Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

Masih Tentang Kamu: Salah

Belum seminggu aku mengenal Lio, tapi aku sudah dikagetkannya dengan berbagai bakat yang ia miliki, yang aku berani taruhan, sama sekali tak akan bisa tertebak oleh siapapun yang belum mengenal Lio. Lio sangat pandai menyembunyikan segala kemampuannya, sepandai ia menggoda akal sehatku.
            Bersahaja. Mungkin kalimat itulah yang cukup mampu menggambarkan Lio secara garis besar. Setidaknya bagiku. Lewat hal-hal sesederhana obrolan-waktu-guru-sedang-pergi-ke-toilet, aku bisa mengetahui bahwa Lio juga pandai memetik gitar dan bermain baseball. Aku terpesona, bukan kepada bakat-bakat yang ia kuasai, namun kepada cara ia mengajarkanku tentang kerendahan hati.
            Lio, saat aku menawarkanmu obrolan yang lebih panjang dari sekedar alasan kandung kemih seorang guru, aku mulai aku percaya, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Karena saat itu pula aku justru menemukan fakta yang tidak menyenangkan tentang kamu. Kepemilikan atas nama kamu bukanlah untukku..
            Kamu berpacaran dengan seseorang yang namanya terus kamu bicarakan di telinga ku. Anehnya, ternyata aku pun tidak sepeduli itu. Bukan, sayang.. Bukan karena aku tidak peduli kepadamu. Tapi karena aku tau, satu-satunya alasanmu sering menyebutkan namanya adalah karena kamu ingin aku cemburu. Ya, aku cemburu. Tapi hanya itu.
            “Rara, hari Minggu gw sama Nita mau jalan-jalan lho ke Bandung! Ikutan yuk? Nanti biar gw bisa kenalin ke dia.. Semuanya gw yang traktir deh! Gimana? Mau kaaan mau kaaaan...” Godamu sambil menarik-narik lengan seragamku. Tawaran yang aneh, Lio..
            “Haaaa? Gw? Ngintilin lo sama Nita pacaran? Hahahahaha... Dodol!” Aku tergelak.
            “Tek-tok doank kooook... Masa gak mau sih! Sombong deh..” Katamu, masih dengan air muka penuh harap.
            “Lah siapa bilang gw gak mau? Jangan telat aja jemputnya besok!” Jawabku sekenanya.
Lio.. Aku sebenarnya tidak paham apa maksudmu di balik ini semua, tapi itu bukan lagi masalah karena tiap kali kamu tersenyum lebar, aku tau sesuatu yang baik pasti akan terjadi. Dan senyum riangmu saat ini, mengusir semua asumsi yang baru saja aku buat sendiri. Bagiku, itu lebih dari cukup.


6 bulan kemudian..
Ini kali ketiga kamu menyatakan perasaanmu. Memang, dua kali sebelumnya kamu hanya bermaksud untuk menyatakan segala yang menggangu pikiranmu. Namun kali ini, aku bisa melihat jelas, bahwa kamu sedang menuntut apresiasi ku. Kamu menginginkan aku, sebagai imbalan atas perasaan-perasaan yang aku ciptakan agar kamu gelisah setiap malam. Mungkin 6 bulan terlalu lama untuk kamu menunggu. Tapi percayalah. Aku yang bersalah. Dan anggaplah 6 bulan itu adalah masa hukumanku.
“Aku sayang sama kamu.. Sekarang udah bukan cuma suka, Ra.. Apa kamu sekarang udah mau jadi pacar aku?” Tanya Lio, pasrah. Saat itu hanya ada kita berdua di dalam mobil. Sebentar lagi, teman-teman yang lain akan kembali dengan membawa bungkusan makanan-makanan kecil dari sebuah mini market di hadapan kita. Aku pun memalingkan muka, menatap kamu dari kaca mobil di sebelah kiriku, dengan penuh penyesalan.
6 bulan memang terlalu lama. Aku salah. Ternyata selama ini, aku hanya mengagumi ketulusan hati yang kamu punya. Aku salah menilai perasaanku selama ini. Aku mengagumi kamu, Lio. Dan aku mengagumi caramu mengagumiku. Lagi-lagi, sesederhana itu. 6 bulan berlalu, dan sekarang kamu ada disini untuk membebaskan aku dari masa hukuman. Namun sayangnya, di saat kamu tetap bersikeras menyayangiku, aku pun tetap  terjebak dalam kesalahan.
Aku salah, Lio, karena sempat mengira aku tak pernah menginginkan kamu.. Karena saat ini, aku sedang memeluk kedua tanganmu sambil mengangguk kecil, disusul sebuah kecupan di keningku. Kecupan yang aku izinkan untuk menandai ikatan kita..

“So if you really love me, say yes.But if you don't, dear, confess.And please don't tell me..Perhaps, perhaps, perhaps..Perhaps, perhaps, perhaps..Perhaps, perhaps... Per....haps.”
 Perhaps, Perhaps, Perhaps - Cake



- (oleh: @bchastity - www.chastifier.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment