Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Soup Brokoli Asam Manis #1

“…Ibu, kapan mereka berhenti menjajah kita?! apa salah kita sebenarnya?! seluruh kemauan mereka sudah dipenuhi oleh hasil kerja rodi laki - laki di negara kita, termasuk ayah!!!…”

seorang anak gadis muda ini bertanya dengan nada membentak.
dia bernama Reta. satu - satunya gadis muda di wilayahnya.
setiap hari yang dilakukannya hanyalah memandang kaca jendela ruang tengah rumahnya sambil bertanya hal yang sama pada tiap orang yang ada di sekitarnya.

Ibunya tidak pernah menjawab pertanyaan gadis muda ini. dia hanya menangis dan terdiam sepanjang harinya sambil melakukan pekerjaannya sebagai Ibu rumah tangga.
Ayah dari gadis muda ini adalah keturunan Portugis. orang tua ayahnya dibunuh oleh Belanda di abad ke-17 ketika Belanda mulai menduduki wilayah Hindia-Belanda.
dan sekarang Ayahnya harus tunduk pada Belanda, bekerja keras demi perusahaan Belanda yang bernama VOC ( Verenigde Oostindische Compagnie / Perusahaan Hindia Timur Belanda ) sebagai perusahaan terkaya di dunia pada abad ke-18 ini untuk terus berjaya.

____

“Ayah, coba lihat gubuk sebelah. itu bukan lagi sebuah gubuk jika aku melihat gadis cantik itu memelas di kaca jendelanya. apa boleh aku mengenalnya?”
“tidak boleh! jangan kamu sentuh satupun gadis di Hindia-Belanda. mereka budak kita.”
“tapi mengapa ayah menikahi seorang wanita dari Hindia-Belanda?”
“Ayah menikahi dia bukan karena cinta. Ayah lebih memilih perkebunan rempah - rempah yang dimiliki oleh keluarganya”

seorang pria muda yang tampan berambut pirang ini hanya bisa terdiam. dia bernama Jan.
anak semata wayang dari ayahnya yang kejam dan juga merupakan tangan kanan dari ketua VOC, Thomas Stamford Raffles.
Jan sangat patuh kepada Ayahnya. dia mempunyai cita - cita ingin menjadi ayahnya yang berani dan bisa membuat banyak orang tunduk pada dia.

di sebuah pagi di desa ini, sepasang kaki cantik sudah bersiap - siap ke perkebunan brokoli belakang gubuk untuk memetik sebagian kecil brokoli yang belum dipetik hari sebelumnya oleh para pekerja rodi.

“sepertinya cuma burung - burung itu yang bahagia di pagi hari ini. masih bernyanyi berdampingan dengan pasangannya. mungkin saja itu kabar baik. ya… walaupun ini selalu aku ucapkan tiap pagi hari. tapi apa salahnya berharap”
“memangnya apa harapanmu? mungkin aku bisa mengabulkannya. tenang saja, ayahku menjadi penguasa juga di negara Hindia-Belanda ini.” ternyata ada Jan di perkebunan itu.

“aku hanya ingin melihat ayahku! sejak aku lahir orang - orang di negerimu terus - menerus mempekerjakan ayahku hingga aku sebesar ini! aku ingin ayahku kembali ke rumah, bersama keluarga menikmati soup brokoli buatanku yang selalu aku buat untuk sarapan sehari - hari di rumah. pasti akan sebahagia para burung - burung kecil itu.”

“siapa nama ayahmu?”

“Tanya saja ayahmu! aku tidak tau. Ibuku tidak pernah bercerita sedikit pun tentang dia. tersenyunm padaku saja dia tidak pernah! satu - satunya lukisan wajah ayahku pun dibakar oleh ayahmu!”

Jan hanya terdiam melihat Reta yang masih memasukkan brokoli - brokoli hijau yang segar ke dalam keranjangnya sambil meneteskan air mata. Sehingga pada saat Reta hendak pergi…

“OK, aku akan menanyakannya kepada Ayahku. siapa ayahmu dan berada di mana dia.”

…tanpa kata - kata Reta pergi meninggalkan Jan di kebun brokoli itu.

“JAN! kamu tidak akan menjadi seperti ayah jika kamu masih bergaul dengan budak kita! apalagi dengan keluarga Abran gubuk sebelah itu!” marah ayahnya pada Jan ketika di rumah.

Ya, didapatnya nama ayah dari seorang gadis tercantik di wilayah itu. Abran!
sore harinya Jan menghampiri Reta yang duduk di sebuah batu di taman.

“hai, kamu :)”
“ada apa?”
“aku sudah tau nama ayahmu. nama ayahmu Abran”
“Abran? wow… namanya bagus… nampak gagah… pasti ayahku gagah… kapan kamu membawanya kemari?”
“kita tunggu sampai waktu yang tepat. pasti akan aku bawa ayahmu kemari. tenang saja ya. oh ya, aku belum tau namamu. aku Jan. namamu?”
“aku Reta”
“namamu lucu. apa arti dari namamu?”
“aku tidak tau. ibuku….”
“oh iya, kau sudah menjelaskannya. hmmm… di sore hari apa yang sering kau lakukan?”
“aku hanya pencinta brokoli yang selalu berfikir damai ketika melihat langit sore. hanya ada di langit ini nampaknya tidak ada penjajahan dan peperangan. terkadang aku merasa seperti negara dimana ayahmu berasal. Belanda. yang menaklukan negara Hindia-Belanda dengan mudahnya. aku sekarang seperti itu. aku seperti menaklukan semua rasa keegoisan. dan aku akan menebar rasa cinta ke semuanya. agar tak terlihat ada perbedaan di dunia ini.”
“kamu, si pencinta brokoli. mungkin aku salah memilihmu untuk menjadi seorang teman dekat. aku lebih menyukai peperangan. kalau bumi ini damai, tidak seru. semua orang memiliki cinta. sedangkan aku? aku tidak diperbolehkan memiliki cinta sampai aku menjadi seperti ayahku nanti.”
“kamu salah. jika kamu melihat dunia seindah langit sore yang berwarna merah ini, apa dunia mengharapkan ada peperangan di dalamnya? dunia lebih mengharapkan cinta. dengan cinta, satu peperangan besar bisa sekejap berhenti. cinta yang memerangi peperangan itu. cinta juga butuh perjuangan. asal kamu tau.”
“aku masih belum cukup mengerti maksudmu.”
“yasudah, kamu masuk ke rumahku saja. kita berbicara sambil menyantap soup brokoliku. aku akan buatkan soup brokoli untukmu.”
“aku tak suka brokoli”
“kamu akan menyukainya…”

___

“bagaimana? apa sekarang kamu suka dengan brokolinya? dan apa kamu sudah mengerti dengan cinta? semoga saja kamu mengerti. kebetulan sudah larut malam. nanti ayahmu bisa marah dan menembaki seisi rumah.”
“aku masih kurang begitu suka dengan brokoli ini. tidak ada rasanya. tapi aku senang melahapnya sambil mendengar dirimu bercerita tentang cinta. besok - besok bolehkah aku datang kesini lagi dan mendengar ceritamu lagi?”
“boleh saja, teman :)”

malam ini mereka pun menjadi teman walaupun disampingnya ayah Reta tersiksa karena ayah Jan.

esok pagi Jan pergi ke tempat ayahnya memantau para pekerja rodi di perkebunan rempah - rempah terbesar di pulau Jawa. sambil memantau, Jan bertanya pada setiap pekerja yang lewat akan keberadaan pekerja yang bernama Abran.
banyak yang mengenal sosok Abran ini. tapi entah dia ditempatkan di perkebunan rempah - rempah atau sayuran. sebuah tembakan terdengar pada sebuah ladang yang lumayan jauh dari tempat Jan berdiri. itu ayahnya. ayahnya sering sekali menembaki pekerja yang sudah sangat lemah dan tidak bisa bekerja lagi.

Jan menghampiri ayahnya. itu berada di perkebunan sayuran. perkebunan brokoli tepatnya.

“hey Jan! kamu tau? ini adalah ayah dari temanmu itu. dia Abran!”
“kenapa ayah menembakinya? padahal dia sudah kurus kering dan lemah! ayah tidak punya sedikitpun kasih sayang pada orang lain!”
“ayah hanya tidak suka kamu berteman dengan budak kita. yang seharusnya kita injak harga dirinya! ingat! kamu akan menjadi sepertiku kelak! bukankah kamu menginginkan jabatan seperti ayahmu ini?!”

Jan hanya terdiam melihat mayat yang digeret paksa oleh anak buah ayahnya. dan dibakarnya bersama - sama dengan bangkai korban yang lainnya. entah apa yang akan dikatakannya pada teman pertama di hidupnya. seseorang yang juga membuat Jan jatuh cinta untuk pertama kalinya...

Bersambung...

- (oleh @rezalize - http://rezalize.tumblr.com )

No comments:

Post a Comment