Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

Soup Brokoli Asam Manis #2

"aku baru tau, ternyata Belanda sudah hampir 3,5 abad menjajah negara ini. kasihan ayah, yang dimilikinya cuma kami. keluarganya dari Portugis sudah dibunuh semua ketika Belanda datang ke wilayah kami. aku tidak ingin kehilangan ayah."

lagi - lagi Reta merenung di balik jendela ruang tengahnya. sambil menunggu kedatangan Jan yang membawa berita baik.

"Reta..."
"Ibu? ini suara pertama yang aku dengar dari mulutmu bu. ada apa?"
"Ibu rindu sekali dengan ayahmu. walaupun dulu dia seperti Belanda, tapi ayahmu berusaha menjaga keluarga kita kali ini dengan seluruh tenaganya, nak. entah apa yang dilakukannya kali ini. tiba - tiba saja ibu rindu sekali."
"Bu, aku tidak pernah bertemu dengannya. seperti apakah rupanya?"

Ibunya kembali menangis tanpa berkata - kata lagi.
Reta masih membiaskan pandangannya lewat sebuah kaca di kamarnya pada rumah yang ditempati Jan.
semalam penuh Reta tidak tidur.

___

"apa yang harus aku katakan pada Reta? apa aku harus berbohong pada seseorang yang aku cintai? ah, apa itu cinta? aku belum terlalu mengerti. yang aku tau cuma perang dan menjajah. aku harus memerangi rasa gugupku sekarang. ya, semacam berbohong pada Reta."

sepanjang perjalanan pulang, Jan memikirkan kata - kata apa yang harus diucapkan pada Reta. selama berkuda menuju rumah Jan masih gugup. tapi dia mencoba meredam rasa gugup itu dengan mengingat senyuman Reta pada saat menyantap soup brokoli berdua di gubuknya.

___

"lama sekali. soup brokolinya hampir dingin. di luar hujan. mungkin karena hujan, Jan tidak datang ke rumah. tapi kemarin Jan tidak bilang bahwa dia akan ke rumahku hari ini. tapi siapa tau ada kabar baik tentang ayahku. atau dia belum pulang ke rumahnya? Jan, aku harap kita akan menjadi sahabat. atau mungkin lebih dari sekedar sahabat, sehingga tidak ada peperangan lagi."

pagi sekali Reta sudah termenung kembali di jendela ruang tengahnya. sambil memandang hujan gerimis dimana Reta mulai membutuhkan sesosok Jan untuk berada di sisinya. begitu juga Jan. dia termenung di kaca jendela kamarnya. berdiam memandangi serdadu rintikan hujan yang tiba - tiba jatuh dan sedikit demi sedikit menghanyutkan pikirannya

"Reta, apa ini yang namanya cinta? aku merasa tenang ketika hujan ini turun. apalagi sambil melihat gubukmu dari rumahku. aku tidak tau apa kamu ada di balik kaca jendela itu atau tidak. kaca jendela rumahmu nampak berembun."

"di balik kaca berembun ini aku ada merindukanmu, Jan. aku tidak pernah dipeluk siapa pun selama hidupku. katanya sebuah pelukan itu hangat. seandainya kamu disini."

...kata - kata harapan. menjelma menjadi embun yang menyeluruh pada kaca jendela pada rumah masing - masing. tak tersampaikan. namun ini adalah sebuah awal dimana Jan mulai mengerti tentang apa itu cinta.

___

"Reta..."
"Jan..."
"kau tau? aku mulai mengerti apa itu arti cinta setelah kita tidak bertemu seharian kemarin."
"maksudmu?"
"aku tidak tau. maaf. aku masih terlalu polos untuk mengartikan perasaan ini atau mungkin sulit dijelaskan? ini benar - benar membuatku berfikir keras hingga aku terlelap memimpikanmu."
"hahaha...kamu memang polos Jan. tapi aku pun merasakan hal yang sama kemarin. begitu rindunya akan hadir seseorang. andai saja orang itu ada untuk mengukir embun bersama pada kaca rumahku, sambil ku tatap sepasang mata bola yang hangat dan tentu saja... sebuah pelukan. aku tak pernah tau apa rasanya dari sebuah pelukan."
"...oya? apa benar kamu belum pernah merasakan pelukan walau hanya sekali?"
"belum... aku hanya hidup bertiga di rumahku. aku, lalu ibuku yang hanya terdiam di sepanjang hidupnya dan adikku yang akhir - akhir ini sering memimpikan sosok lelaki gagah yang mengaku bahwa dia adalah ayah dari adikku. berarti ayahku juga. dan adikku senang sekali mengurung diri di kamar sepanjang harinya. entah apa yang dilakukannya."
"...oh sudahlah, lebih baik cepat kamu petik brokoli - brokoli itu. lalu mengajarkan cinta lagi padaku di rumahmu."
"ide bagus, Jan. tapi aku jadi ingat sesuatu. apa ada pertanyaan yang belum kamu jawab?"
"hmmm... kamu belum bertanya apapun padaku."
"baiklah, atau ada yang ingin kau sampaikan?"
"hmmm... tidak juga."
"Jan, bagaimana nasib ayahku?"
"dia sama sepertimu, Reta. pencinta brokoli. terakhir aku lihat dirinya dia sedang berada di perkebunan brokoli di pusat perkebunan kota."
"benarkah? kapan kau ajak dia ke rumahku?"
"aku masih belum diizinkan oleh ayahku. nanti saja jika brokoli sedang tidak panen."

____

"Reta, apa cinta itu boleh berbohong?"
"haha, tentu saja tidak. yang dimaksud cinta butuh perjuangan itu adalah kamu harus jujur. tidak ada saling menutupi pendapat atau perasaan masing - masing. atau mungkin ada sesuatu yang terjadi pada salah satu dari kita. dan harus jujur."
"salah satu dari kita?"
"eh...iya, maksudnya salah satu pihak."
"...."
"kenapa?"
"tidak. aku hanya ingin berjuang di jalan cinta."
"itu bagus! jangan seperti ayahmu."
"...aku sudah berusaha untuk jujur jika aku cinta padamu."
"hahaha...kalau benar kamu cinta padaku, berjuanglah membawa ayahku kemari dahulu. sesudah itu baru kau boleh mendekatiku."
"hmmm..."
"sudah, pikirkan saja nanti, cepat habiskan dulu sop brokolinya. bukankah kamu mau ke perkebunan pusat kota lagi?"
"oh iya, aku lupa..."

____

"ternyata cinta itu lebih sulit dari sebuah peperangan. aku yakin. sebanyak apapun pasukan untuk membantuku mendapatkan hatinya sangat sulit. kita bisa saja menikah atas paksaan. tapi tetap saja cinta yang berbentuk halus pada hatinya tidak bisa aku tangkap sebelum pemilik cinta itu jatuh pada pangkuanku. padahal baru saja aku mau memulai peperangan untuk mendapatkan cintanya. tapi mengapa aku seperti pengecut? itu cuma cinta, bukan sebuah negara."

"JAN! cepatlah kau berkuda! kita harus cepat sampai pada pusat perkebunan kota! apa kamu masih memikirkan Abran yang sudah menjadi abu, hah?! dia sudah tidak pantas lagi kau pikirkan! begitu juga dengan keluarganya yang akan menjadi abu juga kelak jika kamu tetap mendekati gadis muda itu!"

"tapi aku cinta padanya, ayah! gadis muda itu benar - benar membuatku mengenal dunia! apa yang ayah ajarkan padaku hanya untuk membenci sesama, rempah - rempah, peperangan, menjadi penguasa dan hal - hal lain yang seharusnya belum dipelajari oleh anak berumur 20 tahun sepertiku!"

"JAN! dengan peperangan, kau akan mudah mendapatkan cinta. banyak wanita - wanita yang lebih berwibawa daripada gadis kumuh itu! sekali lagi kau dekat dengan dia, kau sudah tau apa akibatnya kan?"

"apa selamanya kita akan memperbudak mereka yang sesungguhnya bisa membuat dunia damai tanpa peperangan?"

"apa maksudmu? perkataanmu tidak lucu! ayolah Jan! jadilah laki - laki perkasa jangan seperti laki - laki yang lemah!"

Jan tau, jika terus berdebat dengan ayahnya tidak akan mencapai keinginannya untuk memiliki Reta. tak hanya itu juga, berdebat dengan ayahnya tidak akan membuat ayah Reta hidup kembali.

___

"IBU! ada apa dengan matamu? berdarah - darah. berhentilah menangis bu, ayah pasti akan kembali. bukankah dia lelaki terkuat? aku memang tidak tau ayah. tapi aku yakin dia kuat dan akan kembali bu."

...ibunya hanya menagis darah sambil menggenggam secarik kertas di tangannya...

"kertas apa yang kau genggam bu? ... ini surat kematian ayah..."

Bersambung…

- Oleh @rezalize - http://rezalize.tumblr.com

No comments:

Post a Comment