Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

My Sassy Boy #2: bagikan sedihmu padaku, dan segera kita buang sisa sedih itu ke tong sampah terdekat.

Dear my sassy boy… why u looked so sad today? U know, it's seemed that u arechange ur name into "my-fragile-boy". 


Ingat tadi pagi? Kita banyak bercerita tentang ini itu, kau bercerita tentang game poker yang sering kau mainkan. Tentang temanmu yang menjual chip poker seharga 800ribu, dan tiba2 temanmu itu harus bekerja keras mencari-cari chip poker yang dijanjikan karena account temanmu keburu di banned dan uang hasil jualan chip poker itu sudah dihabiskan untuk makan-makan. Lucu dan membingungkan, menurutku. Mengapa kita tidak bercerita tentang cara menemukan golden eggs di game angry bird level 1-8 saja? Atau kita berbicara tentang cara menghilangkan seringai babi-babi hijau yang sangat menyebalkan itu? Tentu itu lebih mudah dimengerti, setidaknya olehku yang selalu kalah dalam bermain poker…


Kau, kau juga bercerita tentang kampusmu yang sedikit bergejolak, ngeri memang, tetapi itu menarik sekali saat kau bilang bahwa ruang kampusmu itu adalawarisan bangunan tempo dulu, dan bagaimana kau dan teman-temanmu mengibaratkan ruangan itu sebagai bahtera Nuh yang suatu waktu bisa menyelamatkan orang-orang sekabupaten dari bencana banjir, hehehe (dan aku berharap itu tak pernah terjadi ya). Aku juga tak mau kalah, aku juga bercerita tentang kampusku yang (mungkin) lebih pantas disebut hutan belantara atau taman safari. Dimana kau bisa kuliah sambil melihat monyet bergelatungan, atau melihat burung hantu yang sedang tidur, atau tupai-tupai lucu, ular yang melilitkan diri di pohon, atau sejenis biawak yang sering melata di belakang ruang kelasmu.. dan itu hanya dikampusku yah... lalu, kau tahu, walaupun itu cerita sedih, sebenarnya, aku senang sekali mendengarmu tertawa renyah disaat aku bercerita bahwa aku dan kedua sahabatku pernah dikejar monyet di dekat gardu listrik di kampusku, dan untung sekali waktu itu ada mobil yang lewat sehingga perhatian monyet itu teralihkan dan kami pun selamat. Aku tahu, kau pasti iri melihat kampusku yang seperti hutan yang bisa kau datangi disaat kau sedih atau sekedar lari dari penatmu, tapi kau tiba-tiba merasa aneh saat kubilang ada pemakaman umum di dalam kampusku. Ya, pemakaman umum yang benar-benar umum, tapi itu tak sehoror yang bisa dibayangkan dan tidak akan pernah sehoror yang kita bayangkan^^.

Tapi, sore ini, kau terlihat begitu rapuh, terlihat sedih sekali. Dan disaat inilah sesungguhnya aku sedikit tersiksa, disaat kau butuh seseorang dan aku tak bisa jadi seseorang yang akan memelukmu, dan berkata tidak apa-apa, hujan akan segera berakhir, dan pelangi pun sudah tidak sabar menunjukkan senyumnya padamu. sungguh, sepertimu, aku juga tak sanggup melihatmu menangis. Iya, dunia tak selalu berpihak pada kita, tapi jangan khawatir, anggaplah aku pohon-pohon rindang yang ada disekitarmu yang akan melindungimu dari panas matahari, anggaplah aku senter kecil yang akan menerangi jalanmu di malam-malam gelap, kau tak pernah sendiri. Ayo berbagilah, kesedihan itu tak boleh kau makan sendiri. Aku tahu, ini tidak pernah mudah, tapi kau harus kuat, kau tak boleh kalah sekarang, katamu kau sudah melewati ini beberapa tahun lalu, dan sekarang pun kau pasti bisa melaluinya, dan kalau kau tidak berkeberatan, izinkan aku jadi tempatmu berbagi sedih, lalu segera, sisa sedihnya kita buang ke tong sampah terdekat ya... 

Kau yang selalu berpikir bahwa kau "hancur" karena broken home. Kau tahu, jika aku terlalu meratapi yang terjadi 2 tahun lalu, mungkin aku juga merasa "hancur" karena broken home. Tapi kita tidak, kita bukanlah dua orang yang broken home. Menurutku, broken home hanya pantas dikalungi di leher anak-anak yang gagal bertahan diri atas kebobrokan kondisi orang tua mereka, entah itu bercerai atau yang lain-lain. Broken home pantas untuk mereka yang tak bisa terima akan keadaan orang tua mereka lalu mereka akan berbuat hal-hal negatif yang dapat merusak diri mereka sendiri sebagai pelampiasan mereka karena tidak terima dengan keadaan itu. Kau lihat aku, kita baik-baik saja, mungkin kadang kita memang merasa sedih dan kurang beruntung, tapi kita masih bisa berada di jalan yang benar kan, kita masih bisa bertahan walau harus tertatih-tatih, kadang terjatuh sebentar, lalu bangun dan terus berjalan. Kita bukan korban broken home, sayang. 

Sekarang, aku akan berbagi rahasia padamu, aku tak pernah menganggap ini mudah. Aku pembohong, aku tak pernah bercerita kepada teman-teman atau bahkan sahabatku sendiri tentang ayah dan ibuku, mereka tak pernah tau jika orang tuaku sudah berpisah 2 tahun lebih. Jika kukatakan pada mereka, aku dan teman-temanku tidak akan bisa bebas lagi bergosip tentang artis-artis yang bercerai, mereka akan membatasi diri dan aku pun akan tidak enak hati. Aku tak mau mereka membuat batasan pada diriku, aku tak ingin dikasihani hanya gara-gara orang tuaku yang bercerai, jadi lebih baik semua itu kusimpan saja dan biar waktu saja yang membuat mereka tahu rahasiaku. Selain itu, untuk menenangkan diriku, aku selalu mencoba untuk berpikir dari sudut pandang orang tuaku, aku yakin mereka pun tak ingin berpisah, tetapi mereka harus. Mereka punya pilihan; hidup memendam sakit demi kebahagiaan anak-anaknya atau berpisah saja. Tentu, mereka pasti berpikir untuk tidak memilih 2 pilihan yang sama-sama menyakitkan itu, tetapi setidaknya mereka harus tetap memilih. Disini, aku sebagai anak mereka, membiarkan mereka memilih pilihan kedua saja, dengan berat hati aku biarkan mereka bercerai. Pada awalnya semua itu memang tak pernah mudah, sampai sekarang pun tak pernah jadi mudah. Tapi setidaknya kita harus tetap berjalan kedepan kan..

Sekarang, kau tahu rahasiaku, ternyata kita sama buruknya ya. Tetapi, sekali lagi kukatakan padamu, jangan pernah anggap dirimu sebagai korban broken home, kita adalah anak-anak yang bertahan, yang kuat melewati cobaan ini. Masih ada Tuhan, Tuhan itu adil, Tuhan itu tidak pernah tidur, Tuhan akan menolongmu, menolongku, menolong kita. Mungkin memang sekarang belum saatnya, semua sudah ditakdirkan untuk yang berusaha. Karena itu, kan jangan jatuh sekarang, kau harus berusaha dan harus kuat, dan perbanyak berdoa setiap hari dan terutama di setiap malam. Dan disaat kau merasa dunia tak adil, dan kau merasa menjadi manusia yang tak berarti, ingatlah wajah mamah-mu, wajah adikmu, kau berjanji akan jadi orang yang sukses dan membuat mereka bahagia, kan? Jadi, jangan pernah menyerah sekarang. 

Berjanjilah padaku, kau tidak pernah sendiri, dan disaat kau bersedih pun, ada aku disana, bagikan sedihmu padaku, dan kita akan segera menutup sedih itu dengan cerita-cerita kita yang samar-samar akan menghapus sedih itu, segera. Berjanjilah padaku, disaat kau terpuruk, kau akan bangkit lagi karena kau masih punya mamah dan adik perempuan yang harus kau bahagiakan, sayang. Aku tak mau kau jadi "My Fragile Boy" lagi, tetaplah jadi " My Sassy Boy" yang tegar dan dewasa, dan bijaksana dan pintar, dan jangan lupa, aku mencintaimu...




-(oleh @buku_ku - http://aintadaydreamer.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment