Tentang 30 Hari Cerita Cinta

17 September 2011

Kebo dan Anak Presiden #5

Sesampainya, aku segera menelfon Roby. Temanku ini informan sekolah. Tak ada informasi yang tidak diketahuinya. Kadang aku curiga, jangan-jangan dia tau ukuran bra cewek-cewek di sekolah.
"By, si Keisya itu siapa sih?" itu pertanyaan pertama yang keluar dari mulutku. Roby tak lekas menjawab. Akhirnya setelah beberapa kali usaha pemaksaan, Roby bercerita siapa Keisya sebenarnya.
Wow. Aku benar-benar telah memacari anak presiden.
Lama aku terdiam setelah mendapat informasi tadi. Ternyata Keisya adalah anak dari presiden perusahaan makanan terbesar di Indonesia. Half-Japanese, dan anak tunggal. Ibunya adalah seorang dokter spesialis jantung, the famous one in our city. Pantas saja dia 'diasuh' oleh gorilla sebesar itu.
Sebenarnya aku nggak masalah dengan tingkat kekayaannya. Hanya saja aku benar-benar tak menyangka ada orang seperti itu disekolah. Wajar sih, apalagi dia tak pernah menampakkan dirinya di sekolah. Atau mungkin aku yang tak peka?
Handphone ditanganku bergetar. Ada SMS yang masuk. Dari Roby. Hati2 dgn pengasuhnya. Bdannya gede, tampangny mirip pembnuh byran. Gud luck
Segera aku membalas SMS itu. Tlt. Td ak ud liat pas dskolah. Ga jd plg breng. Knp ga blg drtd???
***
Tak terasa sudah hampir satu bulan aku berpacaran dengan Keisya. Tak ada perkembangan apapun. Keisya tetap menolak makan dikantin, duduk-duduk dilapangan atau sekedar nonton futsal sepulang sekolah. Apa? Pulang bareng? Tentu saja itu tak ada dalam daftar. Dia masih setia pulang dengan supir dan gorillanya.
"Bo, lesu banget sih," sapa Roby sambil meletakkan tasnya. Aku mendengus. Pertanyaan yang sangat basi karena aku yakin dia sudah tahu jawabannya.
"Nggak ada perkembangan. Baru kali ini aku pacaran hampa nggak ngapa-ngapain," kataku kesal.
"Emangnya ko mau ngapain ama dia?" tiba-tiba Dimas datang. Dia langsung mengambil posisi di sebelah Roby.
"Ya ngapain kek. Masa kami Cuma liat-liatan aja," keluhku. Tampangku pasti kacau sekarang. Galau.
"Liat-liatan? Romantis dong," goda Dimas iseng.
"Koreksi, aku liat dia makan. Dia sibuk sama bekalnya. Puas?". Tawa Roby dan Dimas meledak. Mereka berdua tampak senang sekali melihat temannya yang satu ini pusing karena perempuan. Aku tak berusaha menghentikan tawa dua manusia biadap ini. Takkan ada gunanya.
"Sori, Bo. Cuma caramu bicara tadi beneran lucu," ujar Roby sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa. Aku membuang muka.
"Aku punya rencana. Mau denger nggak?" Dimas akhirnya berhasil menguasai dirinya. Sedikit malas aku menoleh.
"Apa rencananya?"

- (oleh @farahpai)

No comments:

Post a Comment