Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Selarik Rindu: Pelangi Langit #1

Desember 2010. Langit pucat dengan awan kelabu. Tidak ada kilat yang
menyambar hanya gerimis kecil-kecil yang urung berujung. Seharusnya
memang bulan ini bulan-bulan musim penghujan, tapi langit pucat dengan
awan kelabu dan gerimis kecil-kecil itu hanya tampak di hatiku. Kini
sudah tepat setahun berlalu, gerimis rindu masih hampir persis seperti
dulu, bahkan lebih riuh. Salahku hanya satu, membiarkan rindu tetap
hidup dari setahun lalu. Terlalu asyik berlindung di balik redup lampu
berharap dapat menggapai kembali mimpi-mimpi yang lalu-lalu, namun
yang ada hanya hujan haru. Rindu.
"Apa kriteria pria impian mu?" tanya nya beberapa waktu. Aku gelagap,
baru saja semalam kami memutuskan untuk menyudahi semua tentang rasa
yang pernah kami jahit dengan bintang-bintang sebagai benang nya,
saking indahnya. "Aku mau mencoba mengusahakan untuk menjadi yang
terbaik untuk mu" tambahnya lagi setelah aku sibuk berteriak dalam
bisu.
"Mak..maksud kamu?" tanyaku balik.
"Tentang semalam. Aku sudah tidak tidur semalaman memikirkan
perbincangan kita. Bisakah kau tunggu aku, sampai selama waktu, tetap
simpan rasa itu?"
Seketika aku jadi kupu-kupu yang mempunyai sayap merah muda dengan
corak ungu. Pipiku juga ikut memerah jambu. "Aku mau..." jawabku
buru-buru "Aku mau tunggu kamu..." tambahku lagi sambil mengulum bibir
sendiri. Gemas berkecamuk.
Aku rasa Tuhan sudah menuliskan nama kami dalam satu helai daun yang
sama. Dengan batang mewakilkan rasa yang kuat, serta akar sebagai
mimpi yang masih terkubur jauh di dalam, juga pohon yang masih dini
itu cinta kami.
"Aku mau IP ku naik dulu, setelah itu aku mau lanjut ambil pelatihan
kepolisian mungkin 2 tahun. Selama itu, aku berusaha jadi yang terbaik
untuk kau banggakan di depan orangtua dan keluarga mu saat tiba waktu
aku datang ke rumahmu"
Aku tersenyum cerah sampai –sampai mentari menenggelamkan dirinya
lebih cepat dari biasa. Awan juga terlihat lebih banyak dari kemarin.
Dan seluruh langit tertutup pelangi.
"Lalu kita akan ke Bali, berjalan di pasir yang putih setelah kita
berhasil mengikrar janji di hadapan Illahi.." katanya di hari setelah
hari kemarin. Kata apalagi selain kata amin yang bergema di hati ini.
Bukan lagi kupu, aku sudah tumbuh menjadi burung remaja yang lagi
genit-genitnya mengangkasa. Cinta membuat tubuh ku menjadi tiga kali
lebih ringan. Sampai-sampai aku sanggup mengayuh awan putih, mengejar
mu sampaii batas mimpi. Langit menjadi laut dan hatinya adalah
dasarnya. Kini aku sedang menuju kesana, kedasar hatinya.
Aku biarkan ia masuk membasuh legam nya lebam hati, menyeka sisa-sisa
patahan hati dan menjahit ulang lubang-lubang yang masih menganga.
Suara nya bagai dentum rebana yang berdegup-degup namun syahdu. Hatiku
segemerlap lantai dansa yang tengah diinjaki oleh dewa dewi cinta. Dan
cinta itu adalah musik medley yang tidak akan pernah kami buat
berhenti.

- (oleh @PenaAwan - http://penandilaga.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment