Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

Memories: The Littlest Thing

The Littlest Thing



"Hai kak Lova,"

"Hai sayang," sapamu ramah. Sudah seharian ini koneksi internet di studio putus, hingga kau dan Andra memilih untuk menerima cerita kiriman via telepon. "Dengan siapa ini?"

"Ini Vera, kak."

"Hai, Vera. Punya pengalaman sama cinta-cintaan, yang kalau kata manajer saya si Andra, cinta monyet?"

"Kalau aku pribadi sih nggak pernah kak, ini pengalaman kakakku boleh nggak?"

"Silahkan..." Kau diam, menunggu Vera mulai bercerita. Sementara Andra mengangkat selembar kertas bertuliskan 'aku ke kamar mandi' padamu. Ini sudah kesekian kalinya ia ke kamar mandi, tidak biasanya.

"Jadi, gini kak Lov. Di rumah lama kami, ada tetangga sebelah rumah yang anaknya seumuran kakak, waktu itu aku masih kecil sih, sekitar umur 4 tahun, jadi nggak begitu inget juga. Cerita ini menurut kakakku,"

"Oke.., terus?"

"Nah, anak tetangga itu, dia cowok kak Lov namanya Reza, kebetulan sekolahnya deketan sama sekolahnya kak Vina, jadi kadang mereka suka berangkat ama pulang sekolah bareng. Hal itu berlangsung cukup lama, mulai kakak aku kelas 3 sampai kelas 6. Waktu SMP, sekolah mereka jauhan. Lagipula, dia juga udah jarang lagi main-main ke rumah. Mungkin karena udah ngerasa gede kali yaa kak,"

"Bisa jadi... anak cowok itu gengsinya gede," tambahmu sok tahu. Teringat lagi pada Henry. Apa dia begitu gengsinya hingga harus kau yang harus memutuskannya dulu? "Oke, sayang. Tahan dulu ceritanya, ada single yang mau lewat dari Lily Allen-The Littlest Thing, stay tune on 107,7 Youngsters FM radio, the adorable youngers..."


Dreams, dreams
Of when we had just started things
Dreams of you and me


"Va, aku kok beser sih?" Andra baru kembali dari kamar mandi untuk ke 3-4 kalinya selama mereka siaran.

"Hah? Emang abis makan apa kamu?" kau menatapnya khawatir. Kalau dilihat-lihat lagi kondisinya memang memprihatinkan. Andra, seniormu di radio ini yang usianya menginjak tiga puluhan namun belum juga ketemu jodohnya. Andra yang menawarimu kerja dan mengajarimu teknik-teknik radio mulai dari nol. Andra yang menyarankanmu membuat program ini, sebagai terapi atas trauma cinta yang pernah kau alami. Namun justru membangkitkan lagi kenanganmu tentangnya dan semua yang telah kau coba lupakan.

"Nggak tau nih, kalau habis makan pedes bukannya bikin diare ya? Ini kok beser?"

"Nah, kebanyakan minum kali, makanya beser..."

"Iya ya..."

Andra bangkit lagi dari kursinya, dan kau tahu kemana ia pergi.  Kamar mandi. Sementara itu kau siap mengobrol dengan Vera lagi.

"107,7 Youngsters FM radio, the adorable youngers... ada Lova dan Vera disini youngers, siap untuk membagi satu kenangan cinta malam ini di Love Potion. Vera siap?" terdengar bising sekilas kemudian Vera menjawab.

"Siap, kak Lova,"

"Lanjutkan ceritanya ya, youngers disini sudah penasaran dengan kelanjutannya, nih."

"Oke.. Nah, kakak aku jadi kehilangan banget si Reza itu. bahkan selama SMP dia selalu berangkat sekolah pagi-pagi, alasannya biar bisa ketemu Reza di halte bus sekolah. Padahal rutenya beda, dia selalu nunggu sampe Reza dapet bus dulu baru dia berangkat sekolah. Waktu kenaikan ke SMA, kak Vina cari informasi tentang Reza, dia mau ngelanjutin sekolah dimana. Tapi dia nggak berani tanya sendiri ke orangnya, dia nggak mau kalau Reza tahu."

"Lho, kenapa?" potongmu gemas. "Kan mereka sudah SMA, nggak apa-apa dong, kalau menyatakan cinta?"

"Kak Vina nggak mau kalau Reza tahu nanti malah menjauhi dia...."

"Kakak kamu pemalu ya?" tebakmu asal.

"Mungkin..." suara Vera mendadak lebih pelan, seperti sedang menahan kesedihan. "Kak Lova percaya jodoh?"

Kau diam, tidak siap menerima pertanyaan ini. Jodoh katanya? Bahkan cinta pun sulit kau percayai saat ini.

"Percaya," jawabmu. "Apa ada hubungannya dengan ini?"

"Kak Vina percaya kalau Reza itu jodohnya, bahkan sejak mereka masih duduk di bangku SD. Dia nggak ingin memberitahu Reza tentang perasannya karena ia ingin membebaskan Reza dari tanggung jawab untuk menjaga hatinya."

Kau melongo mendengarnya. Anak sekecil itu sudah membicarakan satu rahasia Tuhan yang bahkan orang dewasa pun sulit memahaminya. Andra yang sedang menenggak sebotol air mineral, tiba-tiba tersedak dan menyemburkan sisa-sisa air di rongga mulutnya.

"Yah, mungkin karena kakak kamu kebanyakan baca buku," jawabmu asal, berusaha mencairkan suasana.

"Kak Lova tahu, aku rasa manusia nggak akan tahu sejauh mana mereka akan berjodoh, yg kan?"

"Tentu saja," jawabmu mantap. "Bagaimanapun juga Tuhan lebih suka menyimpan rahasia jodoh untuk diri-Nya sendiri dan membiarkan manusia menerka-nerka. Itu jauh lebih mengasyikkan."

"Hari ini tepat peringatan satu tahun meninggalnya kak Vina dan Reza."

Kau dan Andra yang baru saja kembali dari kamar mandi melongo. Dalam pikiranmu berkecamuk hal-hal yang negatif yang bisa saja terjadi pada orang yang putus asa. Namun, penasaran juga, kau menunggu Vera meneruskan ceritanya.

"Hari ini setahun yang lalu, kakakku menjalani operasi transplantasi sumsum tulang di rumah sakit untuk Leukemia Limfoblastik Akut-nya. Harusnya sejak kecil ia melakukan itu, namun diantara kami semua tidak ada yang cocok dengannya. Jadilah dokter mengupayakan hidupnya dengan obat-obatan sambil menunggu donor yang cocok."

Setetes air mata membasahi wajahmu. Sekarang kau tahu mengapa Tuhan memberinya 'sedikit' bocoran tentang jodoh. Kau tahu mengapa ia terus menyimpan cinta pertamanya meski yang dicintainya ada di depan mata. Ia tidak bisa memiliki lelaki yang dicintainya, namun ia mensyukurinya. Kau tahu mengapa Tuhan memberimu jarak 825 km naik pesawat demi bertemu dengan orang yang kau cintai. Setidaknya kau memilikinya, namun kau sepertinya tidak mensyukurinya.

"Dari awal dokter sudah mengatakan bahwa kecil sekali peluang keberhasilannya, karena sudah cukup terlambat. Namun kami semua terus mendoakan yang terbaik untuknya, bahkan untuk kemungkinan terburuk sekalipun. Operasinya berjalan lancar, tinggal menunggu kak Vina sadar dan memantau reaksi tubuh dengan sumsum barunya. Yang tidak aku pahami adalah, ternyata pendonor sumsum yang dirahasiakan oleh pihak rumah sakit itu Reza."

Tangis Vera pecah, begitupun denganmu. Sementara Andra memilih keluar studio walaupun tidak terlihat seperti ingin pipis lagi. kau tidak bisa berkata apa-apa, kau merasa begitu kecil dihadapan-Nya. Bahwa kehidupan yang kau tahu tidaklah seperti yang terlihat. Bahwa ada hal-hal diluar batas kemampuan manusia yang sengaja Tuhan sembunyikan tanpa bisa diterka ujungnya.

"Lima jam setelah operasi, kak Vina dan Reza meninggal. Sekarang aku percaya mereka benar-benar berjodoh, hingga maut memisahkan. Meski tanpa pernyataan cinta, atau kebersamaan manis yang benar-benar mereka miliki."



The littlest things that take me there
I know it sounds lame but it's so true
I know it's not right, but it seems unfair
The things are reminding me of you

Sometimes I wish we could just pretend
Even if only for one weekend
So come on, tell me Is this the end?



- (oleh @nadhiasunhee - http://dizzcography.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment