Tentang 30 Hari Cerita Cinta

21 September 2011

#6: Mama

Hari ini...

Sepagi ini berlari mencari Jazzy ke seluruh penjuru kampus. Malam tadi dia mengirimkan pesan pendek padaku. Bunyinya 'Aku tunggu di kampus.' Sms memang hal biasa yang diterima oleh manusia yang memiliki telepon genggam. Tapi itu berbeda ketika pesan itu dikirim oleh pangeran hatimu, dan itu sms pertama darinya yang masuk ke dalam kotak pesanku!

Tak ada yang special dari isinya. Tapi kalian pasti tau, bukan itu yang terpenting. Ketika ada yang pertama, pasti akan ada kedua dan ketiga lain yang menyusul. Aku tersenyum dalam hati membayangkan hari dimana kami telah terbiasa bertukar pesan. Si tampan kesayangku.

Sekarang aku mulai pusing mencarinya. Ditelepon sejak pagi pun tidak diangkat-angkat.  Hampir semua tempat yang mungkin ada keberadaannya di sana kusambangi, tapi dia tak juga nampak. Perpustakaan, kelas, lab, kantin, taman sampai-sampai ke pangkalan ojek. Dan ketika aku berjalan ke arah lapangan parkir dan melihat temanku bernama Mira mendekatiku.

"Sera, ngapain hari gini udah di kampus?" Mira menegurku.

"Ini, nyari si Jazzy, kamu lihat?"

"Jazzy? Bukannya kalian hari ini masuk siang?" Mira melemparkan pertanyaan yang langsung menohok diriku sendiri.

"Shit! Iya, ini kan hari selasa. Damn. Bodohnya aku." Serapahku.

"Hahaha, kamu nih gimana sih. Yaudah deh, aku duluan ya, kelasnya pak Lamhot. Gak boleh telat." Mira pun pamit dan aku pun langsung bermuka kecut.

Damn. Saking semangatnya, pagi-pagi aku langsung berangkat ke kampus. Ini karena Jazzy kirim sms jam 7 malam dan aku sampai sulit tidur menunggu pagi datang. Aku menilik jam tanganku dan jarum jam menunjuk pukul 8.05 pagi. Tololnya, padahal hari ini jadual kuliah pertama kami pukul 13.15 siang. Mau dicari sampai muntah pun nggak akan ketemu. Dan pantas saja dia tidak lekas menjawab panggilang teleponku. Dia pasti masih tertidur pulas di atas bantal baunya. Aku pun bersegara mengambil ponselku di dalam saku celana dan mencoba menghubunginya kembali.

"Hallo." Suaranya terdengar lirih. Masih berbau mimpi bahkan.

"Aku udah di kampus. Kamu dateng sekarang dong, aku nggak sengaja nih dateng kepagian."

"Hah? Gak sengaja gimana, ngapain hari gini udah di sana?"

"Pokoknya ini semua salah kamu. Gara-gara kamu sms aku, aku jadi kesemangatan berangkatnya. Sampai lupa, kalo hari ini kita masuk siang." Jelasku.

"Hahahaha." Jazzy tertawa mendengar penjelasanku. "Kamu jujur banget sih, jaim sedikit dong Sera."

"Hahahaha." Aku tertawa datar, malas mendengar olok-oloknya.

"Yaudah salah aku emang. Tunggu aja ya di kantin, 40 menit lagi aku sampai sana ya sayang. Tut tut tut." Dan telpon pun terputus.

"Hah kamu bilang apa barusan?!" Jantungku seketika berdegub tak beraturan, mencoba menyadarkan pendengaran dan akal sehatku. Sayang, dia bilang sayang sama aku! Aku menatap layar ponselku yang telah kembali normal. Dan meyakini bahwa aku tidak salah dengar.

"Jazzy panggil aku SAYANG!" Aku nyaris berteriak, lalu melompat-lompat kegirangan. Buru-buru aku membuka kalender di ponselku, berniat untuk menandai tanggalan hari ini.

"Kring!" Sebelum sempat aku melihat kalender. Suara remainderku berbunyi. "Mama. Where are you?" Begitulah yang terpampang di layarnya. Ponselku tiba-tiba terjatuh. Jazzy bahkan sanggup membuatku lupa hari ini.

Aku terjongkok. Memegang keningku dan merasa mual. Karena sampai sekarang aku masih saja tidak bisa terbiasa dengan hal ini. Masalah ini, begitu banyak menguras tenaga dan pikiranku. Ibuku, dia hilang 8 tahun yang lalu. Pergi meninggalkanku sendiri dalam asuhan ayahku yang sama sekali tak dapat menyayangiku. Tepat di hari ini, ibuku menghilang.

Sebenarnya dia tidak hilang. Dia melarikan diri dan tidak membawaku ikut serta bersamanya. Aku, sampai detik ini tidak dapat mengerti bagaimana wanita sebaik dia bisa meninggalkanku. Semenjak hari itu, aku kerap kali bermimpi buruk. Mimpi yang sama dan berulang-ulang diputar. Seperti kaset rusak. 

***

~ (oleh @falafu) 

No comments:

Post a Comment