Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Annica #1

#1


Aku selalu suka dengan hujan.
Aku selalu suka ketika melihat air hujan turun dan menerpa kaca jendela.
Aku selalu suka ketika melihat air hujan turun.
Aku selalu suka dengan semua hal tentang hujan.
Karena hujan mampu membuat aku kembali ke masa – masa tentang kamu, baik dan buruk, semua bisa aku ingat, bukan dengan tetesan air mata. Tapi dengan senyuman aku bisa mengingat semuanya.

- Annica -

"Selamat pagi semuanya, hari ini kita kedatangan tamu dari kantor pusat, perkenalkan ini adalah Annica Sudjono. Beliau adalah senior Finance Accounting di kantor pusat, beliau akan membantu di kantor kita sampai kita mendapatkan finance manager baru untuk kantor kita. Silakan ibu Annica memperkenalkan dirinya"
"Selamat pagi, seperti yang telah dijelaskan oleh Pak Ibnu, nama saya Annica Sudjono dan saya akan membantu bagian finance untuk sementara, mohon bantuan teman-teman semuanya. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Terima kasih"

Aku memperhatikan wajah-wajah yang ada didepanku ini dengan seksama. Aku berada disini, di salah satu kantor cabang perusahaan tempatku bekerja karena finance manager di kantor cabang ini berhenti dan masih belum ada penggantinya.

"Baiklah, saya rasa perkenalannya cukup ya. Jika ada yang ingin meminta bantuan, saya rasa ibu Annica tidak akan keberatan sama sekali jika diganggu di ruangannya. Ibu Annica akan tetap menempati ruangan Pak Jamal. Semuanya silakan kembali bekerja, dan ibu Annica, mari saya antar ke ruangan"
"Baik, terima kasih Pak. Mari semuanya, selamat bekerja"

Barisan orang-orang itu perlahan menghilang, masing-masing kembali ke ruangan dan meja mereka. Dan aku, berjalan mengikuti Pak Ibnu, branch manager kantor ini, menuju ruangan Finance yang biasanya ditempati oleh Pak Jamal, finance manager sebelumnya.
Pak Ibnu membuka salah satu ruangan yang ada di pojok lantai, tidak besar tapi juga tidak terlalu kecil, ada satu meja besar di tengah ruangan, di belakangnya berdiri kokoh kaca jendela gedung, langsung menghadap ke jalanan di luar.
Kantor ini ada di lantai 5, dan aku selalu senang dengan formasi seperti itu.

"Ibu Annica, ini adalah ruangan anda, jika ada keperluan apapun silakan menghubungi saya atau dengan Nancy sekretaris saya"
"Baik, terima kasih Pak Ibnu"
"Iya sama-sama Ibu, justru saya yang sangat berterimakasih karena Ibu mau datang ke kantor saya dan membantu saya dengan urusan yang ditinggalkan Pak Jamal, saya hanya masih tidak menyangka kalau bisa seperti ini akhirnya"
"Apa pegawai disini semuanya tidak ada yang tahu dengan apa yang terjadi Pak?"
"Semuanya memang diam, tapi saya yakin mereka tahu. Kantor mana yang dindingnya tidak bisa berbicara Bu?"
Aku hanya tersenyum mendengar komentar sarkastik Pak Ibnu, tapi memang benar, apa yang bisa disembunyikan di sebuah kantor. Semua dinding rasanya bisa berbicara.
"Baiklah, saya kembali dulu ke ruangan saya, jika ada perlu apapun, silakan hubungi line telpon saya. Ohya, pantry ada di ujuang ruangan didepan itu, dan jika membutuhkan OB, ibu bisa menghubungi nomor 505, itu line telpon di pantry" jelas Pak Ibnu
"Baik Pak, terima kasih"
"Permisi Bu Annica, selamat bekerja"
Aku hanya menganggukkan kepalaku sedikit dan mundur selangkah untuk memberi jalan untuk Pak Ibnu.
Pak Ibnu adalah lelaki berusia hampir 50 tahun, beliau sangat ramah dan baik, dari antara semua kepala kantor cabang perusahaanku, Pak Ibnu adalah salah satu dari tiga kepala kantor cabang terfavorit, karena beliau sangat kebapakan, dan tidak pernah memarahi satupun pegawai kantornya.
Wajahnya terlihat berbeda sekarang, aku memang sudah lama tidak pernah bertemu beliau, hampir satu tahun. Dan aku lihat, wajahnya semakin menunjukkan kalau kantor ini memang cukup bermasalah.
Aku tahu, dan aku juga sudah dengar, kantor cabang Pak Ibnu adalah kantor cabang dengan kekacauan manajemen yang lumayan, dan semua kekacauan itu rasanya sekarang menambah raut kelelahan di wajah Pak Ibnu.

Aku menaruh tas kerjaku diatas meja kerja di tengah ruangan itu. Aku berjalan ke arah jendela, menatap lalu lintas di bawah sana.
Aku selalu menikmati saat-saat seperti ini, bisa menatap ke jalanan diluar. Ini adalah salah satu terapi dari kepenatan jam kerjaku.

Aku, Annica Sudjono, financial and accounting director di Bentleyment Corporate, sebuah perusahaan dengan beberapa divisi didalamnya. Ada divisi property, jelas mengurusi semua hal tentang property, dari pembangunan, pemasaran, pengurusan surat-surat juga masalah jual-beli. Lalu ada divisi konsultan manajemen, dimana didalamnya mengurusi perusahaan-perusahan yang membutuhkan image, visi misi, dan SOP perusahaan serta mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan manajemen perusahaan, terutama mengenai marketing perusahaan. Lalu divisi terakhir adalah kantor distribusi untuk beberapa produk impor dari luar, kebanyakan adalah mesin-mesin berat dan sparepartnya.
Dan semua divisi itu memiliki kepala divisi masing-masing, punya direktur utamanya sendiri. Dan juga punya masing-masing kantor cabang dan ketentuannya sendiri.
Aku sendiri mengurusi semua kegiatan finance yang ada didalamnya bersama tim finance and accounting yang terdiri dari 15 orang, semua laporan kegiatan financial di perusahaan ini pada akhirnya akan masuk ke ruanganku untuk diperiksa dan dipertanggungjawabkan ke direksi.
Pemilik dari Bentleyment Corporate adalah Robert Sudjono, yang tidak lain adalah papaku sendiri. Divisi property ditangani oleh Anthony Bernard atau Abe, kakak pertamaku. Divisi konsultan manajemen ditangani oleh Ricky Sudjono, kakak keduaku. Sedangkan kantor distribusi masih ditangani oleh papa, seharusnya beliau memang tidak ikut campur lagi dengan semua masalah di kantor ini, tapi kantor distribusi adalah awal perjalanan perusahaan ini, dan papa jelas tidak akan melepaskan hal itu. Papa seorang workaholic sejati, dan menurut mama, sikap itu turun ke semua anak-anaknya.
Mama sendiri adalah ibu rumah tangga sejati, beliau adalah satu-satunya yang menjadi alarm kami ketika sibuk di kantor. Mama akan terus tidak berhenti 'mengganggu' kami kalau sampai jam 7 malam, jam makan malam bersama kami di rumah, kami belum duduk manis di ruang makan. Dan mama, jelas adalah koki paling hebat.
Aku masih punya seorang adik lelaki, Randy Sudjono, dia masih kuliah semester 5 di Bandung. Dan dia adalah satu-satunya anak papa yang sama sekali ngga mau terjun ke dunia bisnis, untuknya dunianya adalah fotografi, dan aku akui he's a great photographer. Dan dia sangat serius menjalani hobi dan cita-citanya itu.

Aku menarik kursi dan duduk diatasnya, melihat berkas-berkas yang ada diatas meja. Masih ada beberapa benda-benda milik Pak Jamal sepertinya yang tertinggal diatas meja, aku merapikan tumpukan berkas-berkas itu, merapikan barang-barang yang aku pikir pasti bukan milik kantor dan memasukkannya ke dalam kotak kecil yang ada disalah satu laci.
Sebenarnya bukannya tidak ada yang bisa menggantikan posisi Pak Jamal di kantor ini, ada beberapa rekan kerjaku satu tim yang juga kompatibel untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan, tapi dua hari yang lalu, Pak Robert yang juga Papaku itu memanggil dan menyerahkan tugas agung ini ke tanganku.
Ya, melihat keadaan disini, rasanya pantas jika beliau menyuruh seseorang yang bisa dipercaya untuk memegang rahasia perusahaan dan menyelesaikan semua keruwetan di kantor ini.

Ricky: at Puri office?
Annica: iya, uda di ruangan finance nih. At office?
Ricky: iya, have a meeting with Dad in 5 minutes. The same problem
Annica: hope I am there. I think I know keruwetan disana
Ricky: better lu ngga disini, bawaannya Andre uda busuk dari tadi pagi, kayaknya kena semprot sm Abe
Annica: Abe bisa marah juga?
Ricky: hahahaha….gue bilangin lu ke dia :p iya, gara-gara surat perjanjian, jarang-jarang kan Abe mau ikut campur masalah begituan. Tapi kalo berhubungan sama 15 unit rukan, gue rasa lu ngerti deh
Ricky: Dad coming, talk to you later
Annica: oke

Aku melihat ke arah tumpukan berkas di atas meja. Ya, baiklah, sekarang sudah waktunya bekerja.


                                                                                       
- (oleh @luilliciousmey - http://luilliciousmey.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment