Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Langit Bumi - Nara Lendra : Dari Beranda sampai Kebun Teh #3

"Leenn.. Sayaaangg.. Kamu dimana siy?" Panggilku lalu mengedarkan pandangan keseluruh sudut ruangan. 'Ih ni orang kemana siy?' gerutuku dalam hati sambil berjalan menuju beranda. Dipundakku tersampir handuk putih milik Nalen, tangan kananku membawa secangkir teh tarik dingin kesukaanku, sedang sebelah tangan kiriku menenteng notebook kesayanganku.
"Naah ini dia orangnya.. Sayang mandii dulu udah siang lhoo..", panggilku setengah berteriak ketika menemukan sosok suamiku, Nalen ternyata berada di tengah halaman belakang sedang asyik dengan balok-balok kayu ditangannya.
"Iya sebentar lagi selesai tanggung nih..", jawabnya tanpa mengalihkan pandangan ke arahku. Dia tampak sibuk dibawah matahari. Sebentar menandai balok kayu dengan pensil, sebentar mengamati lalu menggergaji dan akhirnya sibuk memaku disana sini.
"Len, aku udah mandi lho.. Udah wangi, udah cantik tinggal kamu yang masih bau.. Katanya mau berkunjung ke tetangga sebelah, jadi kan?", tanyaku sambil membenarkan ikat rambutku yg mulai turun.
"Iyaa jadii sebentar yaa istriku yang udah wangi, udah cantik, tapi baweel..", katamu kali ini memandangku dengan tatapan usil.
"Dasar deh ah..lagian ngapain siy kamu bikin apa siy? Jangan di situ lah makin gosong tuh kulitmu. Sini lho teduh..", cerewetku mulai keluar.
Nalen tak menjawab, hanya melihatku sambil berkata "Ce-re-wet" tanpa suara, aku bisa membacanya jelas dari gerak bibirnya. uUgh..nyebelin!
Open Notebook.
Turn On.
Selamaattt pagi menjelang siang tamu-tamukuu.. Ini sudah pukul sepuluh waktu Indonesia bagian Bogor hehe.. Aku sudah membereskan pekerjaan rumahku, aku sudah memasak sekedar sarapan soup macaroni lengkap dgn daging ayam potong dadu, telur dan keju resep suka-suka ala Naya lah pokoknya haha..
Sambil nunggu si Nalen mandi berceloteh saja yuukk..
Aku sedang duduk di beranda. Teras rumah tempat favorite-ku dan Nalen. Duduk di atas kursi kayu yg lebar semacam bale-bale yg bermatras sepon tipis berbalut kain putih lengkap dgn corak batik sebagai ornamennya. Dan ada beberapa bantal yg berwarna senada. Di sini, di tempat aku duduk sejauh mata memandang semuanya hijau. Rapi, menanjak dan beberapa caping para petani teh menyembul. Kalau menengok ke bawah disana ada aliran sungai kecil lalu seberangkan pandanganmu sedikit ke atas, hijaunya sejuk, hijau Kebun Teh! ^^
Di sini lah rumahku. Bogor yg bukan bogor hehe.. Maksudku letaknya bukan benar-benar ditengah kota seperti kafe kami 'jerami'. Lebih naik lagi ke atas, menuju arah puncak tapi masih kabupaten Bogor. Dulu kami sengaja membeli lahan kosong di daerah yang jauh dari keramaian, sekarang sudah mulai terlihat ada beberapa bangunan villa-villa pribadi. Sedikit demi sedikit kami membangun rumah ini. Agak lama karena Nalen menomor-duakan rumah ini setelah 'jerami', tapi tak apa kalau bukan karena jerami mgkn rumah ini jg belum berdiri.
Dulu cita-citaku punya rumah kacaSerba kaca supaya pandanganku bisa luas keluar sana. Nalen menyetujui karena pada dasarnya rumah ini kado buat aku jadi suka-suka hatimu Nay.. Kira-kira begitu kata Nalen. Seiring perubahan mood hehe tiba-tiba aku ingin rumah panggung. *iya-iya Naya labil uUgh..* Sempat terjadi perdebatan sebab Nalen tidak terlalu suka rumah seperti tempat tidur punya kolong hehe.. Akhirnya di ambil jalan tengah. Rumah Semi Panggung. Oleh kawan kami seorang arsitek, rumah kami agak dibuat lebih tinggi. Separuh kiri sisi yg ada kolongnya dibuatkan menjadi garasi, sedang separuh sisi kanan tidak punya kolong karena lebih rendah. Kalau kalian masuk ke dalam rumahku bs di sebut tingkat setengah karena menuju kamarku menaiki 5 anak tangga. Rumah kami hampir 70% dari kayu. Agar terkesan sejuk dan sederhana, biar menyatu dengan kebun teh di belakang sana.
Seperti rumah-rumah kebanyakan. Rumahku ada halaman depan, teras depan, garasi yang sementara baru terisi motor roda dua kesayangan Nalen, ruang tamu, ruang tv, ruang makan, dapur dan dua kamar tidur. Sebenarnya ada 3 kamar tidur tapi kamar yg paling kecil ku gunakan untuk ruang baca sekaligus tempatku meletakan rak-rak bukuku dan rak keping dvd film koleksi Nalen. Dari semua ruang untukku dan untuk Nalen "Beranda"lah tempat paling istimewa seperti kataku tadi di awal, tempat favorite kami. :)
Oh iya satu lagi.. Tidak hanya kebun teh tapi masih ada satu kebun yang bisa kami nikmati. Kebun tetangga sebelah. Kebun yaa bukan rumput tetangga! *errghh.. Hehehe.. Tetangga sebelah kami ini pasangan kakek-nenek penjual bunga. Mereka menanam sendiri bunga-bunga yg mereka jual di halaman yang tentunya lebih besar dari halaman rumah kami. Setiap musim berganti, warna taman mereka pun turut berganti, Indah!
***PICTURE***
"Nay.. Kereeen kan??", panggil Nalen berseri-seri sambil pamer mengangkat sebuah kotak kayu hasil karya tangannya yg sudah jadi.
*aku masih bengong lihat Nalen girang sambil setengah joget-joget pamer*
Nalen masih meringis memamerkan sederet giginya ketika berjalan ke arahku lalu manyerobot handuk yang sudah ku siapkan.
"Mandi aahh.. Eh bagi minum..", katanya yang kali ini menyerobot sisa segelas teh tarik dinginku.
*aku masih bengong sambil geleng-geleng kepala melihat ulahnya*
Baru 5 menit Nalen masuk ke dalam. Menghitung mundur dalam hati. 5..4..3..2..sa..
"Naaayy..", tuh kan Nalen manggil lagi. -_________-"
Pasti kali ini Nalen mencari sesuatu tapi gagal menemukan. Sabun habislah, sampoo ga ada lah, bajuku yang kemaren dimanalah.. Semacam itu, semacam manja mencari perhatian. Hmm..baiklah nanti aku lanjutkan lagi ya Tuan sudah memanggil lagipula aku harus siap-siap berkunjung ke rumah tetangga. Sampai ketemu lagi di postinganku berikutnya.
*tertanda Naya istri cerewet dari laki-laki bawel. :D
by: @ukakuiki (yuka maharani)
fotografer : @omradit (raditya rachman)

No comments:

Post a Comment