Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Catatan Kecil Lelaki Pemetik Hujan: Yang Terlupakan

Tangan Sheyla masih bergetar menatap tulisan di halaman pertama buku peninggalan Reyhan itu. Tangannya seketika layu, membeku. Tak kuasa dirinya membalik ke halaman berikutnya. Akhirnya Sheyla menutup kembali buku tersebut, meletakkannya di rak buku miliknya.
Mungkin suatu hari, saat hatinya telah siap dan kesedihan sejenak memudar barulah ia akan membaca buku itu. Sekarang, dia merasa belum sanggup. Membaca buku itu sekarang seperti menambahkan jeruk nipis pada goresan luka yang masih baru. 
***
Waktu ternyata tak mau menunggu. Terus berlari. Sheyla pun telah lulus SMA dan diterima di salah satu perguruan tinggi. Dan di suatu sore, saat Sheyla mengepak buku-buku yang akan dibawa ke kost nya, tiba-tiba sebuah buku terjatuh dari tumpukan buku yang dipindahkannya. Buku berkulit hitam, yang sedikit lusuh.
Sheyla kemudian memungut buku tersebut, membersihkannya. Perlahan ia membuka buku tersebut. Tangannya bergetar. Perlahan dia membalik buku tersebut, dan tertulis: "Catatan Kecil Lelaki Pemetik Hujan untuk Wanita Pelukis Senja". Dan seketika bayangan masa lalu berkelebat dalam kepala Sheyla. Menyambar tiba-tiba. Seperti petir di siang bolong. Ini catatan yang dulu ditinggalkan Reyhan untuknya, sebelum kepergiannya. Catatan yang terlupakan, sekian lama tersembunyi di rak bukunya.
Sheyla pun membalik halaman berikutnya. Dan:

3 Maret 2009
Untukmu Sheyla

Hari ini, adalah hari dimana aku memulai catatan ini. Ya catatan, hanya sebuah catatan kecil. Aku memberi nama catatan ini sebagai "Catatan Kecil Lelaki Pemeluk Senja untuk Wanita Pelukis Senja". 

Di halaman pertama ini aku akan menjelaskan kenapa aku menuliskan catatan ini. Oke aku akan mulai bercerita, mudah-mudahan kamu nggak bosan. 
Kita sama-sama tau kalau kita sudah bersahabat semenjak kecil. Bahkan semenjak kita masih salah mengucapkan nama satu sama lain. Kita lalu tumbuh bersama, di lingkungan yang sama. Sampai saat aku menulis ini kira-kira sudah 17 tahun lebih kita bersama.

Dulu yang ada dihatiku hanyalah perasaan seperti seorang saudara, nggak lebih. Perlahan, kebersamaan kita membuat semuanya berbeda. Berbeda dan makin jelas perbedaannya. Ada rasa-rasa aneh yang mulai timbul. Rasa-rasa yang sulit diungkapkan. Aku takut itu yang orang-orang sebut sebagai cinta. Aku benar-benar takut. Takut cintaku malah menimbulkan kebencianmu.

Maka diam-diam aku menikmati perasaan cintaku sendiri. Awalnya mudah dan jalannya kulihat datar-datar saja. Tapi selanjutnya apa, perasaan ini seperti surat tanpa alamat tujuan. Tak tahu harus ku kirim kemana. 

Sekarang biarlah surat ini benar-benar tanpa alamat. Semua kutuliskan sebagai catatan disini. 
Aku tahu suatu saat nanti kamu akan membaca catatanku ini. Agar tidak bosan, aku akan menuliskan semuanya seperti sebuah cerita. Jadi di halaman berikutnya kamu akan seperti menonton semua adegan yang kita lalui bersama.

Reyhan

Sehabis membaca halaman pertama tersebut tubuh Sheyla berguncang. Perlahan ssesuatu yang hangat mengalir di pipinya, lalu jatuh menetes, membasahi catatan tersebut.

-Bersambung-



- (oleh @penuliscemen - http://penuliscemen.com)

No comments:

Post a Comment