutukku
"Deuhh, gitu aja marah, Non! Hahahaha. Lucu banget sih mukanya. Gigit lagi nih!"
Aku balas memandang judes kearah Sam. Kali ini dia beneran nyebelin dan ketampanannya sama sekali nggak menolong.
"Duh, ampun deh Non.. Iya maap.. Udah ya jangan liatin aku kayak gitu dong! Jutek bener.."
"Bodo.." ujarku ketus dan singkat.
"Hahahhaaha. Iya ampun Nona Cantik.. Ojan cuma bilang dia sering ketemu kamu, itu aja kok.."
"Beneran cuma itu aja?"
"Ya nggak itu aja sih, sisanya rahasia pria lah.. hehhehe"
"Cih, sok asik, sok-sok rahasiaan segala.."
"Hhehehe, sisanya biar Ojan yang bilang sendiri sama kamu ya, Non.. Nggak etis kalau aku yang bilang.." ujar Sam sambil tersenyum penuh arti. Arti yang tidak bisa kutebak.
"Terus kamu ada kabar berita apa?" tanyaku pada Sam.
"Apa ya.. Aku baru dari Samarinda. Bulan depan terbang lagi ke Makassar. Ya begini aja nasib kuli tambang, dari pulau ke pulau hidupnya. Masih untung deh ke kota yang ada sinyalnya. Seminggu sebelum pulang aku sempat ke kota terpencil banget dan nggak ada sinyal sama sekali. Nggak betah!"
"Terus kamu lagi libur disini? Atau ada kerjaan juga? Tumben hari kerja ada di Bandung"
"Kan mau maen basket sama kamu, Non. Udah lama nggak man to woman, yuk! Yang kalah traktir sepuasnya yaa!"
Sam menarikku ke tengah lapangan. Ia sama sekali tidak benar-benar menjawab pertanyaanku dan mengalihkan perhatianku dengan mengajakkku main basket bersama. Seolah sangat mengenalnya, aku rasa Sam tidak ingin menjawab pertanyaannku. Entah mengapa.
           
05 Maret 2009, Bandung.
Aku suka suasana perpustakaan di kampus. Tenang dan nyaman. Tempat yang paling cocok untuk menghabiskan waktu sendirian. Aku suka berada ditengah-tengah tumpukan buku, membacanya satu persatu hingga seringnya lupa waktu. Biasanya petugas perpustakaan akan menegurku jika sudah waktunya perpustakaan tutup. Selain itu, disini juga ada wi-fi, membuatku betah mengerjakan tugas disini daripada di rumah.
            Sudah seminggu lebih aku tidak login situs facebook. Kesibukan mengerjakan tugas jadi alasan utamanya, selain itu tentu saja jadwal jalan-jalanku dengan Ojan. Seperti hari ini, sepulang dari perpustakaan aku akan bertemu dengannya. Kebetulan saja ia sedang melakukan perjalanan dinas ke Bandung. Sembari menunggu kabar darinya, kuputuskan untuk browsing dan cek e-mail, menggunakan fasilitas wi-fi di perpustakaan ini.
News Feed
Samudera Wijaya is in a relationship.
           
            Berita pertama yang tertera di news feed page,  halaman depan dari akun facebook kepunyaanku. WHAT?! Sam in a relationship?! Selama ini dia tidak bercerita apa-apa. Oke, aku memang bukan sahabat karibnya, tapi selama ini dia selalu cerita kepadaku mengenai kehidupannya, dari mulai dia putus, jadian, putus lagi, ttm-an bahkan sempat dia sedikit bercerita tentang alasannya pindah agama. Kini aku tahu dia jadian lagi dari… facebook?! Damn, am I not that important as a friend to you, Sam? Aku sama sekali tidak cemburu, aku hanya kesal karena mengetahui kabar bahagianya dari sebuah situs pertemanan. Kuputuskan untuk meneleponnya saja, aku anti menyimpan kekesalan lama-lama apalagi sampai ngomongin orang di belakangnya.
            "Halo, Non. Tumben nelepon, ada apa nih? Kangen aku ya?" sapa suara baritone di ujung sana.
            "Cih, ngapain kangen sama pacar orang! Ogah!" rutukku.
            "He? Aku nggak ngerti sama omongan kamu.." ujar Sam. Entahlah dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang aku bicarakan atau hanya mau mengelak dari topic pembicaraan. Aku rasa Sam tidak senaif dan sebodoh itu untuk tidak bisa mencerna kata-kataku.
            "Udah deh, ngaku aja. Aku barusan liat di facebook, kamu baru jadian! Aku nelepon Cuma mau bilang : selamat ya, Sam, akhirnya ada juga cewek yang mau sama kamu, hehe."
            "Oh itu, makasih ya, Non.." dari nada suaranya ia sama sekali tidak terdengar excited. Aneh, biasanya kan orang baru jadian tuh masih excited dengan hubungan barunya dan tidak henti untuk menceritakan pasangannya itu. Lagipula, ini bukan Sam yang biasanya aku kenal.
            "Aku kesel sama kamu tauk! Masa aku tahu kabar gembira ini dari facebook?! Come on, Sam.. am I not that important to you as a friend at least? Why did you trust facebook much more than me? Gitu deh saking senengnya lupa sama temen, eh itupun kalo aku dianggap temen sih sama kamu!" cerocosku tanpa basa-basi.
            "Hehehe, udah marah-marahnya? Curang ya, marah-marah lewat telepon, kalau kamu ada di hadapan aku sekarang, udah kugigit lagi tau nggak! Bodo amat, pingsan, pingsan aja deh aku biarin!"
            "Idih kamu jadi orang jahat aja. Nggak boleh gitu tau, dosa!! Hehe. Btw, siapakah gadis yang kurang beruntung itu? Anak mana? Cerita dong!!"
            "Sial.. ada deh, yang jelas gadis itu beruntung banget, datang di waktu yang tepat. Eh udah dulu ya, dipanggil bosku nih"
KLIK. Tanpa basa-basi telepon ditutup. Aku merasa ada yang ganjal pada diri Sam, biasanya dia tidak pernah berkeberatan untuk terbuka tentang dirinya sendiri terhadapku, tapi aku merasa Sam sedang membangun benteng. Sudahlah, teman yang baik tetap harus berbahagia mendengar teman baiknya sedang berbahagia sekalipun ia melupakanmu, bukan begitu kan?
05 Maret 2009, Jakarta.
           
            Sam menutup teleponnya. Perasaannya campur aduk. Terlebih lagi rasa menyesal semakin berkecamuk sehabis mendengar suara Tiara. Ia merasa keputusan yang bodoh untuk merelakan begitu saja Tiara tanpa memperjuangkannya terlebih dahulu, dengan alasan atas nama persahabatannya dengan Ojan. Ia tahu betul bagaimana sahabatnya itu menyukai Tiara. Ia juga tahu betul bagaimana hatinya menjadi 'hidup' kembali setelah mengenal Tiara lebih dekat. Belum pernah ia merasa semenyesal dan sebodoh ini.
            Lagu Everything milik Michael Buble kembali mengalun dari handphonenya. Tanda ada telepon masuk. Tertulis dilayar handphonenya:
            Starla calling…
            Dengan enggan ia angkat telepon itu..
            "Halo.."
            "Halo sayang, lagi apa?" ujar suara lembut seorang perempuan.
Sam semakin penat. Handphonenya ia matikan. Sudah ia siapkan berbagai alasan untuk Starla nantinya. Sam butuh untuk menyendiri.  Berdamai dengan hatinya sendiri.


~ (oleh @naminadini)

No comments:

Post a Comment