Tentang 30 Hari Cerita Cinta

20 September 2011

#8 Moment yang kedelapan

Moment yang kedelapan..

" Hallo, siapa ini?"
" Hun, ini Aku.."
    DEG!!!! siapa lagi yang manggil aku dengan sebutan Hun, selain Bernard. Sekali lagi aku mengecheck layar HP memastikan aku tidak salah lihat, +62812XXXXX ini nomer Indonesia, berati dia sekarang sudah di Indo, dimana di Jakarta., di Batam? Belum sempat kutanyakan, bahkan aku tidak berkata apa apa saat dia mengatakan ingin bertemu. Untuk apalagi pikirku? 3Tahun yang lalu dia memutuskan berangkat ke Jepang, itu adalah pilihannya dan sekarang aku juga pilihan.
    Aku tidak ingin silaturahmi kita putus Hun. Alasan inilah yang membuat aku mengiyakan ajakan Bernard untuk bertemu malam ini di Teras Cafe, salah satu tempat makan malam favoritku.  Bukan, bukan...ini bukan semacam cinta lama bersemi kembali, ini hanya menjalin silaturahmi. Teman, iya dia hanya teman. Bram, kamu tidak perlu khawatir sayang, aku akan menjaga hatiku. Bisikku seolah meyakinkan diri sendiri.
    .....................
" Hai, Hun.. Pa kabar kamu? Im here, can I get a Hug?"
Sapa Bram saat aku masih berdiri dibelakang kursi yang telas dipesan Bernard. Dia masih ingat semuanya, termasuk letak meja dan warna lilin kesukaanku.
"Nadya...  how are you Hun?"
    Aku masih diam saat Bernard menarikku kedalam pelukannya. Dia masih menggunakan parfum yang sama,Bvlgari BLV Blue. Aroma yang sangat dan masih kusukai. Dulu aku sering kali meminta Bernard untuk berganti pakaian dengan yang baru, supaya baju lama yang telah dipakainya seharian bisa aku cium cium dan bawa tidur karena selalu membuat aku merasa aman dan merasa didekat dia. Pelukannya juga masih sama, kuat tapi sangat menentramkan.
"Hun, I really miss you.. Say something please"
Aku terkejut, sudah melamun cukup lama dipelukan Bernard. Ada rasa yang berdesir di hatiku, seharusnya tidak disana.
" I miss you too Nard.. am just fine without you here.. Im doing FINE.."
Aku menekankan kata FINE diakhir kalimat, supaya dia menangkap sinyal yang aku kirimkan, aku baik baik saja tanpa dia dan semakin baik dengan adanya Bram disampingku.
"Nard, Im not your Hun anymore?? where is my old Nadya.."
"You kill her when you left me 3 years ago.."
"Hun, untuk sekolah untuk masa depan kita, 3 Tahun aku menjaga hati buat kamu dan sekarang aku sudah pulang Nad.. AKU ADA DIDEPAN KAMU SEKARANG.."
"Nard, everything changes.. Me too, sorry.."
"What can I do to get back My Nadya, Tell Me!!  Everything Hun, please.."
Kulihat keseriusan di mata Bernard, 2tahun menjalin hubungan dengan dia cukup membuat aku tahu, bukan tipenya untuk memohon sesuatu yang tidak pennting. Aku hanya bisa diam dan menarik kedua tanganku yang sedari tadi degenggam Bernard.
"Oke, relaks Hun, kita makan dulu ya.. aku pesenin.."
    Dan semua menu kesukaanku tidak ada yang kurang dari daftar pesanan Bernard. sebagian hatiku luluh untuk tidak terlalu bersikap judes.
"Hun, kamu kenapa diem terus.."
"Aku gpp kok, awkward moment tahu, 3tahun gak ketemu, tiba tiba kamu nongol lagi.."
"Bukan tiba tiba, dulu kan aku janji akan pulang,kembali sama kamu sama cinta kita.."
"Stop Nard, was OVER!!!"
"Sorry Ruth, WHY???"
"3Tahun ini aku sudah terbiasa tanpa kamu, semuanya kulalui sendiri. Saat aku paling membutuhkan kamu, kamu tidak ada!!"
"Sorry Hun, but now Im here, will never leave you again.."
"Semuanya gak semudah itu Nard.. membalikkan hati tidak semudah membalikkan telapak tangan.. Sorry I have to go.."
    Buru buru aku beranjak, tidak sanggup lagi aku meneruskan makan malam dengannya, aku takut tidak sanggup membendung air mata didepan dia. Rasanya semua kerinduan yang kubendung 3tahun ini pecah.Seperti bendungan air yang tidak lagi tertampung siap membanjiri apapun yang ada disekitarnya. AKu benci cinta yang seperti ini. Cinta lama yang datang kembali, cinta yang belum usai danjuga  cinta baru yang siap untuk disemai.
    Bernard, Bram dua laki laki yang sanggup membuat aku menangis dan sangat merindukan mereka pada saat yang bersamaan.
"Nadya, wait.. Aku antar Hun.."
Tidak kupedulikan lagi panggilan Bernard. Aku hanya ingin pulang dan sementara waktu tidak bertemu dia. Buru buru kucegat taksi..
"Pak perumahan Kurnia Djaja ya..."
    Aku mengucapkan alamat rumah dengan bergetar dan menangis.
    Menangis hanya untuk yang lemah, begitu selalu Alm.Papa mengajariku untuk kuat. Tapi sekarang justru aku merasa sangat kuat sampai aku harus menangis. Kuat karena membela cintaku dengan Bram dan kuat karena bisa memilih untuk meninggalkan Bernard. Bram, lihat sayang. Aku menjaga hatiku untuk kamu. Seminggu yang lalu saat kuucapkan "Hati Hati" padamu, ternyata kalimat itu berbalik menyerangku. "Hati-hati" yang diucapkan saat seseorang akan berpergian jauh apalagi untuk sepasang kekasih, karena ada dua cinta dua hati yang harus dijaga. Bram aku menjaga hatiku, bagaimana dengan hatimu sayang? Akh, tiba tiba aku merindukan Bram, sudah seminggu dia di Bandung dan mestinya besok pulang. Tapi kenapa belum ada kabara ya?
"Pak,berhenti didepan ya...!!"
    Hampir saja rumah kelewatan karena gak bisa berkonsentrasi. Dan tepat saat memasuki pintu rumah, SMS Bram dan Bernard datang bersamaa.
" Ruth sayang, besok abang Bram pulang ya... JEMPUT.. *peluk*"
"Hun, I Love You, I do.. Aku akan memperjuangkan seseorang yang penting untuk hidupku, sehari, seminggu, setahun atau sepanjang waktu aku akan memperjuangkan kamu Nadya..!
Argghhhhh.... kenapa Tuhan begitu baik padaku, mengirimkan dua cinta sekaligus. Dua cinta yang akan membunuhku kelak, kedua-duanya..!!!
Hati mari memilih.. memilih dengan hati hati..


~ (oleh @fredricanatasi)

No comments:

Post a Comment