Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Annica #3

#3

Kamu dan aku.
Kita tidak pernah membayangkan bisa bertemu dan berkenalan.
Kamu dan aku.
Aku tidak pernah membayangkan bisa menyayangimu seperti ini.
Kamu dan aku.
Aku tahu tidak pernah ada kita diantaranya.

- Annica -

Aku sudah kembali ke kantorku tersayang.
Hanya tiga hari dan pekerjaan menumpuk diatas meja. Gosh!
Iya, akhirnya aku memutuskan untuk tiga hari saja ada di kantor cabang, rasanya ngga nyaman berada disana karena mulut-mulut yang berbicara lebih banyak dan malah menjadi lebih ngga jelas ceritanya dan itu semua hanya karena aku, sang finance and Accounting director yang juga anak komisaris utama duduk di ruangan Finance untuk mengurusi keruwetan yang ada.
So, here I am, sudah duduk manis di ruanganku sendiri dan mengirim Willy ke kantor cabang Puri untuk mengurus laporan – laporan dan mengawasi transaksi di kantor itu.
Shirley, asistenku, mengetuk pintu dan membukanya perlahan. Dia menatapku dengan tatapan sungkannya, takut kalau mengganggu kegiatanku yang sedang memeriksa laporan-laporan bulanan yang akan dipresentasikan hari Senin didepan direksi.
"Ya?" tanyaku saat melihat Shirley melangkah masuk
"Ada yang mau bertemu bu, katanya sudah janji"
"Siapa?"
"Pak Kevin. Sudah menunggu diluar bu, apa ibu mau menemui?"
"Ohh…iya, suruh masuk aja, thanks ya Shirley"
"Baik bu, permisi"
Aku membereskan kertas-kertas yang menutupi hampir seluruh permukaan mejaku itu, memilih-milih file untuk dijadikan satu dalam tempatnya.
"Ann?" suara itu memanggilku ketika aku masih sibuk membereskan kertas-kertas itu, aku menatap ke arah pintu asal suara itu dan melihat seorang lelaki tinggi, putih, dengan potongan rambut pendek dan sedikit jabrik. He is Kevin. One of Abe's best friend but he's the only one who can be our family's best friend too.
He's smiling now, how I miss that smile.
Kevin dengan setelan jasnya dan senyumnya yang tidak pernah pergi dari wajahnya setiap saat.
Kevin mempunyai senyuman yang bisa menarik orang lain untuk ikut tersenyum dengannya, dan satu keistimewaannya yang lain adalah dia tidak hanya tersenyum melalui mulutnya, tapi matanya pun penuh dengan sinar keramahan. Dan itu semua hanya sedikit dari alasan kenapa sampai detik ini aku masih menyayanginya.
"Hai, tumben kesini?"
"Ngga boleh nih nengok kamu?"
"Boleh kok boleh, tapi masak ngga bawa apa-apa sih kalo nengok?"
"Hahhaa…kamu tetep ya, isengnya ngga berubah"
Kevin berjalan mendekati meja kerjaku dan duduk di kursi didepanku. Aku memperhatikan setiap gerakannya, betapa aku kangen dengan lelaki satu ini.
"Kamu kapan balik dari Singapore?"
"Hmm…kemarin sore. Kamu apa kabar? Kenapa ngga pernah ada kabarnya?"
"I'm fine, tetep sibuk dengan pekerjaan aku"
"Kemarin ke kantor Puri?"
"Iya, kok tahu?"
"Aku nelpon Abe, dan waktu aku tanya katanya kamu lagi di Puri"
Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan, mataku tidak berani menatap tatapannya lebih lama. Aku takut perasaan aku akan terlihat dan pertemanan kami akan jadi berantakan.
"Gimana soal Phillip?" tanya Kevin mendadak.
Phillip adalah adik sepupunya yang dia kenalkan sekitar tiga bulanan yang lalu. Phillip baik, dia perhatian, dan jelas dia ada maksud tertentu dengan aku.
Tapi masalahnya adalah dia bukan seseorang yang aku inginkan. Bukan dia seseorang yang selalu masuk dalam pikiran aku setiap saat.
Dan seseorang itu ternyata adalah Kevin, kakaknya.
"Jadi ada perkembangan apa dengannya?"
"Nothing happen"
Kevin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, entah apa yang dia pikirkan.
"Gue mau ke ruangan Abe dulu, mau ngomong tentang bangunan yang di Cibubur. Jalan dulu ya Ann"
"Oke"
"Ann?"
"Ya?"
"Coba aja dulu sama Phillip, dia baik kok"
"I know"
"Byee…"
Aku memperhatikan langkah Kevin yang sudah tidak terlihat. Andai kamu tahu Kevin…

Kevin adalah sahabat baik Abe sejak masih SMP, mereka selalu bersama sejak kejadian 'sok heroik' mereka menolong anak kucing yang dianiaya oleh teman-teman satu sekolah mereka.
Memang anak kucing itu kasihan, kakinya terluka dan kelaparan, tetapi malah digangguin oleh anak-anak kelas sebelah Abe dan Kevin. Jadi maksud mereka hanya melarang anak-anak itu mengganggu anak kucing itu tapi yang ada mereka malah bertengkar dan sampai masuk ke ruangan guru BP.
Sejak hari itu Abe dan Kevin seperti tidak terpisahkan. Mereka selalu bersama sampai detik ini.
Aku sendiri kenal Kevin pertama kali ketika aku masih SD, saat itu dia sudah kelas 3 SMU. Ya, aku dan Kevin berbeda umur 8 tahun.
Kevin yang aku kenal dulu adalah Kevin yang baik hati, ramah, penyayang dan selalu siap mengajarkan matematika untukku. Dan dia selalu tidak lupa membawakan aku sebatang coklat setiap kali datang ke rumah.
Setelah lulus SMU, Kevin pindah ke Singapore, meneruskan sekolahnya disana dan bekerja setelah lulus. Kevin menetap di Singapore selama hampir 10 tahun dan akhirnya tiga tahun lalu pulang ke Indonesia karena kesehatan Papanya yang semakin menurun. Sekarang Kevin menetap di Indonesia dan meneruskan usaha keluarganya.
Aku ngga pernah tahu sejak kapan aku merasakan hal yang lebih dari rasa sayang adik ke kakaknya untuk Kevin. Aku memang mengagumi Kevin sejak aku pertama kali mengenalnya. Dia begitu baik dan perhatian, dan hal itu tidak pernah berubah sampai detik ini. Dia selalu dan masih terus menganggap aku adik kecilnya.
Kevin mempunyai satu adik perempuan, namanya Keiko, dia sudah menikah dan menetap di Singapore bersama suaminya,yang memang asli penduduk Singapore, dan anak mereka gadis kecil berumur 14 bulan.
Kevin itu seperti layaknya kakak, sahabat dan teman baikku. Dia selalu menjagaku, dia selalu ada untuk aku.
Dan semua kenyamanan itulah yang membuat aku tidak bisa berhenti bergantung dengannya dan yang membuat aku tanpa sadar memberi dia tempat yang lebih daripada seorang kakak di hatiku selama dua tahun ini.

"Hei, melamun?" sapa Abe dari belakangku, dia menyerahkan minuman kaleng dingin dan duduk disampingku. Abe menatap ke hamparan rumput hijau yang ada didepannya, mengikuti arah mataku.
"How's life?"
"Hectic"
"Sama dong ya?"
"Pertanyaan retorik"
Abe tertawa mendengar jawabanku, dia merebahkan badannya di salah satu kursi kayu dan memainkan minuman kaleng di genggamannya.
Kami sedang duduk di teras belakang rumah kami. Menatap hamparan pepohonan hijau dan tanaman bunga yang sudah disulap tangan mama menjadi sebuah taman yang indah. Menikmati angin dan suasana sore yang sangat jarang bisa kami rasakan.
"Kevin mau pindah ke ausie, rencana bulan depan berangkat" kata Abe
Aku tetap tak bergeming ketika mendengar hal itu. Entahlah, segala sesuatu tentang Kevin masih berpengaruh denganku, aku masih merasakan kangen untuknya. Aku masih sering memikirkannya. Aku masih selalu merasakan bahagia ketika aku melihatnya atau ketika kami sedang mengobrol bersama meski hanya lewat bbm.
Tapi sudah, semua perasaan itu hanya berhenti disana.
Mungkin karena terlalu lama aku menyimpan semuanya sendiri, mungkin juga karena sikap Kevin yang biasa denganku, atau karena aku pun kecewa ketika dia justru 'menyerahkan' aku ke Phillip.
"Pakai waktu yang ada sebaik-baiknya ya" Abe berjalan masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya berhasil mengacak rambutku dan juga pikiranku karena perkataannya.
It has been two years since the first time I know that I have another feeling to Kevin.
Dan sudah sejak dua tahun lalu juga aku tahu kalau perasaan ini sia-sia.


- (oleh @luilliciousmey - http://luilliciousmey.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment