Tentang 30 Hari Cerita Cinta

19 September 2011

Ada yang Terlewat

 "Gue gak ada apa-apa sama dia"
"Terus tadi lo jalan bareng ?"
"Dia nekat jemput gue di depan rumah, pake ngancam mau Ngelamar gue lagi?"
"terus lo percaya"
"ya sapa tau aja dianya nekat"
"gak mungkin lah Fan, ntar kalo lo ama dia keburu kawin anak lo mau dikasi apa ?"
"Amit-amit an lo kok doainnya gitu sih ?"
"ya, kan gue bilangnya Kalo, kalo lo mau gapapa sih kita enak-enakan masa kuliah lo udah gendong anaknya Sam sambil masak di dapur"
"anjir lo makin parah aja sih doainnya, bantuin gue dong nih gue gak suka si Sam jadi sok gombal gitu"
"haha mau diapain lagi coba? Kan udah janjinya dia"
                Bel tanda masuk kemudian berbunyi, kedua manusia yang tadi sibuk berbincang di depan pintu kelas saat itu akhirnya beranjak menuju meja mereka yang bersebelahan. Yap kaliini pelajaran Bu Sur, seisi kelas kemudian membeludak masuk jika tak mau dapat masalah dari guru killer tersebut. Tak berbeda dengan murid lainnya, Fany dan Moan juga gelagapan mempercepat langkah mereka ketika mengetahui bu Sur datang.
"good morning children, buka daily activities 4 tukar dengan teman sebangku, hariini saya akan ambil nilai tugas dari PR yang saya sudah berikan kemaren"
                Jantung Fany serasa mau copot, mana dia tau selama dia pingsan ada PR. Biarpun sudah memberi pembelaan kalau dia jatuh pingsan tak sadarkan diri. Tetap saja ada space satu hari yang tidak bisa di Toleril untuk Bu Sur. Andai saja Sam melakukan hal yang lebih penting waktu itu seperti mengerjakan tugas Fany daripada menunggu Fany bangun tapi tak berbuat apapun.
"Fany, sudah mengerjakan tugas  ?"
"b.. be belum bu, kemaren lusa kan saya pingsan terus di RS ampe malem"
"terus bukannya kemaren sekolah diliburkan? Harusnya anda punya inisiatif dong untuk mengerjakan. Kalau pun anda anak yang rajin sudah pasti tadi malam sudah mengerjakan tugas ini dirumah"
                Fany terdiam, apapun pembelaan yang keluar dari mulut Fany sudah pasti akan memperburuk keadaan. Tentunya Fany tak mau dibawa ke ruang BP bahkan karena masalah ini. Jadi Fany terpaksa untuk tetap diam dan mengalah. Ceramah tersebut Rupanya masih di teruskan oleh Bu Sur, harapan Fany hanya ceramah yang keluar dari mulut Bu Sur ini segera berakhir. Beberapa menit kemudian sebuah pertanyaan melayang lagi dari mulut Bu Sur.
"ada lagi yang belum mengerjakan?"
                Seisi kelas dikejutkan dengan seorang Sam yang mengangkat tangan kala itu. Tentunya bagi seorang murid yang berani mengakui kesalahannya di depan Bu Sur secara blak-blakan adalah "sesuatu" yang cukup memicu adrenalin.
"saya bu, saya lupa ngerjain"
"kalian berdua, kerjakan tugas diluar sampe pelajaran saya selesai"
                 Sampailah kedua anak manusia ini di lorong kelas, wajah kesal dari Fany tak dapat terhindarkan. Emosi , malu , sampai bingung bercampur jadi satu dalam benak Fany. Kenapa Sam harus mengaku? Padahal biasanya dia juga kerja sama sama teman-teman disampingnya ?. Apa dia mau cari kesempatan lagi?
"ngapapin lo ngaku gak ngerjain ?"
"lohh? Harigini men masih bohong ? gimana negara kita mau maju? Ya nggak? CANTIK "
"udah cukup gue gasuka di panggil gitu meng, plis gue gak nyaman ama panggilan lo yang itu"
"terserah gue dong, pokoknya sekarang gue penggil lo gitu ya lo harus terima, emang gue ada marah lo manggil gue komeng ? enggak kan ?"
"terserah, yang jelas sekarang lo ngerjain dekat tangga, dan gue di sini, jangan dekat-dekat! Ngerti"
"oke cantik"
                Sampai akhirnya masa hukuman berakhir mereka berdua akhirnya diperbolehkan masuk kelas. Wajah Fany terlihat campur aduk ketika menuju mejanya yang terletak persis sebangku dengan Moan. Sementara Sam, terlihat stay cool dengan teman-temannya dibelakang.
"cieh, so sweet banget yah tadi diluar, cerita dooong"
"So sweet pala lo peang tersiksa batin gue diluar!!"
"wess nyantai Fan, gue tau kok dari liat muka lo"
"yaudah gausah nanya lagi, udah ahh gue pusing baru masuk aja udah kayagini"
"haha eh ada sisir gak ?"
"bentar gue cari, kemaren gue dirumah juga nyari, kayaknya ketinggalan di laci nihh"
                Fany kemudian meraba laci mejanya yang sudah ia tinggal 2 hari tersebut. Terasa ada sesuatu di dalam sana. Dua hari terakhir tak mungkin ada sampah di lacinya, lantas apa yang ia raba ini ? seperti ketas, dan…
"surat apa nih?"
"eh?"
                Sebuah amplop surat merah jambu, dengan bertuliskan "To : Tiffany Olivia" tersisip diantara gelapnya laci meja Fany. Terkejut sudah pasti, namun siapa pengirimnya? apakah Sam lagi? Sepertinya bukan. Amplop ini tak se sederhana yang diberikan Sam kemarin, terkesan lebih spesial dan tulisan "To : Tiffany Olivia" tersebut di tulis tangan, dan bukan seperti tulisan cakar badak Sam. Lantas siapa?

To Be Continued…


(oleh @iimamf)

No comments:

Post a Comment