Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Insulated Love: Hilang

"Mamaaaaa... MAAMAAAAAAAA!!!!!", jerit seorang gadis kecil sekuat tenaga. Kepalanya tak henti-henti memandang sekelilingnya. Di antara begitu banyak wajah, tak satu pun wajah dikenalnya. Gadis itu tiba-tiba menunduk dan tersedu. Sepertinya energinya untuk menjerit sudah habis. Sesekali ia mendongak, mengamati wajah-wajah yang melewatinya. Kenapa tidak ada satu pun yang tergerak untuk menolongnya mencari Mama? "Mama... Mama...", isak gadis itu pelan.

Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh tangan gadis kecil itu. Ia tersentak dan menatap wajah ramah di depannya. Senyumnya menenangkan, membuatnya akhirnya berhenti terisak walaupun air matanya masih mengalir.

"Aku mau cari Mama.", ucap gadis kecil itu dengan suara pelan tapi jelas. Penolongnya tersenyum lagi, terkejut dengan ketegasan dalam suara gadis kecil itu.

"Oke, kita cari Mama. Tapi, sebelumnya boleh tahu namamu siapa?", tanya si penolong.

"Keona."

"Namanya bagus sekali... Eh namaku depannya sama lho sama kamu, sama-sama K. Kan namaku Kevin.", si penolong memperkenalkan diri sambil menggandeng Keona menuju salah satu kursi besi dekat mereka, lalu mengangkat Keona untuk duduk di kursi itu.

"Keona umurnya berapa?"

Keona menunjukkan 6 jarinya sambil terus menangis.

"Kamu kedinginan nggak, Keona?"

Keona mengangguk dan menjawab lirih, "Sedikit... Tapi engga terlalu, soalnya Mama Keona tadi udah pakein baju Keona dobel-dobel." Keona menjawab sambil menurunkan resleting jaketnya dan menusuk-nusuk dadanya untuk membuktikan bajunya berlapis. Kevin tersenyum lagi. "Kata Mama di Puncak dingin soalnya."

"Oh gitu, bagus deh. Kamu suka cokelat nggak? Kakak punya cokelat panas nih, mau?", tanya Kevin sambil membuka tas yang dia sandang.

"Emang ngga meleleh cokelatnya?", tanya Keona bingung, mau tak mau mendongak menatap Kevin.

Wajahnya yang masih menangis tapi kebingungan membuat Kevin tergelak. Dia mengerti, dalam benak Keona cokelat tentu permen cokelat batangan dan bukannya minuman. Sambil menatap wajah Keona yang bingung, ia mengeluarkan beberapa termos kecil dan sebuah cangkir dari tasnya. Lalu menuangkan susu, cokelat pekat, dan gula cair ke dalam cangkir itu. Disodorkan ke tangan Keona.

"Ini maksud Kakak. Minuman cokelat panas. Biar badan kamu hangat."

Keona mengangguk dan meminum cokelatnya seteguk. Airmata Keona telah berhenti mengalir. Sambil mengusap matanya dengan lengan jaket, Keona mengamati Kevin. Menurutnya Kevin mirip Papa dengan mata cokelat yang besar dan hangat.

"Keona tadi mulai kehilangan Mama di mana?"

"Di sana.", Keona menunjuk ke arah danau. "Tadi Keona berhenti lihat bunga lucu di pinggir jalan setapak, waktu Keona mau tunjukkin ke Mama, Mama udah hilang. Keona cari keliling-keliling, tapi Mama-nya ngga ketemu. Keona takut, terus Keona balik lagi ke jalan tempat Keona lewat sebelumnya, tapi Keona bingung. Akhirnya Keona nangis sampe ketemu Kakak."

Kevin lagi-lagi terkejut mendengar penjelasan Keona yang jelas dan runut. "Mama Keona pake baju seperti apa?"

"Mama Keona pakai baju warna putih dan jaket hijau muda. Pake topi dan celana cokelat."

"Namanya?"

"Iolana Dulal."

"Oke Keona, sekarang kamu habisin minuman kamu terus kita ke kantor taman wisata ini. Nanti kita umumkan kalau kamu kehilangan Mama-mu, ya?"

Keona mengangguk patuh. Disesapnya cokelat panas itu sampai habis. Enak. Lalu ia sodorkan cangkir kembali kepada Kevin sambil tersenyum. Ia jauh lebih tenang dan hangat sekarang.

"Pintar."

Kevin mengacak rambut Keona dan menggandengnya menuju kantor taman wisata. Keona tak henti-henti menoleh kagum ke arah Kevin. Cokelat panas ternyata bisa membuat banyak hal lebih baik. Nanti Keona akan minta Mama membuat cokelat panas untuk Keona di rumah. Keona akan belajar buat cokelat panas untuk menghibur Mama setiap Mama sedih mengingat Papa, seperti Kak Kevin menghibur Keona hari ini. Keona suka cokelat panas...



- (oleh @AACRS -http://luzeagua.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment