Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Putus

Ngga kerasa udah akhir tahun aja, aku sama Devara makin deket. Devara cerita soal banyak hal ke aku dan gitu juga sebaliknya. Bukan cuma itu, Devara juga sering main ke rumah sampai-sampai dia jadi deket juga sama mama. Itu semua berbanding terbalik sama hubunganku dengan Gio.
Devara akhirnya sempat jadian sama Tania, tapi cuma seumur jagung karena Tania harus pindah ke USA dan Dev ngaku ngga sanggup LDR antar benua. Ngga lama setelah itu Dev udah punya pacar lagi, dia bilang itu sekedar pelariannya aja. Aku marah waktu dengar Dev ngomong gitu dan akhirnya Dev jujur sama si pelarian dan mereka putus, Ugh! dasar cowok.
Ngomong-ngomong soal cowo, dua bulan belakangan ini komunikasi antara aku sama Gio makin ngga jelas, ntah kenapa aku punya firasat Gio selingkuh. Untuk ukuran seorang pacar, Gio memang udah ngga seharusnya lagi dipertahanin. Jangan dikira aku ngga pernah minta dia untuk pisah, tapi setiap kali aku minta pisah sama dia, dia selalu ngga mau dan janji buat berubah. Bella sahabatku selalu heran dan kesal sendiri setiap aku kasih Gio kesempatan, Devara yang juga aku ceritain soal ini malah sampai bosan dan selalu nyuruh aku untuk putus. Sampai akhirnya Gio yang telfon aku untuk minta putus.
"Ra, aku bisa minta waktu kamu sebentar ngga? Ada yang mau aku bilang."
"Bisa kok sayang, kamu mau ngomong apa? Kok aneh gitu sih?"
"Ra, aku rasa hubungan kita udah ngga bisa diterusin lagi. Maafin aku tapi aku ngga bisa."
"Kamu mau kita putus, maksudnya? Kenapa Gi?"
"Karna kamu terlalu baik buat aku, Ra. Dan aku ngga sanggup lagi."
"Kenapa? Apa ada orang lain, Gi?"
"Maafin aku, Ra."
"Apa kamu udah ada yang lain, Gi?"
"Iya, Ra. Aku mohon kamu maafin aku ya."
"Sejak kapan?"
"Maafin aku, Ra. Maafin.."
"Aku tanya ke kamu sejak kapan, Gi?!"
"Dua bulan yang lalu…"
"Oke. Makasih ya, Gi. Buat selama ini, buat semuanya. Jangan sakitin orang itu kayak kamu nyakitin aku sekarang. Sakit, Gi."
"Ra, maafin aku.."
"Iya, aku maafin." Telfon Gio aku tutup gitu aja dan aku langsung telfon Devara buat ke rumah. Aku nangis sesenggukan di bahu Dev. Dev diam, ngga ngomong apapun sampai aku selesai cerita. Sekilas aku lihat tangan Dev mengepal. Aku tau dia nahan marah ke Gio. Dan aku tahu, ada di dekat Dev selalu bikin aku ngerasa aman…



~ (oleh @rahcara)

No comments:

Post a Comment