Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Tak Selamanya Cinta Itu Merah Jambu: Tak Akan Memilih

"Tumben Re, gak ke kantin? Males yah jadi pusat perhatian seantero sekolah?"
"Hem....siapa juga yang mau diliatin terus kayak gitu. Emang aku sapi?"
"lha kamu sapi bukan? Hahaha...." Iswan tertawa mendengar sewotnya ucapan Re, sambil duduk di bangku sebelahnya, di kelas Re yang setengah kosong karena istirahat.
"ini lagi, temen lagi pusyiiiing tambah di ketawain. By the way, tadi pagi aku gak liat kamu ikut nyamperin aku ngasih selamat, kok baru sekarang nongolnya?" tanya Re menyadari ketidakhadiran sosok Iswan, yang termasuk salah satu temen ganknya.
"Sori non, aku baru datang, tadi izin jam pertama untuk nganter nyokap check up, so aku baru denger gosip heboh kamu." Re hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Iswan mengacak-acak rambut Re gemas melihat kepala itu hanya bergerak naik turun. Re balas mengacak-acak rambut Iswan yang tebal dan berombak itu, sambil tertawa. Iswan pun ikut tertawa.
"Kayaknya gosip kamu yang paling heboh, bisa-bisa ngalahin gosip Opie yang cuma bertahan semingu bulan kemarin, atau ini bukan gossip?" Re menggelengkan kepalanya dalam diam, semenit berikutnya mengalirlah cerita tentang penemuan surat cinta kemarin di laci mejanya sampai kehebohan yang terjadi pagi tadi. Tak ada satu kejadian pun yang luput diceritakannya, karena ia percaya Iswan.
"Apa jawabanmu, Re?"
Re menggelengkan kepalanya, "Aku ...gak tau, Swan – panggilan kesayangan Iswan," sambil mencoret-coret kertas di depannya.
"Sekarang mimpimu sudah jadi kenyataan non, so tunggu apalagi? Kalo kamu emang suka dan mau jadi pacarnya tinggal jawab "iya", cuma butuh waktu gak sampai lima menit."
"Gak segampang itu buatku. Lagian apa alasan Farma milih aku bukan Diana si bule yang cantik itu, Lita yang hitam manis atau Atin yang pinter?"
"Kamu mungkin punya kelebihan yang gak mereka punya terlepas dari kamu anak baru. Bisa saja kamu tipe Farma banget." Iswan mensupport Re.
"Dua sohibku ngomong yang sama tentang alasan Farma suka aku. Menurut kamu apa kelebihanku, sebagai cowok kamu bisa ngasih pendapat dong?"
"Emmm..., kapan-kapan aja deh jawabnya, kalo kamu udah jadian ama Farma," elak Iswan seperti ada yang disembunyikan. Re bengong mendengar jawaban Iswan yang cukup janggal, tapi tidak memperhatikannya.
"Swan, kalo aku jawab iya jadi pacar Farma, kamu gak pa-pa khan?"
'Hah...maksudmu? Yah gak pa-pa lah, aku malah seneng," spontan Iswan menjawab begitu saja pertanyaan Re.
"Oh..gitu ya." Re menganggukkan kepalanya.
Iswan hanya diam menatap gadis imut nan cantik yang diam-diam dicintainya juga. Iswan menghela napas pelan-pelan berusaha menenangkan detak jantungnya yang kaget setengah hidup mendengar pertanyaan Re tadi. "Re, apakah kamu tahu tentang perasaanku ini? Perasaan yang sudah ada sejak kamu masuk kelasku, 4 bulan yang lalu. Apalagi sekarang kamu adalah sahabat paling dekatku, aku belum berani melangkah terlalu jauh." Benak Iswan ikut ruwet karena pertanyaan Re yang mendadak tadi.
"Swan..., emm aku belum cerita tentang Iwan."
"Iwan? Kenapa lagi dengan Iwan? Jangan bilang kalo Iwan juga nembak kamu?" Iswan memberondong pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.
"Sayangnya semua yang kamu cemaskan itu benar," sahut Re lirih.
"Hah...Re...Re... Kapan itu terjadi? Kamu udah jawab belum?"
"Kemarin lusa, sori baru cerita dan aku belum jawab. Aku mo minta pertimbangan kamu ama Atin dulu. Atin udah tau tentang ini."
"Never mind, pikirkan bener-bener siapa yang kamu pilih. Kalo kubilang lebih baik kamu jadian ama Farma aja. Dia orangnya baik kok, aku tau itu. Kalo masalah cuek sih itu biasa, aselinya dia perhatian ama kamu, dijamin deh." Iswan meyakinkan Re tentang Farma, tepat sesaat sebelum bel masuk berdering.
"Trus Iwan gimana?" lirihnya pertanyaan Re tak terdengar Iswan yang telah beranjak kembali ke kelasnya.


- (oleh @non_maya - http://tsukimangetsu.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment