Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

ERRARE: Penonton Malam Itu

Hal yang lucu pada saat aku mau mengirimkan tapak pertama cerita kita. Serta merta email mental balik ke inbox-ku. Well, pertanda atau bukan, hal itu memang membuahkan tanda tanya di benakku. Kirim, enggak, kirim, enggak, tanya si bos pos cinta lewat twitter, atau cuekin aja. Karena sekali aku memulainya, aku harus selesaikan sepuluh hari paling tidak mereka ulang cerita kita dengan bumbu tambahan supaya aku bisa sedikit menyamarkan identitasku.

Ah, kamu...siapa juga yang mau tahu seorang seperti kamu, rasa-rasanya, yang sempurna macam itu cuma titisan dewa.

Iseng-iseng di suatu malam aku mengirimkan beberapa karakter yang nantinya kulihat sebagai awal dari rentetan kesalahan. “Hai, apa kabar? Kapan mampir tempatku?”, tentunya berkaitan dengan urusan pekerjaan. Mana kutahu kau dengan sigap membalasnya via sms, memintaku untuk tidak lagi berkomunikasi lewat social media. 

Akhirnya setelah bertukar pin BB, kita larut dalam pembicaraan. Apa saja yang dibahas, waktu dan lokasi masih tersimpan di benak. Tepatnya dua bulan semenjak kita pertama bertemu hingga akhirnya kita berkencan dalam arti sebenarnya. Tanpa penganggu, walau penonton ya banyak. Malam tidak terlalu gelap, bintang-bintang berserakan di pantulan kolam renang dekat tempat kita duduk. Mereka yang menyaksikan pipi merah jambuku, ketertarikan kita, debar jantungmu.

Di balik makanan yang so-so, wine yang lebih so-so lagi, aku ingat bagaimana kau menjelaskan arti decanter pada seorang waiter, mirip seperti seorang suhu yang pakar mengenai masalah wine. Lain kali kubiarkan kau tuk memilih tempat, aku janji. Bahkan “gonna be a little bit late, I’m stuck in Bangka.” –mu yang sederhana kuanggap berarti untuk orang sangat punctual sepertiku. 

Waktu...ya waktu,

Sungguh kamu susah larut dalam waktu! Menyulitkan untuk bertahan di masa-masa seperti ini. Dimana aku tidak seharusnya memikirkan kamu berulang kali, tapi aku rindu. Sungguh aku rindu bahkan untuk sekedar mendoakanmu sebelum tidur malam. 

Aku mau mengaku, sebagai seorang gemini aku telah mempermalukan kaumku. Memakai logika di saat semua orang merasa, dan merasa di saat semua orang pandai berhitung, dengan untung rugi begitu cepat dikalkulasikan. Tanpa rasa sedikitpun.



 - (@mistybusy - www.seorangsenja.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment