Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Pawang Hujan: Sebuah Pesan #1

"Kamu adalah kunci dari peti berisi kenangan yang telah mati suri. Jika terbuka, maka bangkitlah ia.."

30 Agustus 2011 (23:50)
"Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. Laa illaha ilallah huwallahu akbar.. Allahu akbar walillahilham.."
Terdengar jelas suara takbir berkumandang dari mesjid yang letaknya tak jauh dari rumahku. Hanya beda beberapa blok saja dari sini. Ah, aku selalu suka malam takbiran sebelum hari raya Idul Fitri. Entah mengapa, suasananya terasa berbeda dengan malam-malam biasanya. Udara terlalu dingin diluar sana, aku menikmati suara takbir dari dalam kamarku saja. Selimut, secangkir coklat hangat, mp3 player dan telepon selularku. Rasanya sudah lebih dari cukup untuk menemaniku melewati malam takbiran. Sesekali terdengar letupan suara kembang api dan anak-anak kecil yang tertawa riang sehabis menyalakannya. Adik-adikku sudah lelap tertidur sedari tadi, Bunda masih asyik meracik opor ayam untuk esok hari kami nikmati, sementara Ayah memeriksa kondisi kendaraan kami supaya besok tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu perjalanan mudik kami. Bukan mudik sih, lebih tepatnya bersilaturahmi ke sanak saudara, toh rumahnya masih dalam satu kota juga.
BIPP! BIPP! Bunyi pesan yang masuk ke telepon selularku. Sedari tadi, pesan masuk bertubi-tubi. Apalagi kalau bukan pesan yang isinya ucapan selamat lebaran, maaf lahir batin dan lain-lainnya. Dari sekian banyak pesan yang masuk, belum ada yang kubalas satupun. Nantilah kalau sudah lewat jam 12 malam, baru mulai kubalas. Yang artinya, 10 menit kemudian aku harus berkutat dengan handphoneku.
*** 
31 Agustus 2011, 01:30
<i>125 unread messages </i>
Jari-jariku cukup pegal, mengingat masih ada beberapa pesan lagi yang belum terbalas. Sebagian besar dari teman-teman masa SMA, teman-teman kuliah, teman-teman kerja, bahkan beberapa diantaranya adalah teman-temanku semasa SD. Aku cukup berterima-kasih dengan kehadiran teknologi saat ini, tanpanya silaturahmi mungkin hanya akan sebatas kirim surat antar pos dan berlalu begitu saja karena tidak terlalu efektif dan efisien. Bagusnya lagi, kini ada fitur "Broadcast Message" pada handphone-ku sehingga aku bisa mengirimkan template ucapan lebaran pada beberapa orang secara bersamaan. Terlepas dari pro dan kontra mengenai penggunaan "Broadcast Message" ini, niat awalnya tetap baik, menjalin silaturahmi.
<i>Done broadcasting message! </i>125 pesan yang masuk pun sudah terbalas semua. Lega rasanya bisa mengistirahatkan ibu jari, telunjuk dan juga kedua mataku. Kalaupun ada lagi, biar saja kubalas esok pagi setelah selesai Shalat Ied. Kupadamkan lampu kamar dan mulai memejamkan mata. Suasana diluar rumah masih ramai dengan gema takbir yang bersahutan serta suara kembang api dan petasan. Lagu pengantar tidur yang indah di malam Lebaran.
BIPP! BIPP! Ada pesan masuk di handphone-ku. Mungkin hanya pesan balasan atas "Broadcast Message" yang kukirim.
BIPP! BIPP! Lagi, pesan masuk. Kuputuskan untuk merubah profile handphone menjadi silent supaya aku bisa tertidur dengan nyenyak. Maklum, aku agak sensitive dengan suara handphone. Dengan berat kubuka mata dan kuambil handphone dari atas meja, sebelah tempat tidurku.
BIPP! BIPP! Tepat ketika aku merubah profile handphone, satu pesan masuk lagi dan tidak sengaja kutekan tombol 'read'.
<i>Raining Man (01.35AM)
Dear my sun, udah dimaapin dari kapan taun, maapin rain juga ya. :)</i>
Aku menatap layar handphoneku. Meyakinkan diri bahwa mataku sedang tidak terpejam atau aku sedang bermimpi. Kucubit sedikit lengan kiriku. Sakit. Ya, tandanya aku tidak sedang bermimpi.
Nama itu muncul lagi setelah lama kami tidak saling bertegur sapa. Aku sampai lupa kapan tepatnya terakhir kali kami berkomunikasi. Dia hanya muncul sesekali saja, pada momen-momen tertentu, misalnya hari ulang tahunku atau hari Lebaran seperti ini. Kami tidak pernah mengobrol lama, hanya sekedar berbalas ucapan saja. Setelah itu, pembicaraan di antara kami akan terhenti begitu saja. Lalu masing-masing kami akan lupa pernah berkomunikasi satu sama lain.
"Lebih baik abaikan saja!" Terdengar suara dari pikiranku.
"Balas saja seperlunya, toh tidak ada yang salah dari bersilaturahmi semata" ujar suara yang lain. Dari hatiku.
Bagus, baru saja sekali nama itu muncul, hati dan pikiranku kembali berdebat seperti dulu. Entah siapa yang benar, entah siapa yang salah. Berkaitan dengannya, segala sesuatu menjadi ragu, serupa bayangan semu.

<i>the name that appear on my phone screen has successfully make me regret for what I did, use a broadcast message feature on my phone was a silly thing. I forgot he's still on my phone messenger list. DAMN! He should not reply it.. No, it's my fault, how can I forget to remove him from my messenger list?! Now I'm really mad at my self.. </i>
 
 

- (oleh @naminadini - http://berceloteh.tumblr.com)

No comments:

Post a Comment