Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

Suatu Ketika Di Suatu Hari: Duh. Wening. Aw.

“Aku pikir kamu sedang menulis kisah cinta, hun…” komentar sahabatku yang sedang mampir ke rumahku sehabis membaca tulisanku yang masih belum selesai di laptopku. “Ceritamu yang berjudul ‘Suatu Ketika Di Suatu Hari’ ini lebih seperti kisah cinta yang ga romantis dan kisah komedi yang ga lucu…”
Duh. Sahabatku yang satu ini, Wening Permata Sari, walau telah bersahabat selama kurang lebih 7 tahun serta memiliki unsur nama yang sama denganku, tidak membuat komentarnya padaku menjadi lunak. Panggilan sayang dia padaku adalah “Hun”, sayangnya “Hun” itu bukan kependekan dari kata “Hunih” (yang berasal dari kata “Honey”), melainkan kependekan dari “Huntu” (bahasa Sunda yang berarti “Gigi”). Tiap aku tanya kenapa “huntu”, Wening malah memberiku kiat-kiat memilih pupuk yang baik. Dan begitu aku tanya kenapa nyambung ke pupuk, dia akan memberiku pengetahuan bagaimana gerhana matahari terjadi. Kurang lebih begitu.
Kalau aku sih tidak punya panggilan sayang pada Wening, tapi aku sayang dia kok. Saking sayangnya, kadang aku berkhayal ingin menusuk-nusuk dia dengan apapun yang aku punya. Sebab Wening itu selalu…
“NUSUK!”
Tuh kan. Baru juga mau dibahas. Duh, sahabatku yang satu ini.
“Nusuk banget deh cerita kamu ini, Sar…”
“Nusuk apanya? Ada juga kamu mau aku tusuk pake sikat gigi!”
“Kok sikat gigi?”
“Yah…” aku menghentikan aktivitas twitteranku, “Yang kepikiran itu…”
“Daripada sikat gigi mending tusuk gigi deh, Sar…”
“Jadi itu kenapa tulisan aku NUSUK kamu?” tanyaku penasaran. Lebih penasaran daripada kenapa Wening lebih memilih ditusuk sama tusuk gigi daripada sikat gigi. Sikat gigi yang tumpul jelas ga akan sakit. Tapi kalau sama tusuk gigi kan sakit. Aw.
“Nusuk karna cerita kamu dan Wildan di café suatu ketika di suatu hari nanti itu cuma bayangan kamu aja! Nusuk juga karena sudah beribu-ribu kali kamu menunggu momen itu, momen dimana Wildan sedang berusaha nembak kamu tapi bahkan sudah kamu tuliskan pun, kamu ga bisa nulis pernyataan nembak Wildan ke kamu karena kamu dan Wildan cuma temenan!” jawab Wening menggebu-gebu.
Duh. Yang barusan dia bilang sih beneran nusuk semua. Wening menatapku dengan tatapan menantang, “Apa? Salah?” tanyanya dengan nada yang tak kalah menantang dari tatapannya.
Duh. Sial.
Ketusuk deh. Aw.


- (oleh @melillynda - http://anakdewasa.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment