Tentang 30 Hari Cerita Cinta

13 September 2011

Semangat Merah Jambu: Karena Hujan‏



Karena Hujan   
Dengan langkah gontai Tifanny berjalan keluar rumah, cuaca diluar serasa melunturkan semangat menimba ilmunya hariini. Terpaksa kesekolah denga resiko baju basah kuyup, daripada bolos gara-gara hujan.

Sebuah klakson mobil mengejutkannya ketika ia berusaha berjalan menuju sisi lain jalan. Tifanny segera mempercepat langkahnya , maklum saja hujan lebat membuatnya tidak fokus memperhatikan sekitarnya, belum lagi tas yang besar ini sedikit menyulitkannya untuk berjalan. Dengan ditemani payung biru muda, langkah demi langkah dilaluinya menuju sekolah. Terlihat beberapa anak yang bernasib Sama dengannya di gerbang sekolah. Tentu saja, payung tersebut tak menutupi tubuh Tifanny sepenuhnya dari air hujan, alhasil jaket yang ia kenakan warnanya menua karena percikan air hujan. Hujan kaliini sepertinya benar-benar menerjemahkan arti kata "basah" pada tifanny.

Rambut lurusnya terlihat tampak kusut saat ia menutup payung dan berjalan menuju lorong kelas. Jam tangannya juga tampak berembun dan sepertinya tidak ada harapan untuk digunakan lagi. Lantai yang ia lalui tak luput dari jejak langkah sepatu yang basah. Merasa tangannya kotor, Fany, bagitu ia biasa dipanggil barusaha meraih sedikit air hujan untuk membersihkan tangannya. Tak satupun yang menyapanya, dan tampaknya hari ini benar-benar kelabu untuknya.

Sampailah ia di depan pintu kelas, sepatunya yang licin membuatnya hampir terpeleset. Hanya ada 3 orang di dalam kelas, hal itu terlihat dari 2 tas yang ada bersandar pada bangku kelas dan Desy , yang menyendiri, dengan pulpen dan buku catatannya terlihat asik menulis sesuatu. Tak mungkin tugas, buku itu telalu manis dan berwarna pink, dan bahkan tak disampul. Jika saja buku itu dijadikan buku tugas lalu dikumpulkan ke bu Sur, mungkin saja sudah masuk ke tempat Sampah organik dengan sedikit semprotan maut yang terlontar dari mulut bu Sur. Membayangkannya saja sudah membuat Fanny semakin takut karena sudah pernah bermasalah dengan guru itu sekali. Tepat pada saat ia ketahuan menggunakan google translete untuk mengerjakan tugas essay, Fanny terpaksa mengulanginya dua kali dengan soal berbeda, dan yang lebih buruk harus mempresentasikannya di depan bu Sur. Dengan segala "perbincangan" akhirnya ia selamat dengan nilai yang kurang memuaskan. Fany tak berharap hal itu terjadi lagi.

Sebelum Sampai di bangkunya, Fanny yang setiap paginya mengisi absen kelas di meja guru, melirik ke arah tanggalan di dekatnya, dengan perlahan bola matanya melirik ke kertas yang terpampang di sudut kelas. Khawatir tanggal itu memang hariini, ia segera mengalihkan matanya kembali ke buku absen. Namun dengan sedikit lirikan lagi….
"OH MY GOD, 14 february!!! Des, lu kenapa kagak negur gue daritadi ???"
"lohh mana gue tau, gue kira lu udah tau ya gue diam aja, lagian hariini kan valentine, jadi bebeb gue mau ngasi kado spesial buat gue fan, 6 bulan jadian gak kerasa ya" Fany hanya memandang aneh wajah Desy, warga kelas yang satu ini memang sudah teracuni oleh cinta, terlalu sering menjalin hubungan dan putus nyambung dengan beberapa laki-laki. Tentu saja Fany sedikit risih bergaul dengannya.

Muka lemas semakin ditunjukkan oleh fanny, yang kemudian disusul oleh Sam yang baru datang dengan segala keisengannya dan membuat ke-galauan berlebih untuk tifannya hariini. Dengan langkah gontai dan ragu serta takut bahkan emosi, menemaninya pergi ke arah bangku yang belum Samasekali ia sentuh hariini.
"eciee, yang semalam di tembak abang tukang sate" celetuk Sam pada fany
"hee?"
"iya,kemaren gw liat di gerobaknya ada sate yg dibungkusnya dikasih pita, katanya buat lo? Beneran kan ?"
"sial, dasar lo sekongkol ya Sama dia?"
"kagak, gue Cuma nemenin itu abang buat surat"
"hah? Pantes tulisan cakar ayam kayagitu lo ya yg nulis? Kampret banget Sam "
"eciee makan sate gratisan nih ntar malem"
"komeeeeeeeng!!!!!!"
Ya, Tifanny memang seorang primadona bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan abang tukang sate yang baru putus sekolah dan melanjutkan warisan ayahnya tersebut, tak ragu menyatakan perasaan cinta padanya. Maklum karena sering menjadi langganan jika orangtua Fany sedang tidak ada di rumah. Dengan pesanan sepuluh ribu rupiah, tanpa daging kulit dan jangan terlalu banyak bumbu kacang menjadi hal yang khas dari Fany. Kontan saja lagak Fany yang agak tomboy dengan rambut lurus dan wajah yang manis, sering jadi bahan gombalan abang tukang sate. Namun Fany tentunya hanya menganggapnya sebagai restauran darurat kalo mama dan papa lagi pergi keluar. Daripada makan mie instant atau telor dadar, mending sate yang murah meriah ini.
~cerita semalam~
Orang tua Fany sedang tidak di rumah, abang tukang sate yang melihat garasi kosong dengan senyum cerahnya menunggu Fany keluar, dengan modal surat yang dibuatnya berSama Sam dan pesanan Fany seperti biasa.
Benar saja, tuan putri yang didambakan abang tukang sate turun dengan duit sepuluhribu rupiah di tangannya. Dengan jaket biru, dan sudah menggunakan piama turun menemui abang tukang sate.
"bang kaya biasa"
"sip neng, udah abang siapin, nih"
"widiiiiihh, cepat amat, ini apaan nih yang nyangkut bang ?"
"pita neng, untuk hariini gausah bayar deh, abang kasi bonus, tapi surat dari abang tolong dibaca ya neng"
"ebuset ? surat tagihan apa nih bang ? "
"bukan tagihan neng, neng baca ajalah, abang cabut dulu ya"
Kontan saja, Fany yang tau maksud surat itu membukanya di tempat dan membacanya singkat. Tanpa ada kata-kata apapun surat dengan amplop kemudian diremas oleh Fany. Sangking emosinya ia menyobek sedikit demi sedikit. Kertas tsb akhirnya mendarat di tong Sampah depan rumah.
Fany bingung akan masa depan perutnya jika menolak cinta abang tukang sate, apakah abang itu tidak akan lewat lagi, atau menaikkan harga, atau bahkan tidak akan menjual sate untuknya lagi. Belum lagi besok kedua orangtuanya akan ada acara pernikahan anak sekertaris di kantor ayahnya. Sudah pasti jasa abang tukang sate itu sangat dibutuhkannya.
"mesti gimana nih? Lagian itu abang sate juga ada-ada aja ngirim surat cinta ke gue? Jadi gaenak kan kalo ditanya suratnya kemana terus diterima apa kagak? "
Kejadian malam itu akhirnya dengan mudah dilupakan oleh tifanny, ia ketimbang mengurus makalah biology yang harus dikumpul esok hari.

Dengan muka madesu dan sepertinya sedang berusaha menguatkan hati dari ejekan istirahat nanti gara-gara kejadian semalam yang sudah pasti akan disiarkan langsung dari mulut seorang Sam, gadis itu berjalan kearah mejanya. Ia melihat beberapa gadis kelasnya tertawa cekikikan pada setiap langkahnya menuju bangku .
"kenapa mbak ketawa-ketawa? Gapernah liat orang basah kuyup ? sini kalo mau gasuka"
Dengan lagak preman namun muka yang tambah manis ketika marah menghadirkan suasana baru di arah kumpulan anak-anak cowok.
"ih, premannya cantik ya, tapi sayang, galak kagak ketulungan"

Kontan celetukan tersebut memecah tawa di kelas tsb. Siapa lagi kalau bukan Sam yang sudah biasa menjahili Fany pagi-pagi? Anak laki-laki yang tinggi putih, dengan wajah lumayan namun kelakuannya tak sebaik wajahnya,ia tak jarang membuat wajah manis Fany berubah bagaikan monster yang siap melahap apapun didepannya.  Fany merasa sudah keterlaluan untuk hariini yang baru ia mulai sekitar 2 jam. Dengan langkah cepat fany mendatangi Sam yang sudah membuatnya naik darah hariini.

Namun satu hal terjadi pada Fany. Hanya beberapa langkah lagi tangan Fany sampai ke pipi putih Sam, lantai keramik yang basah membuat Fany tergelincir, dan akhirnya kepala Fany jatuh dan mengenai lantai kelas yang keras tersebut. Hentakan keras tersebut kontan membuat Fany akhirnya tak sadarkan diri.
To Be Continued…..



- (oleh @iimamf - http://comotmencomot.wordpress.com)

No comments:

Post a Comment