Tentang 30 Hari Cerita Cinta

21 September 2011

Elegi Purnama #9

Ah tidak tidak, pasti bukan Rengga yang itu. Bantahku sendirian. Ada begitu banyak nama Rengga di Jakarta.


Hari ini, harus berjalan seperti biasa. Bekerja, sedikit menulis untuk merampungkan novel dan menganggap seolah kemarin adalah cuma kemarin. Dan akan berhenti di kemarin. Aku meyakinkan diri sendiri dan memulai perjalanan menuju kantor.


Dari semua yang dekat denganku, nyaris menggunakan separuh hati. Jadi ketika ia pergi, separuh hati akan hilang dan aku sibuk sendirian menumbuhkan hati agar kembali utuh. Sulit memang menjadi perempuan yang, ah baiklah..mungkin terlalu menggunakan hati. Jika karir dan kondisi keuangan sudah berkolaborasi dengan baik. Permasalahan lajang ibukota akan berpaket dengan jodoh. Usiaku memang baru 26 tahun. Tapi hubungan dengan lawan jenis tak bisa bertahan lama hingga tahunan seperti dengan Racko dulu. Selama empat tahun, sepanjang menjalankan studi di Padang. Pria hitam manis asal Lombok yang kini sudah menikah dengan wanita asli Padang. Yang diam-diam masih memberi kabar, telepon hingga tengah malam untuk sekedar bertanya : "dengan siapa kamu sekarang, kapan menikah?". Ah Racko, andai bisa kujawab dengan jawaban paling mustahil yaitu ; bulan depan jika kamu selesai bercerai dengan istrimu ; sekalipun mungkin Tuhan tak akan izinkan mulutku untuk sekedar mengucapnya. Aku bahagia dengan kebahagiaannya, meski yang terdengar di telingaku bahwa Racko sering memukul istrinya yang ketahuan selingkuh. Yang pernah menampar mulut perempuan yang dipilihnya sampai berdarah. Toh waktu tak akan bisa diputar balik, ia terlanjur memilih dan ibunya pun tak pernah suka. Lepas dari Racko, Hendra kemudian Herry. Semua membekas luka dan aku mencicipi menjadi gadis yang menjalin cinta dengan banyak laki-laki. Hanya mencicipi, setelah itu pergi berlalu dengan menorehkan luka juga di hati mereka. Tak sengaja. Bukankah rasanya juga sama ketika aku pernah terluka kan? Mungkin begitu kira-kira.


"Run, pulang kantor kita hang out sama anak-anak, ikut gak lo?" Agnes menepuk bahuku.
" Siapa aja, kemana?".
"Ada Abi, Lulu, Risya trus anak-anak KYC AML".
"Ah dasar, bilang aja lo mau pacaran tapi minta ditemenin. Moduuus".
"Sial lo. Abis gw malu, Abi cute banget tau Run. Geregetan gw, tapi malu".
"Cute? Biasa aja kayanya".
"Cute tau!" Jawabnya sengit.
Aku tersenyum, mengingat Abi pernah berterus terang menyukaiku beberapa bulan lalu. Dan Agnes sahabatku. Tak mungkin. Kuputus rantai suka begitu saja dan sampai kini tak ada penjelasan.


***


Selasa malam, sebuah kafe di bilangan mal Jakarta Selatan ramai oleh gelak tawa, kepulan asap rokok dan beberapa botol bir yang sedikit lagi habis. Tiba-tiba aku bosan.
Dari kejauhan, aku kembali melihat sosok seperti di Lido kemarin. Berjalan dengan dua orang pria berkemeja dan satunya lagi berjaket kulit hitam. De javu.




~ oleh @IedaTeddy

No comments:

Post a Comment