Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Weedding: the Day. part I

Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it’s called the PRESENT……. -unknown-
Hari hadiah, hari yang ditunggu-tunggu, semua menyambutnya dengan suka cita.
Sebuah mobil mewah berhenti di depan pintu masuk rumah, dua orang berpakaian necis pun turun dari mobil tersebut. Dari cara mereka berpakaian terlihat kalau mereka merupakan pasangan, jas serba putih dan juga dress putih backless, mereka orang kaya. Rumah kecil yang terletak jauh dari keramaian kota dan terletak di lereng bukit itu pun mulai ramai oleh satu persatu tamu yang datang. Taman-taman hijau disekeliling rumah disulap menjadi warna-warni dekorasi pesta, keceriaan memenuhi rumah itu dan sekitarnya.
Tampak seorang lelaki dengan setelan jas hitam sedang mencari-cari sesuatu, dia susuri setiap sudut ruang yang sudah seperempat penuh oleh tamu. Ucapan selamat bertubi-tubi terlontar dari para tamu membuatnya berhenti sejenak, padahal acara belum dimulai sama sekali. Dilihatnya seorang wanita yang sedari tadi dicarinya, dengan menembus kerumunan tamu yang sudah datang dia hampiri wanita bergaun putih dipelaminan sedang merapihkan bunga-bunga hiasan.
”Ngapain sih udah dipelaminan? Kan acaranya belum mulai, lagian kan nanti kita akan seharian duduk disini. Yuk ikut aku, kita cari tempat sepi, ucapan selamat dari tamu udah buat aku bosan.” kata lelaki itu sembari menarik tangan wanita dengan tiba-tiba. Terkejut melihat tindakan lelaki itu sang wanita hanya tersenyum, wajahnya memerah karena malu. Mereka berdua saling berpegangan tangan berjalan kearah belakang pelaminan menuju taman menghindari tamu-tamu yang ingin mengucapkan selamat.
Tak terhitung ratusan lampu-lampu kecil menghiasi taman belakang dimana sudah tersedia sebuah panggung besar dan puluhan meja-meja yang sudah dihias dengan beragam pernak-pernik. Disinilah tempat untuk after partynya. Mereka duduk di meja yang paling dekat dengan panggung, saling berpegangan tangan dan mata mereka saling bertatapan tajam. Tanpa berbicara sedikitpun bibir mereka saling mendekat, perlahan mata mereka saling menutup. Namun tepat sebelum bibir mereka bertemu, naiklah lima orang dengan peralatan band ke atas panggung hendak melakukan check sound.
“Hey kalian yang sedang berbahagia, selamat yah!!!” Sahut salah seorang anggota band yang memegang mic. Mereka berdua melambaikan tangan kepada seluruh personil band yang tampak tersenyum kepada mereka, dan kelima pemuda itu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Mereka mengurungkan niat untuk berciuman. “Pindah yuk, ada yang ngeliatin kita tuh, aku tau tempat yang tepat.” ucap si wanita dengan nada manja. Lalu mereka kembali masuk ke rumah melewati pintu samping tanpa terlihat oleh tamu yang lain.
Sebuah pintu kamar terbuka, pasangan tersebut masuk ke sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Di dalamnya terdapat sebuah tempat tidur yang sudah ditaburi dengan bunga-bunga merah seperti dalam film American Beauty, disekeliling kamar itu terdapat ratusan lilin berukuran kecil maupun besar yang belum dinyalakan. Ini merupakan kamar pengantin.
“Kamu yakin disini? Sekarang? Kan nanti malam juga kita bisa….” Tiba-tiba ciuman dari sang wanita membuat dia berhenti berbicara. Mereka berciuman sembari merebahkan diri di kasur.
Si lelaki menarik tubuhnya kebelakang, menghentikan ciumannya dan berkata “wait, wait a second, I need to chill a little bit. This is too intense for me.””okay” jawab si wanita sembari merebahkan diri di kasur dan membetulkan letak bantal di kepalanya. Lelaki itu berdiri sejenak lalu mengambil sebuah lintingan yang tersimpan di dompetnya dan membakarnya.
“Kamu gila, darimana kamu dapat itu?” ujar wanita itu kaget. “Sssttt… udah kita nikmatin ajalah mumpung acara belum mulai” sembari menyodorkan lintingan yang suduh dibakar itu pada si wanita. Mereka bergantian menghisap dan saling tertawa melihat kelakuan mereka.
Sembari menghisap dalam-dalam, lelaki tersebut menyerahkan lintingan yang sudah kecil. “Ini isapan terakhir untuk kamu.” Dengan mata sembab dia menolak halus sambil membelai wajah lelaki yang masih menghisap sisa lintingannya.
Dibuangnya lintingan terakhir itu dan tangan jahil lalu bergantian menggerayangi tubuh masing-masing, mereka saling berciuman, dan mengerang halus. Jari-jemari sang lelaki mulai menerawang lebih dalam memasuki daerah-daerah yang ‘berbahaya’.
Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu berhak mendekati kamar, diiringi dengan teriakkan perempuan memanggil. “Pa, Papa!!!” “Ibu, Ibu dimana???” suara pria mengiringi panggilan perempuan tadi.
“Itu suara Olivia dan Abel!” Dengan panik pasangan yang sedang asik bercumbu itu menarik diri dan membenarkan pakaian yang mulai terbuka. Si lelaki membersihkan sisa-sisa lipstik yang masih menempel di bibirnya, sementara sang wanita membuang sisa lintingan ke kolong tempat tidur.
Pintu terbuka dan tampak dua orang yang tidak kalah rapihnya memergoki mereka berdua. “Halo Olivia, dan juga kamu… hmm… siapa nama kamu? Oh iya, mempelai pria” sahut si lelaki paruh baya dengan masih cengengesan. “Papa? Ngapain Papa disini? Udah gitu sama…” “Ibu?” Abel memotong pembicaraan Olivia.
“Tunggu, tunggu, tunggu deh… kalian berduaan, kasur berantakan, dan ini kamar pengantin. Kalian nggak macem-macem kan disini?” Abel mulai meninggikan suranya.
Wanita yang juga paruh baya itu melirik si lelaki dengan tatapan manja, sembari merapihkan rambut berubannya yang masih berantakan. Si lelaki menyeka matanya yang sembab, lalu membetulkan dasi dan jasnya yang kusut. Mereka tertawa berdua.
“hihihi… sebenernya kita ngapa-ngapain kok, kita berdua kan………”



- (oleh @SutradaraTop - http://tukangbikinfilm.wordpress.com)

No comments:

Post a Comment