Tentang 30 Hari Cerita Cinta

15 September 2011

Suatu Ketika Di Suatu Hari: Wildan

"Sar…"
Tetiba genggamanku pada sendok makanku menjadi sedikit lebih kencang. Suara yang akhir-akhir ini menjadi pistol yang ditembakkan ke udara, tanda kura-kura dan kancil harus segera berlomba lagi. Wildan sudah berdiri saja di samping mejaku tanpa aku sadari. Tidak memberiku waktu untuk mempersiapkan mental. Membuatku harus merasa sibuk dengan batagor yang lagi tenang berendam di kuah panas.
"Sama siapa?" tanyanya sambil melepaskan tas punggung warna hitam atau biru dongker itu dari punggungnya dan menaruhnya di kursi seberang kursi tempatku duduk.
"Sama Wening. Tuh! Dia lagi sibuk ngeprint tugas buat kuliah nanti jam 1…" kataku sambil menunjuk tempat rental computer yang letaknya bersebelahan dengan kantin. "Kamu? Kok tumben sendirian?"
"Emang biasanya aku sama siapa?"
"Sama siapa aja boleh… Yang penting soleh…"
Wildan terkekeh. Dia selalu terkekeh mendengar aku yang garing dan asal bicara. Yang kalau kulakukan pada Wening, muka Wening akan terlihat seperti jangkrik yang ga punya sayap. Aku juga belum pernah liat sih muka jangkrik yang ga punya sayap kaya apa, tapi kurang lebih begitu deh. Nusuk.
Lalu Wildan pun akhirnya memutuskan untuk duduk di tempat dia menaruh tas punggungnya sementara tas punggungnya ditaruh di kursi sebelah kursinya duduk. Tak sampai 5 detik, dia berdiri lagi sambil berkata, "Lupa kan? Tadi sengaja ga langsung duduk soalnya mau mesen dulu… Bentar ya, Sar!"
Aku mengikuti gerakan Wildan yang berjalan menjauhiku menuju kasir kantin. Memperhatikannya. Hari ini dia menggunakan jaket warna coklat kopi dengan bahan cardigan dan modelnya menyerupai mantel musim dingin seperti di film-film Barat. Membuat tubuhnya yang cukup tinggi dan cukup kurus itu menjadi semakin terlihat jelas. Aku suka kalau dia menggunakan jaket itu, warna coklat kopi cocok dengan kulitnya yang cukup putih itu. Cakep.
Ah, dan perlombaan kura-kura dan kancil yang cukup seru tadi mulai membosankan kalau Wildan tidak ada disini. Keduanya tidak bersemangat. Mungkin butuh asupan batagor kuah lagi. Sedikit merasa bersalah juga mengganggu ketenangan batagor-batagor yang sedang berendam di kuah panas ini, tapi yah mau bagaimana lagi… Takdir.
BRUK!
Wildan menaruh tas punggungnya di meja. Sebenarnya lebih tepatnya membanting sih daripada menaruh. Batagor-batagor di mangkuk sampe kaget. Jangankan batagor, aku saja kaget.
"Eh, maaf… Kaget ya? Ga maksud, Sar…" katanya kalem. Lalu kura-kura dan kancil di dalam kepalaku mulai berlomba lagi. Hap hap hap!
"Iya, aku juga ga maksud buat kaget kok, Wil…" sahutku tersenyum (sok) manis. "Mesen apa kamu?"
"Mie goreng dua porsi…"
Aku tak menyahut lagi. Aku membiarkan diriku sibuk menyelesaikan takdir batagor-batagor yang sedang berendam ini di mulutku. Aku memang tak suka menatap Wildan lama-lama. Rasanya seperti menatap matahari, menghangatkan tapi juga membakar kalau terlalu lama. Wildan itu cakep bukan karena dia kecenganku, tapi memang wajahnya cakep. Sifatnya yang pendiam dan tenang menambah daya tariknya pada cewek-cewek di jurusan dan fakultasnya sendiri maupun jurusan dan fakultas lain.
Aku pikir, mungkin karena aku bukan satu-satunya cewek yang berdoa meminta Wildan pada Tuhan lah, yang membuat Tuhan bingung doa siapa yang akan dikabulkan. Duh…
"Hun, punya dua ratus? Kurang dua ratus nih buat  bayar print! Eh, halo Wildan! Udahan kuliahnya?"
Iya, itu Wening. Multi-tasker sejati. Saat telapak tangan kirinya terbuka menunggu aku memberinya dua koin seratus, mata dan tangan kanannya sibuk dengan blekberinya, dia sempat menyapa Wildan sambil tersenyum sekilas, lalu sibuk kembali dengan blekberinya, dan ngeloyor pergi begitu mendapat dua koin seratus dariku.
"Padahal aku mau jawab pertanyaan dia loh…" kata Wildan pura-pura terlihat sedih. Aku memasukkan batagor terakhir ke dalam mulutku, "Ngejawab pertanyaan dia sih termasuk salah satu perbuatan yang merugi, Wil…" sahutku sambil mengunyah dan tanpa sengaja menatap matanya. Mata coklat itu sedang menatap lurus ke mataku. Mengunci mataku di dalam tatapannya.
Lalu Wildan tersenyum manis.
Tidak seperti biasanya.
***
Acara TV malam ini tidak berhasil membuat aku merasa menunggu kakakku, Aans, pulang itu menyenangkan. Abah dan Ibu sudah pamit duluan buat tidur dan menyerahkan masalah menunggu Aans pulang ini padaku. FYI, Aans itu singkatan dari Aa Anshar. Aans pun membalas panggilanku dengan memanggilku, "Haps" yang kemudian diikuti oleh Abah dan Ibu. Nama asli kakakku sih sebenarnya Anshari Suhendra. Jarak usia kami hanya berbeda 2 tahun. Dia memang sering pulang malem. Keluyuran.
Namanya juga laki-laki, kata Ibu.
Namanya juga kalong, kata Abah.
Karena kebiasaannya yang sering pulang malem, dulu dia memegang duplikat kunci rumah sehingga tidak ada yang perlu repot-repot menunggu dia. Dan karena sifatnya yang sembarangan dan berujung pada hilangnya duplikat kunci rumah lah yang membuatku jadi si penunggu kalong. Eh kakak.
Aku membuka timeline dan Wildan ada di paling atas. Dia baru saja ngetweet beberapa detik yang lalu. Kubaca.

@willandknight My name is Wildan. And I'm not a terrorist.

Baiklah. Mari bersenang-senang. Kutekan pilihan "Retweet".

@haphapsarsar My name is Hapsari. And I'm a masochist. RT @willandknight: My name is Wildan. And I'm not a terrorist.

Dan dimulailah percakapan 140 karakter kami. Yiihhaaaa!

@willandknight Masochist apa, Sar? RT @haphapsarsar: My name is Hapsari. And I'm a masochist. RT @willandknight: My name is Wildan. And I'm not a terrorist

Lalu…

@haphapsarsar Itu loh.. Saos yang biasa dipake di salad atau masakan barat gitu.. RT @willandknight: Masochist apa, Sar? RT @haphapsarsar: My name is Haps

Kemudian…

@willandknight Itu mayonnaise! :)) RT @haphapsarsar: Itu loh.. Saos yang biasa dipake di salad atau masakan barat gitu.. RT @willandknight: Masochist apa,

Terus…

@haphapsarsar Iya, dibacanya mayonnaise. Ditulisnya masochist. #kemudianhening RT @willandknight: Itu mayonnaise! :)) RT @haphapsarsar: Itu loh.. Saos yan

Dan…

@weningnangnung ditulisnya narsis. Dibacanya NAJIS. RT @haphapsarsar: Iya, dibacanya mayonnaise. Ditulisnya masochist. #kemudianhening RT @willandknight: Itu ma

Sekian.
Ingatkan aku untuk menusuk si Wening pake bambu runcing besok pas ketemu. Grr...


- (oleh @melillynda - http://anakdewasa.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment