Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

Little Magdalena: Fallen Angel

Aku selalu menyukai permainan sulap.

Saat masih SD, sepulang sekolah di lapangan dekat rumah biasanya ada penjual obat yang menggelar dagangannya di lapangan dekat rumah. Sulap yang ditampilkan biasanya macam-macam. Dari permainan kecepatan tangan ringan seperti menghilangkan rokok dan bola pingpong dari tangan, sampai yang agak ekstrim dan menjurus ke debus amatir macam mengiris leher dengan pisau atau menyilet-nyilet lidah. Semua pertunjukan itu terasa sangat menarik buatku. Setelah pertunjukan selesai, biasanya si pemain sulap akan menawarkan obat, - barang dagangan yang sesungguhnya. Kadang obat kuat, - yang seringnya tidak terdaftar di Departemen Kesehatan, minyak ajaib untuk 1001 penyakit, - itu yang dikatakan penjualnya, kadang juga obat-obat kecantikan yang diklaim bisa menyembuhkan bopeng-bopeng bekas luka di wajah, jerawat, flek-flek hitam, sekaligus berkhasiat pemutih instan. Terdengar luar biasa? Tapi aku tetap tidak percaya dan tidak tertarik sedikitpun. Aku dan anak-anak lain seusiaku yang ikut menonton hanya menikmati pertunjukan sulapnya. Membeli obat adalah urusan penonton dewasa. Bapak-bapak, ibu-ibu, kadang juga anak-anak muda dan perempuan-perempuan yang beranjak ABG dan mulai kecentilan.

 

 

*

 

"Barusan kamu main sulap atau debus?"

"....."

"Itu kenapa kelelawar bisa keluar dari mulut kamu?"

"...."

"Kamu pikir dengan mainan seperti ini kamu bisa jadi juara?"

"...."

"Lain kali jangan main yang norak kayak gini."

"...."

"Saya ulang. Lain kali pilih permainan yang lebih cerdas. Panggung ini perlu atraksi yang lebih keren."

"...."

 

Baik. Sekarang akan kuceritakan pelaku percakapan di atas.

Si penanya adalah Deddy Courbuzier, lawan bicaranya adalah salah satu peserta The Master, - ajang pencarian bakat magician yang pernah diadakan RCTI. Malam itu Master Deddy, - itu julukannya, sangat gusar dengan aksi berbahaya yang dilakukan kontestan berambut gondrong dan brewokan itu. Begini aksinya, peserta yang tak-pernah-mau-bicara-barang-sedikitpun ini berdiri di atas papan berpaku, lalu menjatuhkan diri di atasnya. Sebenarnya cuma itu, tapi gayanya didramatisir sedemikian rupa hingga penonton benar-benar menghela nafas dan sedikit tercengang. Ditambah dengan iringan musik horor dari studio membuat pertunjukannya setingkat lebih spektakuler. Dan ini puncaknya, setelah bangkit dari papan berpaku itu, si peserta yang masih-tak-mau-bicara-barang-sedikitpun ini berdiri mendekat ke penonton, memasang ekspresi seram, lalu membuka mulutnya, dan entah darimana datangnya tiba-tiba muncul seekor kelelawar. Tepatnya anak kelelawar, atau 'kampret' kalau dalam bahasa Jawa. Yeah! Kampret! Itu juga kalimat yang kuteriakkan saat kontestan bernama Limbad ini  menunduk hormat lalu meninggalkan panggung.

 

*

 

"Cuma seperti itu?" tanya Indi.

"....."

"Lalu bagaimana aku memilih nama cupcake kalau ceritanya cuma seperti itu?"

"...."

"Ah, masih cerita pertama. Semoga yang berikutnya jauh lebih baik."

"....."

"Cesa?"

"...."

"Jangan nyebelin ah," kata Indi sambil menampar pipiku pelan. "Kamu mau ikut-ikutan tak mau bicara seperti peserta.. Siapa tadi namanya? Limbung?"

"...."

 

PLAK!

Kali ini tamparannya satu tingkat lebih keras. Bukan dengan tangan, tapi dengan sebuah buku kecil yang ada di atas meja.

 

PLAK! PLAK!

Tamparan ketiga dan keempat. Satu tingkat lebih keras lagi. Masih dengan buku kecil itu. Tapi aku tetap bergeming dan memasang tampang datar.

 

"Terserah kamu deh," kata Indi merajuk. Tangannya merobek satu halaman kertas dari buku kecil itu. Dari sudut mataku kulihat Indi mulai sibuk menulis.

 

PLAK!

Tamparan kesekian. Aku tetap bergeming, tapi setengah mati menahan tawa. Tangan Indi lalu menyodorkan kertas berisi beberapa baris tulisan itu kepadaku. "Sudah. Jangan bertindak konyol lagi," katanya. "Semoga nama dan resep ini cocok. Jangan dikomentari," tambahnya.

 

Aku mengangguk, lalu mulai membaca tulisan di atas kertas itu;

 

Fallen Angel

• 1 1/4 cups all purpose flour
• 1 1/2 cups sugar
• 12 egg whites from large eggs ( enough for 1 1/2 cups)
• 1 1/2 teaspoon cream of tartar
• 1/4 teaspoon salt
• 1 1/2 teaspoons vanilla extract
 

Preheat oven to 350 degrees.  Line cupcake pans with paper liners.

Place egg whites in a large mixing bowl and beat at high speed until egg whites are frothy, approximately 1 minute.

Add cream of tartar, salt and vanilla to egg whites.  Mix at high speed until egg whites are almost stiff, approximately 4 minutes.

Add 1 cup of sugar gradually while mixing on low speed.  Scrape bowl.

Mix flour and remaining 1/2 cup sugar together and spoon 1/4 of mixture over egg whites, folding gently between each addition.

Pour batter into cupcake liners until they are 2/3 full.  Bake for 20 to 25 minutes or until tops are golden brown and cracks are very dry.

Cool cupcakes completely before removing from pan.

 

***




--
(oleh @monstreza)

No comments:

Post a Comment