Tentang 30 Hari Cerita Cinta

14 September 2011

Chemistry : 2

Chemistry : PhD

PhD

Kenapa sih susah bener cari lelaki yang baik? Satu aja! Yang ngerti ama perempuan. Kalo ada, i'll consider him as a perfect guy.

|Leah|



L e a h

Pernah suatu ketika aku mengalami titik jenuh. Bosan sekali.  Berpindah dari satu kota ke kota lain di Indonesia. Mengikuti pekerjaan papa. Jadi, mama, Kak Lila juga aku serasa penduduk nomaden gitu. Waktu Kak Lila berusia 17, Papa memutuskan untuk meninggalkannya di Surabaya. Membawa serta aku yang saat itu masih kecil beserta Mama berpindah – pindah. Tujuh tahun di Beijing ditambah dengan  tiga tahun di Singapore membuatku mahir berbahasa Inggris dan Mandarin.
"Why we keep moving on like this, Dad? I miss my sister, you know." Ayah tersenyum. "One day, you'll know."
"Can I just stay in Surabaya with Lila? Please?". Aku ingat permohonan itu. Dan juga ingat ketika Papa mengabulkan permintaanku. Saat itu, usiaku 15 tahun. Mama melepas kepergianku dengan air mata.
"Don't cry, Dad is a perfect husband. One day, I'm gonna marry someone like him." Itu ucapku pada Mama saat itu. Mama cuma tersenyum bijak.
Bertahun – tahun setelah itu, aku baru sadar arti senyum Mama. Papa kembali menjadi orang yang berbeda. Tak peduli pada keluarga. Mama memilih untuk tinggal sendirian di rumah yang dibelikan Papa. Kami putri-putrinya memilih tinggal berdua di sebuah apartemen. Yang jelas, tak ada lagi dalam mimpi masa depanku mencari lelaki seperti Papa untuk dijadikan suami. Hell No!
Kembali ke masa kini, di sudut ruang meeting, bersebelahan dengan engineer tengil yang juga sahabat baikku, Ferdiansyah Sukmo. Aku heran kenapa juga nih Sukmo duduknya ada di sebelahku.
"Eh bocah, kamu ngapain sih duduk sebelahku? Sejak kapan engineer naek level duduk ama asisten Direktur? Pindah!" Aku mengatakannya dengan nada satu oktaf lebih tinggi dari biasanya. "Ya ampun Le, seruangan ini kagak ada yang bisa bikin mata melek tauk! Paling enggak kalo aku duduk sebelahmu kan lumayan, ada pemandangan seger gitu." Ferdi mengatakannya dengan kedip mata menggoda. "Ih, kamu, ngimpi aja mulu, awas ya kalo gangguin aku!" Aku memalingkan muka. Fokus pada presentasi menjemukan.
                Merasa terjebak di situasi meeting yang menegangkan dan membosankan. Menegangkan karena semua saling adu urat, membosankan karena isinya eligible engineer tapi gak ada yang bisa digaet. Aku mulai memencet tombol Blackberry-ku. Mulai mencari nama di messenger list-ku buat diajak ngerumpi di sela – sela meeting menjemukan ini ketika tiba – tiba bos termuda di kantor ini slash bosku berkata, "Leah, I need you to schedule business trip to Singapore for Danar and James." Aku mencatat di blackberry-ku. "They're going next week." Damn it! Enak banget sih engineer – engineer ini. Aku yang selalu bikin schedule trip mereka aja jarang – jarang bisa keluar negeri karena dinas. Boro – boro deh, kalo mau trip yah diurusin pake duit sendiri. Cih! Dunia emang gak adil deh!

Welcome to the jungle, Love.

F e r d i
                Perempuan di sebelah gue ini namanya Leah Isla Wirawan, 24 tahun, personal asisten paling muda di kantor ini. Jangan salah, bos dia juga bos paling muda dan paling handsome di Boilers Building Industries se Indonesia. Kenapa jadi ngebahas bos dia yah?
                Leah ini pinter, jenius, cerdas tapi judesnya amit – amit, ngalahin emak gue. Heran deh gue, kenapa bisa berteman baik ama Leah? Gue masih inget waktu ketemu pertama kali ama Leah. Waktu itu, gue freshman engineer di kantor ini. Di kantor segede ini gak ada lift, otomatis naik ke lantai 3 mesti manual alias pake kaki naik tangga. Gak sengaja papasan ama Leah dan nabrak dia yang lagi bawa banyak dokumen.
                "Eh kamu kalo jalan liat – liat dong, dokumenku jadi berantakan kemana – mana kan? Pungut! Bantuin beresin!"
                Amit – amit deh, ada gitu perempuan cantik tapi judesnya ngalahin macan kayak Leah begini. Begitu selesai ngeberesin tuh dokumen, Leah ngasi tangan kosongnya, salaman sembari bilang, "Kamu engineer baru yah? Aku Leah."
                "Ferdi. Kok tau aku engineer baru?" Leah senyum. Sedikit meremehkan. "Pantesan kamu rapi banget. Welcome abroad di Boiler Building Industries, Fer. Enjoy working here!"
                Sejak menit itu, aku tahu memang begitulah adanya Leah. Judesnya dia itu untuk menunjukkan kalau sebenarnya dia peduli ama orang lain. Dan kami berdua jadi sahabat baik di kantor. Well, di luar kantor juga deng. Secara Leah hobi nonton midnight dan aku hobi dugem sampe mampus. Aku, Ferdiansyah Sukmo, lajang 29 tahun, engineer bergaji ribuan euro sebulan dan bersahabat baik dengan Leah, si judes yang notabene cantik dan pinter tapi gak juga sadar bahwa di ruangan meeting ini dia jadi mangsa peserta meeting.

Sametime Connect 7.5.1
Sukmo, Ferdi : Pagi cintaahhhh
Wirawan, Leah Isla : Eh bocah, meeting tauk, kok malah ngajak IM an seehh?
Sukmo, Ferdi : alaahh.. bodo deh, elo nyadar gak tuh si bule jangkung merhatiin elo terus? Senyum2 gak jelas begitu?
Wirawan, Leah Isla : sadar lah! Kamu pikir radar perempuanku gak nyala gitu.. biarin aja deh!
Lalu, lampu IM Leah berubah 'Don't disturb me!'
                Tapi diam – diam aku tertawa, Jerome, bos Leah, baru saja memberikan pekerjaan yang gue tahu bikin Leah ngomel selama 24 jam non-stop. Kesian bener nih bocah.


- (oleh @WangiMS - http://berceritacinta.wordpress.com)

No comments:

Post a Comment