Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

APA YANG TERJADI: MENGENANG #2

"Iya! Td dia nyapa aku Pat. Aku sampai setengah bengong"
Mataku berbinar, senyum mengembang, seraya menatap sayu ke arah tembok kamar yang warnanya sudah mulai tidak jelas antara putih atau abu-abu.

"Hmm...bagaimana kalau besok kita tunggu dia muncul di depan gedung. Setelah itu kita susul dia masuk bersamaan, nah nanti kan dia pasti menyapa kita tuh.. Gimana?"
Wajah kucel Patty yang bahkan belum mandi pun terlihat cantik karena dia bersemangat menyusun rencana ini. Aku tertawa geli.

"Hei! Kenapa tertawa? Aku serius loh.."

"Iya Pat, besok kita standby ya."

"Baiklah kalo begitu. Aku mau mandi dulu ya Yol, sudah sore nih. Habis ini kita kerjakan tugas ya."

"Iya. Cepet sana mandi"

"Siap bos!"
Patty pun segera pergi menuju kamar mandi, meninggalkan aku yang masih senyum-senyum sendiri membayangkan kejadian tadi.

_____

"Yol, Sini cepat! Tuh, Teddy Bear mu datang. Sendirian loh Yol. Wah saat yang tepat! Yuk, cepat kita jalan yuk. Hayuuuk!"
Semangatnya Patty sambil menarik tanganku yang sedang memasukkan buku pelajaran ke dalam tas.

"Sebentar Pat, pensil ku belum masuk ke tas nih, di mana ya?"
Aku membungkuk ke bawah kolong meja mecari-cari sekiranya ada terjatuh.

"Haduh Yola, kelamaan. Cepet yuk, nanti kita pinjam siapa gitu di kelas. Itu sebentar lagi dia mendekat. Hayuk"
Tarikan tangan Patty yang kencang tidak bisa kutolak lagi. Aku pun menarik tubuhku yang hampir melayang mengikuti langkah Patty yang begitu cepat.

"Hai"
Sapaan lembut itu keluar dari bibir Nikolas.
Aku hanya membalas dengan senyuman, lalu kami bertiga naik ke lantai 3 untuk mengikuti 3 jam kelas fisika.

_____

"Astaga Yola. Sudah capek-capek kita bangun pagi, dandan cantik, semprot pengawangi, tapi hasilnya cuma 'HAI'? Haduh..." Patty menepuk jidatnya berkali-kali "Payah payah payah!"

Aku tersenyum. "Lha aku mesti ngomong apa Pat? Dia bilang 'HAI' aja, ngga ada kata-kata yang lain, aku kan jd bingung"

"Ya kalau dia bilang 'HAI' kamu jawab 'Selamat pagi' atau 'Hai Nikolas, sendirian aja' atau 'Kok tumben jalan kaki' atau apalah, kan banyak. Lha ini cuma senyum, ngga keluar sepatah katapun." Kembali Patty menepuk jidatnya, kali ini dilanjutkan dengan mencomot potongan brownies kukus yang diberikan tante Ola sepulang bimbel tadi.

"Ya kamu juga diam saja. Kenapa coba kamu nya diam saja? Aku kan malu Patty" aku menutup mukaku dengan bantal. Rasanya aku benar-benar bodoh tadi. Berbicara dengan lawan jenis saja tidak becus. Kali ini aku menepuk-nepuk bantalku sendiri. Sebenarnya hal yang wajar menurutku, jika kita menyukai seseorang maka kita pasti akan malu atau kaku saat berhadapan dengan orang yang kita suka. Tapi ini sih keterlaluan juga ya. Sudah 19 belas tahun!

"Besok kita coba lagi ya Pat"
aku merangkul tangan Patty dan mencoba merayunya.

"Ya sudah. Besok coba lagi. Disapa Nikolas nya. Coba dilatih, supaya kamu lebih berani ya."
Suara Patty kali ini lebih berat, bersahaja. Patty yang tau siapa dan bagaimana aku sebenarnya.
Dia tau betapa kikuknya aku saat berhadapan dengan lawan jenis.
Dia orang pertama yang tertawa terbahak-bahak sampai berguling di lantai kamarku saat aku ceritakan tentang pembantuku, mba Ijah, yang merasa yakin dirinya hamil setelah sehari sebelumnya mengaku sudah berciuman bibir dengan Kadir, tukang ojek yang mangkal dekat rumah. Bertepatan di hari itu adalah tanggal jadwal haid nya, dan seumur-umur tidak pernah meleset. Selalu tepat di tanggal 7. Jadi mba Ija dengan 100 persen yakin dan percaya kalau akibat ciumannya dengan mas Kadir, ia tidak mendapatkan haid di keesokan harinya. Yang membuat Patty tambah tidak berhenti menertawai aku adalah karena aku mempercayainya dan dengan lantang kukatakan pada Patty saat itu "Ingat ya Pat, aku berjanji tidak akan pernah berciuman seumur hidupku dengan siapapun sampai aku menikah. Aku ngga mau hamil kayak mba Ijah Pat. Malu Pat"
Kalau ingat kejadian itu, betapa bodohnya aku. Malu sekali dengan pemikiranku yang kurang wawasan. Ya, itulah Patty. Sahabatku.

____

"Oke, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin ya Yol." Kepalan tangan Patty mencoba mengumpulkan semangatku

"Iya. Aku harus berani ya" mencoba semangat memberikan senyum di wajahku.

--beberapa saat kemudian


"Hai" masih kata-kata yang sama dari bibir Nikolas

"Ha-Ha-Hai Nik." Suaraku terbata-bata keluar.

"Apa kabar?" Langsung aku mendapatkan cubitan dari Patty yang berjalan di sampingku

"Auw!"

"Kenapa Yolanda? Ehm..Yolanda, benar kan?"

"Eh, iya. Yolanda. Maaf ya, kok tanya apa kabar, seperti lama tidak bertemu, padahal satu kelas." Aku menepuk jidatku.

Tawa Nikolas terdengar renyah. "Ngga apa-apa. Aku baik kok hari ini. Kamu gimana?"

"Oh, baik juga."

"Patty kok diam saja. Hmm..kamu Patty kan?" Nikolas menunjuk ke arah Patty yang masih berjalan di sebelahku.

"Iy." jawab Patty singkat. Tumben pikirku. Biasanya Patty cerewet sekali. Kenapa sekarang dia hanya menjawab 'Iya'? Sungguh aneh pikirku.

"Wah kita sekelas tapi belum pernah ngobrol-ngobrol ya?" Nikolas mulai membuka pembicaraan lagi, dan kami pun tiba di kelas dan tidak sengaja mengambil tempat duduk yang bersebelahan.

"Iya. Mungkin sedang fokus pada target UMPTN masing-masih ya. Oya, temanmu Tasya kemana? Biasanya bersama-sama." Rasanya aku tidak percaya dengan pertanyaan yang baru saja ku lontarkan. Aku membuka pembicaraan juga.

"O..Tasya sedang ke luar kota. Mendadak ada acara keluarga. Jadi dalam beberapa hari ini aku akan sendirian berangkat bimbelnya."

"O begitu.." Jawabku singkat.

"Selamat siang semua."

"Selamat siang pak."
Pak Roni sudah masuk kelas. Pembicaraan kami pun terhenti.



- (oleh @kakakPur - www.kakakpur.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment