Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Little Magdalena: Prolog

"Kenapa kamu tak buka toko ini 24 jam?" tanyaku sambil membuka kaleng root beer dingin yang baru saja disodorkan Indi. Pandanganku kemudian menyapu sekeliling ruangan yang masih berbau cat. Tembok coklat dengan hiasan beberapa pigura bergambar poster film bergaya avant garde, jam dinding antik dengan angka-angka romawi dan burung hantu lucu bertengger di puncaknya, kursi-kursi kayu yang dipasang terbalik di atas meja, papan tulis kosong di balik mesin kasir, etalase kaca yang juga masih kosong dan belum ada lampunya, jendela kaca bergambar cupcake dan ice cream cone, dan sebuah papan tergeletak di lantai bermotif kotak catur hitam putih. Tertulis di papan berwarna hijau tua itu dengan cat putih dan huruf-huruf artistik: Little Magdalena Ice Cream and Cupcakes

"Itu namanya?" tanyaku sambil menunjuk papan itu.

"Iya." Jawab Indi.

"Seperti judul opera sabun."

"Whatever.Aku sudah memikirkan nama itu berbulan-bulan. Magdalena berarti cupcake dalam bahasa Spanyol."

"Kenapa tidak membuka kedai kopi saja?" aku kembali bertanya sambil menyeruput minuman di tanganku."Kedai kopi selalu jadi tempat romantis bagi banyak orang," lanjutku kemudian."Ada yang menyebutnya tempat menunggu, tempat bertemu kembali, tempat selingkuh, tempat sepasang kekasih yang mau balikan, dan banyak lagi," aku terus mengoceh."Kau ingat-ingat saja, ada berapa film atau buku yang selalu menjadikan kedai kopi sebagai salah satu setting adegan romantis?"

"Sangat banyak," jawab Indi sambil tersenyum. "Aku juga suka menonton film-film seperti itu. Tapi di daerah ini sudah ada kedai kopi. Lagipula aku lebih tertarik dengan cupcake. Aku membaca banyak buku tentang itu. Cara membuat cupcake, takaran-takaran yang tepat untuk membuat krimnya, rahasia di balik topping-topping cantik dan menggoda itu. Ada banyak lagi. Cupcake tak boleh hanya terlihat indah, cantik, dan menyenangkan dari luar, tapi juga harus lembut dan manis di dalamnya. Seperti itu seharusnya kita jadi manusia bukan?" "Oh. Jadi itu makna filosofisnya? Boleh juga."

"Kurang lebih demikian."

Aku mengangguk tanda paham. "Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa tempat ini tidak coba kamu buka 24 jam?"

"Cesa," Indi menatapku sambil menahan senyum. "Mana ada toko cupcake buka 24 jam? Orang-orang mungkin hanya akan datang di pagi hari, beberapa mungkin saat jam makan siang atau sore hari sepulang kantor. Sisanya mungkin akan datang pada malam hari. Tapi tak sampai jam sepuluh malam mungkin mereka sudah pulang. Tak akan sampai larut malam, apalagi begadang di sini."

"Ah sayang sekali. Padahal 24 itu angka penting."

"Maksud kamu?"

"24 itu angka penting," ulangku. "Pernah kubaca di buku. 24 adalah awal yang baik. Ada banyak pasangan memutuskan menikah di usia 24, ada juga orang-orang yang memulai babak baru kehidupan mereka setelah terpuruk di usia 24.."

"Sebentar," potong Indi. "Aku juga pernah membaca itu. Tapi bukannya life begins at 30?"

"Ah. Itu kan bisa-bisanya mereka yang belum ngapa-ngapain sampai umur 30."

"Hmm.."

"Dan kamu juga pasti tahu," lanjutku makin antusias. "Ada banyak orang terkenal yang sedang dalam masa keemasan, namun sayangnya mereka meninggal di usia 24."

"Oh ya? Aku baru dengar cerita seperti itu."

"Kurt Cobain, Jimmy Hendrix, Janis Joplin, Amy Winehouse.." Jelasku. "Sepertinya masih ada beberapa orang lagi. Publik menamakan mereka Club 24."

"Ngarang!" Ketus Indi. "Itu Club 27!"

"Ya ya ya. Club 27," aku mengangguk. "Kamu bisa buka toko ini 27 jam."

"Cesa!" cetus Indi sebal. Nada bicaranya mulai merajuk. "Seriuslah sedikit. Kali ini aku benar-benar perlu bantuan kamu."

"Oh. Oke. Jadi kita akan serius mulai sekarang."

"Toko ini baru akan resmi dibuka bulan depan," Indi mulai menjelaskan. "Aku punya beberapa menu utama yang belum ada namanya. Kamu bisa bantu? Biasanya kamu pintar untuk urusan seperti ini. Di laptopmu ada banyak kalimat keren untuk judul cerpen kan? Daripada kalimat-kalimat itu cuma mentok jadi judul, padahal cerpennya nggak selesai-selesai, bagaimana kalau itu dijadikan nama beberapa menu di sini? "

"Nggak mungkin," aku menggeleng. "Mana bisa cupcake diberi nama 'Kita Pernah Saling Jatuh Cinta dan Bersikap Seolah Tak Ada Apa-apa', atau 'Kugenggam Tangannya di Transjakarta', atau 'Cinta Kita Menyala Saat Bandung Gelap Gulita' ? Sangat aneh." Tukasku. "Aku hanya bisa membuat judul cerpen, bukan nama kue. Aku tak pintar memilih nama, apalagi nama kue."

"Aku lebih tak pintar lagi."

"Kalau itu aku sudah tahu," ujarku sambil tersenyum. "Little Magdalena itu sudah cukup membuktikan. Nama toko kue ini terdengar lebih seperti judul opera sabun Meksiko. Tapi bolehlah usahanya."

"Cesa. Please."

"Begini saja," lanjutku. "Kuceritakan beberapa kisah yang sedang kusiapkan untuk buku pertamaku. Di akhir tiap cerita, kamu bisa tentukan sendiri, tarik kesimpulan atau makna filosofis dari tiap cerita, lalu kamu pikirkan sendiri nama yang tepat buat satu menu."

"Susah."

"Kalau nggak dicoba ya memang susah."

"Aku nggak pintar mengarang cerita." Ujar Indi. "Kamu sajalah yang menentukan."

"Dicoba dong. Dibikin gampang." "Nggak semua hal bisa dibikin gampang." "Kalau bisa dibikin gampang, kenapa dipersulit?"

"Gampang dan ngegampangin itu beda."

"Lah! Yang nyuruhngegampangin siapa?"

"Oke. Oke." Indi akhirnya mengalah. "Kali ini aku yang mengikuti permainan kamu. Tiap akhir satu cerita, akan kutarik kesimpulan, makna filosofisatau apapun itu, lalu kutentukan sendiri nama untuk menunya. Begitu permainannya bukan?"

"Benar." Jawabku sambil tersenyum dan menyikut lengannya pelan."Ternyata kamu tidak berubah."

"Apanya tidak berubah?"

"Hampir setahun kita nggak ketemu.." jawabku."Kamu tetap pintar dan..."

"Dan apa?" tanya Indi.

"Cantik."

Kali ini dia tidak bertanya lagi, tidak juga berkomentar apa-apa. Tapi cubitannya langsung mendarat di lenganku bertubi-tubi. Akhir adzan Isya sayup-sayup terdengar dari speaker masjid yang letaknya tak jauh dari sini. Di dalam kepalaku mulai tergambar cerita pertama. Yang nantinya akan menjadi inspirasi Indi untuk nama salah satu menu di toko yang akan dibukanya mulai bulan depan ini.


***



---Oleh:

No comments:

Post a Comment