Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Ind(e)ra Milik Milanka #3

Hari ini tepat dua hari setelah rabu basah itu. Aku masih tak berubah dengan Indra, masih penuh dengan diamku. Sementara Indra masih dengan rasa ketidak bersalahannya padaku. Rasa enggan untuk meneruskan ini semakin besar dan aku tidak tahu bagaimana memulainya. Indra terlalu kuat mengisi hari-hariku. Tiba-tiba, aku teringat pada kejadian yang menyakitkan itu. Kejadian yang membuatku jadi alien di mata Indra.
Aku dan Indra memulai semua ini dari sebuah persahabatan, persahabatan yang menyenangkan dikala itu. Indra adalah satu-satunya orang yang masih bersedia mengangkat teleponku bahkan ketika lewat tengah malam hanya untuk mendengarkan aku menangis. Indra yang menemani aku melewati masa-masa sulitku melupakan Shandy, tunanganku eh mantan tunanganku yang entah kemana rimbanya hingga kini sampai akhirnya aku dan Indra memutuskan untuk bersama, hingga suatu hari aku sakit, dan dokter memvonisku terkena kista dan operasi harus segera dilakukan.
 "Ndra, aku kena kista. Aku harus operasi malam ini. Temenin aku, aku takut L", kira-kira itu pesan singkat yang aku kirimkan pada Indra.
Ditengah kecemasanku menghadapi meja operasi ditambah dengan melihat raut wajah cemas mama, aku berharap Indra ada menemaniku. 5 jam sudah berlalu, sejak sms terakhir yang aku kirim pada Indra namun Indra tak juga datang. Jam sudah mendekati pukul 21.00 malam, aku harus segera masuk ruang operasi. Mama menyemangatiku dengan segala doa-doa yang dilantunkan untukku.
"Anka, yang kuat ya Nak. Mama tau, Anka pasti bisa. Mungkin Indra masih sibuk jadinya belum bisa hubungin Anka. Nanti kalo Indra dateng, mama langsung suruh tungguin Anka ya", ucap mama sambil mengelus rambutku.
Aku hanya mengangguk, mencoba tetap berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja dan meyakini dengan benar apa yang mama ucapkan soal Indra. Ternyata kekhawatiranku akan Indra mengalahkan kekhawatiranku tentang meja operasi. Seketika aku gelisah sembari menunggu operasiku dimulai.
Ruangan itu dingin, semakin dingin karena aku tidak mengenakan apapun selalin baju operasi dan penutup kepala. Ruangan itu bau obat, sangat menusuk. Tak lama datanglah dokter dan para perawat yang akan menanganiku. Saat itu, aku masih berharap ada Indra yang melihatku, tapi tidak ada. Seketika aku merasa ada yang masuk ke tubuhku dan melihat lampu besar seakan menimpaku dan aku terlelap.
***

Aku terbangun, sekelilingku sudah berbeda. Aku sudah berpindah tempat. Disisiku ada mama tetap tanpa Indra.
"Ma, Indra mana ?", itu pertanyaan pertamaku pada mama setelah membuka mata.
"Indra belum dateng sayang, belum ngabarin mama juga. Sabar ya", sahut mama sambil menenangkanku.
"Teleponku ma", ucapku sembari mengambil telepon genggam yang mama berikan padaku.
Dengan tidak sabar, aku melihat handphone-ku namun tak ada pesan singkat, telepon, mentions twitter juga pesan di yahoo messenger. Tak ada satupun, sa-tu-pun ! Seketika aku lemas, entah kemana Indra semalaman ini tanpa kabar. Aku coba menghubungi Indra, namun tidak aktif. Tak terasa air mataku meleleh, tumpah sejadi-jadinya. Mama segera memelukku.
"Ma, Anka mau sendiri dulu. Boleh kan ? Mama pulang aja, kan disini ada suster yang jagain Anka", pintaku pada mama.
"Anka yakin enggak apa-apa ?", tanya mama.
Aku menggeleng mantap. Aku yakin mama lebih mengerti aku. Mama hanya tersenyum kemudian memelukku dengan hangat seraya pergi meninggalkan kamar rawatku. Setelah mama pergi, aku menangis lagi mengeluarkan semua percampuran rasa yang menyiksa. Kemana Indra ? Kenapa dia tak ada ? Ada apa dengan Indra ? Pertanyaan-pertanyaan yang aku tahu tak akan terjawab sekarang. Ah, keadaan yang tak pernah aku suka kini terjadi lagi. Aku tak tahu harus apa sekarang, kepalaku pening.
Sudah hampir pukul 19.00 malam, belum ada kabar dari Indra. Aku hampir putus asa. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat lagi pada Indra.
"Ndra, i can't reach you. Call me, urgent !"
Lalu segera aku tekan tombol send dan tak beberapa lama layar teleponku menyala, laporan bahwa pesannya sudah terkirim. Alhamdulillah, aku agak lega. Eh, aku baru ingat mengapa aku tidak melihat timeline Indra. Segera aku buka akun twitter-ku dan mengetik @dimasindra pada kolom search. Dan...
@dimasindra dari SG nganter @rarasaraswati. Capek !
Itu status terakhir Indra yang di update kira-kira 15 menit yang lalu. Ternyata semalaman Indra ada di Singapura mengantar raras, perempuan yang aku kenali sebagai pacar teman lama Indra. Indra ternyata bisa pergi begitu saja tanpa menanyakan kabarku. Aku sudah tak lagi cemas kini, aku kecewa dan seketika tanpa aku sadari aku berubah.
***





- (oleh ameliaharahap - http://messynauli.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment