Tentang 30 Hari Cerita Cinta

17 September 2011

Janji Itu

                Ibu Fany tampak heran melihat kelakuan putrinya yang gelagapan menghubungi temannya, tampaknya wajanya memaklumi jika hal ini merupakan urusan anak muda. Fany pun berlari kembali ke kamar agar percakapannya tak didengar oleh orangtuanya.

"Moan ini maksud lo apa sih ? Ini surat lo kasih ke nyukap gue ngakunya ucapan cepat sembuh, taunya dari cowok brengsek satu itu"
"Sabar Fan, lo kayak kebakaran jenggot aja, tar sore deh gue jemput lo, kita ke Kafe kayak biasa gue sama lo aja oke, kita cerita masalah itu"
"Kenapa gak sekarang aja sih lo cerita?"
"Ga bisa ini gue lagi jagain sepupu gue, oke ampe nanti ya Fan…"
                Tampaknya telepon diputus oleh Moan, hal itu tentunya membuat rasa penasaran Fany semakin membeludak. Tak mungkin sekarang Fany menghubungi Sam, apa katanya nanti?. Lagipula Fany tak tahu seluk beluk rinci Sam, menyimpan nomor Sam saja ogah, apalagi sampai meneleponnya. Rasanya sudah tertanam benci yang dalam pada Fany untuk Moan. Tapi siapa tau saja yang kemaren bukan akting? Fany tak pernah melihat Sam seperti itu. Wajahnya serius, jarang sekali menampakkan gaya cool nya seperti itu di depan anak perempuan. "So, am I special for him?" pertanyaan itu akhirnya muncul dalam pikiran Fany. Pertanyaan yang bahkan terlalu ngeh untuk dipikirkan apalagi diucapkan.
                ---
                Fany sudah siap dengan segala sesuatu karena ada janji sore ini dengan Moan. Selain cantik tentunya Fany juga modis, gayanya tak terlalu feminin, namun netral-netral saja. Kalau sudah seperti ini siapa pria yang tak tertarik padanya.
                "tiing toooong" bel rumah berbunyi, Fany yang daritadi duduk di kursi tamu melihat Moan di luar pintu. Tanpa basa-basi gadis itu akhirnya keluar.
"Udah siap lo?"
"Udah ayo cabut"
                Sesampainya di kafe tersebut mereka memulai berbincang hebat, Fany tampak sangat malu-malu jika membahas masalah Sam. Mengucap namanya saja sudah membuat Fany tidak enak.
"Cerita dong, itu kenapa suratnya ampe lo yang bawa, gue yakin Sam yang nulis, tulisan kayak muka badut gitu udah pasti punya sam kan"
"Emang sam kok yang nulis"
"Lah terus kenapa jadi lo yang ngasih ke ortu gue?"
"Fan, gue yakin lo gak mungkin benci segitunya sama Sam jadi gue cuma mau bantu dia minta maaf, ke elu"
"Lo tau rasanya an kepala nyentuh lantai kelas gak? Tau ? tau gimana rasanya hampir mau mati?"
"Iya gue tau lo pasti bakal ngomong gitu, tapi kasi kesempatan lah buat Sam. Itu surat dikasi Jerry ke gue, dia minta tolong nitip ke gue buat ngasih ke elu, katanya si Jerry si Sam langsung mabok di kamarnya gara-gara stress abis nulis itu surat"
"Hah ? Si Sam ampe segitunya?"
"Udah lah lo maafin aja si Sam, kasian dia"
"Ogah ahh, gue pokoknya mau liat janjinya dia di surat itu mau ngerubah sikapnya dia ke gue dulu baru gue maafin"
                Fany yang kala itu sedang emosi akhirnya meninggalkan Moan sendiri di kafe tersebut. Moan tak habis pikir, sebenarnya siapa yang salah? Apakah Sam yang keterlaluan ataukah Fany yang terlalu emosian.
To Be Continued…

Karena cinta, kau beri padaku sepenuhnya
buatku merasa sangat berarti J


- (oleh @iimamf)

No comments:

Post a Comment