Tentang 30 Hari Cerita Cinta

22 September 2011

Gunakan Hati Sesuai Aturan Pakai

Resep Kopi Warung

Bahan :

250 ml air kopi kental
250 ml susu segar
100 ml krim segar
300 gram es batu, memarkan
100 ml sirop gula

Cara membuat :

Masukkan semua bahan dalam blender. Jika ada gunakan yang turbo, proses hingga menyatu dan berbuih.
Tuang ke dalam gelas saji, beri pelengkapnya. Sajikan segera.

Thanks to Lulu, salah satu teman pencinta film, dia mengirimkan link resep kopi warung melalui email. Belum dibuat tapi enaknya sudah terasa. Mirip dengan risoles, kopi warung(an) mudah ditemui di mana saja. Mau kualitas kopi paling rendah pun, called it robusta, or even worst than that. Rasa-rasanya enak saja dicampur dengan susu dan krim segar.

Bikin bertanya-tanya, yang bikin kopi itu enak apa jangan-jangan gelas warungan yang gopel disana sini, atau lepeknya yang tidak matching? Posisi kaki boleh diangkat satu, haha hihi dengan santai, rokok kretek di tangan yang ngebul terus-terusan atau apa? Mungkin atmosfernya, mungkin dengan siapanya, mungkin suasana hati yang lagi pas.

Kalau lagi sama kamu mirip seperti itu.

Ketemu dimana gak penting, ngapain juga gak penting. Mau ruangan sekecil 3 kali 3 yang selalu kamu keluhkan. Well, honey...even apartment dengan dua kamar tidur saja suka diprotes sama kamu.  Atau lahan seluas lapangan bola. Nah, gantian aku yang protes, pegal-pegal dan takut hitam. Hahahaha...tapi di luar itu, aku lihat tempat tidak pernah jadi masalah untuk kita.

 I just knew....
Yang penting sama siapa.

Klise ya?
Sangat!


"Tiap hari keliling pastinya ya...sibuk banget."

"Kadang, but I do spare myself a good afternoon to drink coffee and stout sometimes. Kalau gak capek banget di Jakarta, meeting seharian, nyetir gak pake supir even that's my choice."

"Yuk, let's have a cup of coffee. A good one."


Sekali ini aku bingung. Tempat bagus banyak. Tempat ngopi yang enak juga banyak. Tempat yang jual kopi berkualitas, nah itu yang agak sulit. Dia ngajak aku date, well...just call it a meeting. Sudah bergeser 5 jam dari chatting terakhir dan aku masih belum tahu ingin bertemu dimana dengannya.


"We should meet, aneh banget kenalan di internet tapi belum pernah ketemu langsung. Dan sekarang sering chat."

"Yeah, I guess so."      
                         

Waktu sama kamu, I still went out with lots. And now the offer become double. But, I treat them plain. Just plain. Maybe they're smarter, maybe even greater. But I don't have the guts, to bet on my heart again. Sometimes I feel that actually the wisdom comes through the pain, and I'm grateful for that. But....

How can you mend a broken heart?
How can you stop the rain from falling down
Please help me mend, my broken heart, and let me live again....
Nanananana.....


Remember that song? We heard it together when I was driving next to you and we're going to Shy Rooftop. Another money laundry places hahaha..that's how we called a quiet place with pretty good food and service. That's not out first place. Our first place was Phoenix. Where we first kissed.

Carpe diem. Lagi-lagi frase itu. Kamu itu kemarin, mungkin juga kalau Tuhan berbaik hati padaku, kamu bisa jadi esok dan lusa. Tetapi hari ini, aku akan mencoba live to the fullest, see what's coming. Paling tidak, penggemar kopi yang sedikit serius itu, bisa menyambangi carpe diem, dan menulis quam minimum credula postero di chat terakhir kami.


~ (oleh @mistybusy)

No comments:

Post a Comment